First Sight for KyuMin
Chapter 1
.
Summary : Hanya berawal dari pandangan pertama, yang berlanjut ke ranjang. Namun, bagaimanakah akhir dari pandangan pertama mereka?
.
Genre : Romance, Drama, Hurt
.
Rate : M
.
Cast : KyuMin and others
.
Warning : YAOI, Boys x Boys, Typo (s), OOC
.
.
Namja imut itu berjalan dan terus berjalan. Berjalan menelusuri trotoar di pinggir jalan dengan lambat. Matanya terus tertuju ke berbagai arah, memandangi setiap toko-toko dan beberapa restorant, berharap ada sebuah kertas besar yang bertuliskan membutuhkan pekerja tetap, ah, pekerja tambahan juga tak masalah, asalkan salah satu toko atau restoran itu bisa memberikannya uang yang cukup.
Lee Sungmin, namja imut itu menarik napas, lalu membuangnya dengan perlahan. Dia memutuskan duduk di salah satu halte terdekat.
Sungmin menggigit bibirnya begitu merasakan terpaan angin yang menyentuh kulitnya. Dingin, itulah yang hanya dia rasakan saat ini. Rupanya angin pagi di Seoul memang dingin.
Sungmin memandangi beberapa mobil yang tengah berlalu lalang di hadapannya. Ia termenung sejenak, membayangkan bagaimana dia suatu hari memiliki mobil mewah yang tengah berlalu lalang di hadapannya, mengendarainya, mencuci mobil itu sendiri, dan tersenyum dengan bangga.
Sungmin tersenyum kecut membayangkan hal itu, "Haha. Khayalan ku terlalu tinggi"
Ya, khayalannya terlalu tinggi, sampai-sampai membuat Sungmin merasa letih untuk mengejar khayalannya itu.
.
.
.
Ada kalanya manusia akan merasa bosan dengan kegiatannya setiap hari. Dan ada kalanya manusia akan merasa bosan dengan lingkungan sekitarnya yang begitu-begitu saja.
Dan ini terjadi pada Cho Kyuhyun, namja yang tengah menyenderkan kepalanya di jendela belakang mobilnya. Matanya menatap datar dengan keadaan jalan pagi Kota Seoul yang seperti biasanya, masih sepi. Wajar, ini masih pukul setengah enam pagi.
"Tuan Cho?" sebuah suara dari depan menganggu pandangannya pada jalan
"Tuan Cho, apa anda merasa ngantuk?" tak ada jawaban, orang di depan sana bertanya lagi
"Tidak"
Jawaban yang hanya terdiri dari 5 kata, tapi efeknya mungkin bisa menciptakan keheningan selama 5 menit, 50 menit, atau mungkin 5 jam.
Kyuhyun kembali menyenderkan kepalanya pada jendela mobil. Kembali menatap jalan.
"Ck" suara decakan terdengar lagi dari depan, kali ini namja yang duduk di sebelah depan kirilah yang menyuarakan itu. Namun Kyuhyun berusaha tak mempedulikannya
Karna mobil itu tidak melaju begitu cepat, Kyuhyun melihat halte yang setiap hari dia lewati, namun, tak biasanya, ada seseorang yang tengah duduk di halte itu. Sendirian. Sedikit membingungkan baginya, tapi, karna mobil itu harus melaju, jadi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa pemilik wajah orang itu.
Tak jauh dari halte, tiba-tiba pandangannya terhenti pada suatu tempat. Tempat yang selalu membuatnya tertarik, namun selama dia tinggal di Seoul, Kyuhyun tak pernah mengunjungi tempat itu. Sungai Cheonggyecheon. Orang mungkin berfikir dia benar-benar keterlaluan karna belum pernah ke sana. Namun, itulah kenyataannya, sejak umurnya 8 tahun ketika Ia pindah ke Seoul, dia sama sekali belum pernah mengunjungi sungai itu.
Dan, kali ini Kyuhyun ingin mengunjunginya, sendiri.
"Berhenti" Kyuhyun mengatakan itu, dan reflek membuat sang supir menghentikan mobilnya
Saat Kyuhyun hendak keluar dari mobilnya, namja di depannya tiba-tiba juga hendak keluar. Saat namja di depannya sudah keluar, tiba-tiba dia memunculkan kepalanya lagi
"Kau tidak keluar?"
"Aku ingin sendiri, Donghae"jawab Kyuhyun datar membuat namja bernama Lee Donghae itu hanya dapat mengangguk lalu menghela napas
"Baiklah"
.
.
.
Sungmin memandangi jam tangan lamanya yang melingkar di pergelangan tangannya itu. Dia sudah menghabiskan waktu 10 menit hanya untuk melamun. Dan sekarang, dia harus pergi lagi, berjuang mencari pekerjaan dan mewujudkan khayalannya tadi.
Dia terus melangkah hingga melewati sebuah tempat, sungai Cheonggyecheon. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, suasana sungai masih sangat sepi, belum ada satu pengunjung pun. Dan, Sungmin memutuskan menuju ke sana. Dia menuruni tangga yang menghubungkannya dengan sungai Cheonggyecheon. Lalu mulai berjalan-jalan
Drrtt Drrtt
Ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk sepertinya. Dan Sungmin mengambil ponsel lamanya itu dari saku celananya, dan menjawab panggilan.
"Sungmin hyung!" suara di sebrang sana membuat telinga Sungmin nyaris sakit karna sangat kencang
"Hm?" gumam Sungmin dengan malas
"Kau di mana? Sekarang aku ada di depan apartement mu, hyung!"
"Di jalan. Siapa suruh kau datang sangat pagi ke apartement ku, Eunhyuk-ah" jawab Sungmin bohong
"Ada yang mau ku bicarakan hyung" suara Lee Hyuk jae, atau sebut dia Eunhyuk mulai terdengar serius
Sungmin mengangkat alis kanannya, "Bicara saja di sini"
"Tidak bisa di sini. Bagaimana jika di kafe dekat apartement mu?"
"Memang tentang apa?"
"Pekerjaan, hyung. Aku punya sebuah saran"
Sungmin diam sejenak, lalu Ia menarik napas "Baiklah"
Setelah itu, suara 'Tut' terdengar, tanda pembicaraan mereka telah berakhir.
Sungmin berjalan ke arah kursi yang berada dekat dengannya, lalu mendudukkan dirinya di sana. Dia terus saja menghela napas
Ada kalanya seseorang benar-benar merasa letih dengan hidupnya, ada kalanya seseorang benar-benar merasa sia-sia dengan hidupnya, ada kalanya seseorang benar-benar merasa ingin mengakhiri hidupnya yang sungguhlah berat.
Dan seorang Lee Sungmin tengah mengalaminya sekarang.
Dia memandangi sungai Cheonggyecheon yang berada di hadapannya sekarang. Andai dihadapannya ini laut, pasti Sungmin sudah memutuskan untuk terjun ke dalamnya.
TES
Sebuah tetes air mengenai kepalanya, yang membuat Sungmin mendongakkan kepalanya ke atas. Hujan gerimis rupanya
"Hujan..." gumam Sungmin
Sungmin mengadahkan kepalanya menatap langit, lalu memajukan tangan kanannya yang perlahan dijatuhi oleh tetesan air hujan. Dan, seiring turunnya hujan yang masih gerimis, air matanya pun turun juga.
Air mata Lee Sungmin itu pun jatuh, Ia menangis. Menangis dalam diam.
Katakanlah dia namja cengeng, Sungmin tak peduli. Yang dia pedulikan adalah, dia ingin mengeluarkan semua keletihan dalam dirinya, sesak, dan juga rindu.
"Appa... eomma..." isak Sungmin
Sungmin tak menyadari, di sebrang sana, ada seseorang yang tengah menatapnya dengan tajam serta intens. Sorot matanya menunjukan kasihan sekaligus kaget.
"Aku lelah..." ujar Sungmin masih dengan terus terisak. Dan menangis dalam diam
"Tidak bisa kah kalian mengerti perasaan ku?" tangan Sungmin yang tadinya terentang itu mulai terkepal
Namja di sebrang sana, Cho Kyuhyun. Dia tersentak dengan pertanyaan Sungmin yang terdengar pelan itu, meski pelan, tapi Kyuhyun mendengarnya. Ya, mungkin karna hanya ada mereka berdua di sana.
Entah sudah berapa waktu yang Sungmin habiskan untuk menangis, yang jelas, isakan yang pelan itu seiring waktu semakin bertambah keras. Tiba-tiba kaki Kyuhyun terasa kaku, hatinya berdenyut mendengar isakan itu.
Jangan...
Berhenti...
Kyuhyun menggigit bibirnya, ingin rasanya dia menyadarkan sosok imut di depannya ini, bahwa ada seseorang yang tengah melihatinya. Mungkin dengan itu, Sungmin bisa menghentikan tangisannya. Kyuhyun berfikir Sungmin sepertinya tengah putus cinta, atau... hubungannya tak direstui? Kyuhyun rasanya seperti melihat adegan sedih dalam sebuah drama, dimana ada seseorang yang tengah menangis dalam hujan.
"Per-" baru saja Kyuhyun ingin mengeluarkan sebuah kata, Sungmin sudah mengalihkan pandangan padanya
DEG
Mata mereka bertemu, dan saling memandang. Sungmin tercekat begitu melihat ada seorang namja di hadapannya, bibirnya terkatup rapat. Napasnya memburu seketika, bahkan rasanya, kakinya sudah tak kuat untuk berdiri.
Bagaimana dengan Kyuhyun? Tak jauh beda dengan Sungmin. Napasnya juga memburu seketika. Matanya menatap tajam mata Sungmin sekarang, mata foxy itu...
"Akh!" ringisan itu terdengar dari mulut Kyuhyun. Dia meringis sambil memegang perutnya dengan kedua tangannya
Sungmin yang masih belum mengerti dengan situasi, hanya bisa mengerjapkan matanya dengan bingung.
"Akhh!" satu ringisan lagi, dan Kyuhyun sudah terjatuh di tanah
Sungmin yang melihat itu awalnya hanya bisa membentuk mulut seperti huruf 'O'. Namun, dengan segera dia berlari melewati batu-batu yang dapat menghubungkannya dengan namja yang tengah kesakitan di sebrang sana, Cho Kyuhyun.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Sungmin sambil memegangi bahu Kyuhyun
Otot Kyuhyun yang terasa tegang karna sakit di perutnya itu perlahan mengendur dengan sebuah sentuhan di bahunya. Juga sebuah suara yang membuat Kyuhyun reflek mendongakkan kepalanya menatap Sungmin. Dan yang dia lakukan itu justru membuat jarak di antara mereka semakin dekat saja. Dan itu membuat Kyuhyun mengalihkan pandangannya lagi.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Sungmin lagi
"Ti-tidak" jawab Kyuhyun sambil menggigit bibirnya. Bohong kalau Kyuhyun baik-baik saja, dia benar-benar merasa sakit di perutnya.
Keringat muncul di pelipis Kyuhyun, dia yang terus menggigit bibirnya, dan ekspresi kesakitan Sungmin tidak tega. Ah, rasanya seperti deja vu.
"Ba-bagaimana perasaan mu?"
Kyuhyun menarik napas, lalu, "Aku merasa perut ku seperti ditusuk-tusuk"
Sungmin menautkan alisnya, terlihat memikirkan sesuatu. Kyuhyun yang merasa jengah karna itu pun hanya bisa melihatnya dengan geram
"I-ini pasti maagh" sepertinya Kyuhyun harus bicara jujur kali ini. Atau tidak maaghnya akan semakin parah
"Benar, pasti maagh" jawab Sungmin sambil mengangguk-angguk imut
Seketika ekspresi Sungmin menjadi semangat, lalu Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak yang terlihat seperti kotak obat, lalu memberikannya pada Kyuhyun.
"Itu obat maagh, ambil satu tablet saja" tawar Sungmin lalu tersenyum tipis
Kyuhyun lalu menerima obat itu, dan mengambil satu tablet. Saat hendak memasukan obat itu ke mulut, Kyuhyun menghentikan aktifitasnya, lalu memandang Sungmin. "Airnya?" tanya Kyuhyun
Sungmin tersentak. Benar, tak ada air minum di sini, dan sialnya Sungmin sama sekali tidak membawa air minum. Jika tidak ada air, mungkin lelaki di hadapannya ini akan sulit untuk menelan obat itu, kan?
"A-aku akan beli air minum untuk mu. Kau tunggu saja di bangku itu ya..." ujar Sungmin sambil menunjuk bangku yang ada di belakang Kyuhyun
Setelah itu, tanpa ba-bi-bu, Sungmin langsung berlari ke arah kiri untuk mencari air minum untuk namja yang sedang ditolongnya ini, Cho Kyuhyun.
Sementara Kyuhyun? Dia tengah duduk di bangku yang ditunjuk Sungmin tadi sambil meremas bagian perutnya yang terasa ditusuk-tusuk itu. Rasanya benar-benar sakit.
Drrtt Drrtt
Ponsel Kyuhyun bergetar, sepertinya ada panggilan masuk. Ia pun merogoh saku jasnya, dan berekspresi datar ketika melihat ID bertuliskan 'Donghae'. Ia pun menekan tombol icon hijau.
"Kyuhyun-ah"
"Apa?"
"Kau dimana? Ini sudah jam 6, kau tidak lihat matahari mulai muncul? Kita harus sampai di kantor jam setengah tujuh. Kau tau itu, kan?" tanya Donghae tanpa nada tinggi, dia mengatakannya dengan datar
Kyuhyun lalu memandangi langit, benar, matahari sudah menampakkan dirinya
"Aku akan segera ke mobil" jawab Kyuhyun datar, lalu menekan tombol icon merah dan mengakhiri panggilan.
Kyuhyun bangkit dari bangkunya, lalu menatap ke arah kiri, arah ke mana Sungmin berlari tadi. Dalam hatinya Kyuhyun berharap namja tadi memunculkan wajahnya dan membawa air minum untuknya.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
6 detik
7 detik
8 detik
9 detik
10 detik
Setelah menghitung dalam hati, Kyuhyun segera berjalan ke arah kanan, arah dimana mobilnya tak jauh terparkirkan. Sebelum itu, Kyuhyun membalikkan tubuhnya, dan Sungmin masih belum muncul juga. Dan, Kyuhyun pun mulai melangkah menjauhi Sungai Cheonggyecheon.
Andai saja Kyuhyun mau menunggu 27 detik lagi, pasti dia bisa melihat Sungmin tengah berlari-lari dengan napas terngah-engah ke tempatnya tadi.
.
.
.
Sungmin memandangi sekelilingnya dengan bingung. Kemana perginya pria tadi? Digenggamnya botol air minum di tangannya, dan memandangi sekeliling? Apa benar sudah pergi? Tapi kan dia sama sekali belum minum obat. Sungmin lalu menghampiri bangku yang diduduki Kyuhyun tadi.
"Ini obat ku..." gumam Sungmin sambil mengangkat kotak obat yang terletak di atas bangku itu
Sungmin mengerucutkan bibirnya, padahal dia sudah sangat lelah berlari-lari mencari air minum untuk pria tadi. Tapi, pria itu pergi begitu saja entah kemana.
Semoga dia baik-baik saja..
.
.
.
Namja imut itu melangkah dengan kikuk memasuki klub malam itu. Matanya terus mengerjap ketika memandangi lingkukan klub malam itu. Ia juga celingak-celinguk ke kiri kanan, entah apa yang ada di dalam pikirannya, tapi dia benar-benar terlihat seperti anak yang telah hilang.
Semakin dalam dia masuk, suara musik dan kebisingan di klub malam itu semakin menyakiti telinganya. Telinga Sungmin rasanya benar-benar ngilu mendengar suara musik klub malam. Dan dengan ragu, Ia duduk di kursi bar di klub itu.
"Selamat malam tuan, anda ingin pesan apa?" tanya salah satu bartender wanita dengan senyumnya yang ramah
Reflek, Sungmin membalikkan tubuhnya, dan di hadapannya kini telah ada bartender wanita yang tengah tersenyum dengan ramah padanya.
"Ti-tidak usah" jawab Sungmin kikuk
Mendengar penolakkan, bartender wanita itu langsung menatap Sungmin dengan intens, "Sepertinya anda bukan peminum, bagaimana jika milkshake saja?"
"Mi-milshake?" ulang Sungmin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Milkshake? Oh ayolah, bahkan Sungmin tidak tau apa itu milkshake. Keterlaluan? Katakan saja begitu, karna Sungmin memang tidak pernah mencoba dan mendengarnya.
"Iya milkshake. Ah, karna kau manis, aku akan memberi mu milkshake vanilla. Ini penawaran khusus, karna ku rasa ini kali pertamanya kau datang ke sini, tuan" lalu bartender wanita itu menggeerlikan matanya dengan nakal
Respon Sungmin hanya bergedik ngeri. Ia memandangi bartender wanita di hadapannya.
sepertinya tidak mungkin dengan bartender wanita ini, bahkan pekerjaannya hanya seorang bartender di klub malam. Pasti, uang yang dia miliki tidak seberapa.
"Hei tuan, anda melamun?" tanya si bartender sambil mengibaskan tangannya di depan Sungmin
"O-oh a-apa?"
"Anda melamun rupanya. Oke, akan ku berikan kau milkshake vanilla agar kau tidak melamun lagi, tuan~" ujar bartender wanita itu lalu segera pergi dari hadapan Sungmin, sepertinya untuk membuat milkshake vanilla untuknya.
Sungmin yang polos hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu membalikkan tubuhnya lagi. Tiba-tiba saja di pandangannya lewat seorang yeoja sexy dengan berpakaian dress merah yang ketat, membuat bagian dadanya terekspos.
Sungmin menelan ludahnya, sepertinya gadis yang baru lewat tadi itu gadis yang kaya, lihat saja dari aksesoris yang dia gunakan. Haruskah...?
Tiba-tiba dia teringat pembicaraannya dengan Eunhyuk tadi pagi di kafe
"Bekerjalah di klub, hyung"
"Klub? Apa ada lowongan disana?"
"Ah, ma-maksud ku bukan bekerja sebagai pelayan di sana hyung..."
Sungmin mengangkat alis kananya, "Lalu?"
"Em be-begini, k-kau bekerja melayani, hyung" ujar Eunhyuk gelagapan
"Melayani?"
Eunhyuk mengeuk salivanya, lalu menarik napas "Y-ya, me-melayani yeoja, hyung"
Seketika Sungmin langsung menatap Eunhyuk dengan horror, apa maksudnya?
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
"Maksud mu?" tanya Sungmin nyaris teriak
"I-iya begitu hyung, kau melayani yeoja-yeoja yang sedang bernafsu di sana, setelah itu kau bisa dapat uang, hyung" Eunhyuk mengatakan itu nyaris berbisik, Ia menggigit bibirnya dengan kencang
Sungmin menggertakan giginya, lalu menatap Eunhyuk dengan geram, rasanya Ia ingin menampar mulut temannya yang satu ini
"KAU GILA?!" Teriak Sungmin. Untung saja pengunjung kafe itu baru mereka berdua, jika tidak, akan sangat menggangu pasti
"Eunhyuk-ah, kau dapat ide gila ini darimana hah?!"
"Apa sebegitu inginnya kau aku bekerja, hah?!"
"Aku tidak akan melakukan hal murahan seperti itu, Eunhyuk-ah!"
Sungmin mengatakan itu dengan sangat keras dan penuh emosi, sangat emosi. Sementara Eunhyuk hanya bisa menunduk dan sesekali melirik ke arah pelayan yang berada di meja kasir, yang daritadi terus memperhatikan mereka.
"Pelankan suara mu, hyung" bisik Eunhyuk
Napas Sungmin terengah-engah, lalu Ia menghela napasnya.
"Eunhyuk-ah, aku tau mencari pekerjaan di Seoul itu sangatlah sulit. Tapi, aku yakin suatu saat nanti aku bisa dapat pekerjaan, Eunhyuk-ah, tapi bukan pekerjaan murahan seperti itu, banyak pekerjaan halal yang bisa ku cari selain pekerjaan seperti itu"
"Tapi hyung, berapa lama lagi kau harus mencari? Ini sudah 2 bulan semenjak kau dipecat, hyung. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk mu" jawab Eunhyuk tak terima
Sungmin menatap Eunhyuk dengan geram, "Yang terbaik bagaimana? Justru saran mu sangat buruk!"
"Aku tau, hyung. Tapi, berapa lama lagi Sungjin harus menunggu, hyung? Kau tau kan biaya operasinya sangatlah mahal? Bahkan gaji ku selama 5 bulan saja tidak akan cukup untuk membiayi penyicilan pertama hyung" Eunhyuk lalu menarik napas, "Jika kau bisa melayani salah satu yeoja kaya di klub, mungkin kau bisa mendapatkan uang untuk membiayai penyicilan pertama, hyung"
Sungmin terdiam, dan setelah Eunhyuk mengatakan itu, Ia pun ikut terdiam. Mereka larut dalam keheningan mereka setelah itu
"Tidak" tolak Sungmin dengan tegas
Eunhyuk menunduk, salahnya memang mengidekan ide gila seperti ini pada sahabatnya ini.
"Serterah kau saja hyung. Aku sudah menyarankan segalanya pada mu, aku hanya tidak ingin melihat Sungjin menderita, bahkan saat masa komanya. Jika kau berubah pikiran, datanglah ke klub 'Styles', 300 meter dari Lotte world, itulah tempatnya. Oh ya, kau pasti tau cara melakukan 'itu', kan? Kita bahkan pernah menonton videonya bersama" ujar Eunhyuk panjang lebar, lalu segera bangkit dari kursinya, lalu meninggalkan Sungmin yang masih diam dan mencerna kalimat Eunhyuk
.
Kembali lagi pada Sungmin yang masih terbayang oleh ucapan Eunhyuk. Ia sudah memikirkan ini seharian, katakanlah dia munafik karna tadi pagi dia menolak, dan sekarang dia sudah berada di klub. Tapi, Sungmin sudah memikirkannya, dia tidak mau membuat adiknya, Lee Sungjin, merasa menderita lagi, bahkan saat masa komanya.
Lagipula, ini semua memang salahnya. Jika saja sang adik tak harus berkerja sangat keras, kecelakaan tak akan menimpa Sungjin. Ia masih ingat betul 8 bulan yang lalu, saat hampir tengah malam ketika Sungjin dan tim kerjanya masih di sebuah gedung yang masih dalam proses pembangunan, mungkin karna kelelahan atau mengantuk, Sungjin tidak melihat tali pengaman yang terlingkar di pinggangnya terlepas, sehingga, membuat Sungjin terjatuh dari lantai 3 bangunan yang bahkan belum jadi itu. Dan, syukurlah Sungjin masih hidup, namun ironis, dia terkena koma, dan dokter mengatakan dia mengalami patah tulang.
Untuk menyembuhkan segalanya, tentu saja harus ada operasi, dan untuk merawat Sungjin, tentu saja dia harus dirawat di rumah sakit. Dan selama 9 bulan terakhir ini, Sungmin terus bekerja dan bekerja, dia mungkin bisa mencicil untuk biaya rumah sakit, tapi, ternyata operasi harus segera dilakukan, atau tidak Sungjin mungkin tak akan selamat.
Dan, di dunia ini Sungmin hanya memiliki Sungjin, adik kesayangannya itu. Dan bagaimanapun caranya, Sungjin harus sembuh, ia harus bangkit dari komanya.
Dan Sungmin berada di klub ini untuk Sungjin, demi Sungjin, adiknya. Meski Ia tau apa yang hendak Ia lakukan ini sangatlah murahan, Sungmin harus melawannya. Mungkin, jika adiknya sudah terbangun dan mengetahui bahwa Sungjin selamat karna uang kotor, mungkin adiknya itu akan sangat membencinya.
Dan mungkin, orang tua Sungmin yang sudah berada di atas sana akan sangat malu memiliki anak sepertinya. Namun, Sungmin tidak peduli, asal adiknya selamat, asal adiknya bisa sembuh, di caci maki oleh seluruh dunia pun Ia tidak peduli.
"Maaf..." gumam Sungmin pelan lalu segera bangkit dari kursi bar itu, mulai mencari 'mangsa'nya malam ini.
.
.
.
Seks, hiburan, dunia malam. Ketiga hal itu nyaris dibutuhkan oleh setiap anak muda jaman sekarang, ah tidak, bahkan mereka yang sudah menginjak kepala 3 sampai 4 saja membutuhkan itu.
Apalagi untuk orang kesepian seperti Cho Kyuhyun, setiap seminggu sekali Ia benar-benar membutuhkan hal itu. Semua dia lakukan atas dasar gairah, gairah, dan gairah, tanpa pernah ada cinta. Baginya, seseorang yang berkeliaran di klub malam tak pantas untuk dicintai.
"Jadi, kau pilih siapa untuk malam ini?" tanya Donghae yang sekarang berdiri di sebelah sofa yang Kyuhyun duduki
Kyuhyun hanya diam, dan itu membuat Donghae menghela napasnya. Sudah 30 menit mereka di klub malam yang setiap seminggu sekali mereka kunjungi, ya tentu saja untuk memuaskan kebutuhan gairah Kyuhyun.
Tapi Kyuhyun hanya diam, datar, dan terus menatap ke arah panggung, dan dari tadi di panggung itu ada seorang gadis yang tengah menggoyangkan tubuhnya dengan erotis, yang membuat mata pria mana pun pasti tak akan berkedip.
"Kau menginginkan Hyuna?" tanya Donghae yang telah mengetahui nama penari erotis itu
"Tunggu" jawab Kyuhyun datar
Kyuhyun terus mengamati penari erotis itu. Tapi entah ada magnet atau apa, seketika pandangannya teralih ke arah kanan, pandangannya menangkap seorang namja tengah mengerucutkan bibirnya, terlihat namja itu tengah mendengus dengan kesal.
Dan seperti magnet juga, sang namja itu mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun.
DEG
Deja vu
Magnet, ya benar magnet. Pandangan mereka bertemu begitu saja, Kyuhyun dan Sungmin. Dunia seolah berhenti pada saat itu juga, bahkan suara musik yang super itu seolah tak terdengar oleh mereka. Kyuhyun memandang sosok yang tak jauh darinya itu dengan lemah, ada sebuah rasa kecewa di hatinya.
Ke-kecewa?!
Ya, kecewa, kecewa karna melihat Sungmin tengah ada di klub malam.
Pandangan itu terputus, Sungminlah yang memutusnya. Seperti tidak terjadi apa-apa, Sungmin melanjutkan langkahnya.
"Aku menginginkannya" ucap Kyuhyun
.
.
.
Donghae membelalakkan matanya, "A-apa?"
"Ku pikir kau tidak tuli" jawab Kyuhyun datar
Donghae memang tidak tuli, hanya memastikan saja. Memastikan bahwa Ia tidak salah dengar bahwa Kyuhyun menginginkan seorang namja untuk malam ini. Jangan kira Donghae tidak lihat aksi pandang-pandangan Kyuhyun dengan Sungmin, Donghae melihat segalanya. Tapi, yang benar saja, masa iya dengan namja itu?
"Kau serius?" ulang Donghae
"Ku pikir kau tau aku tidak suka pengulangan"
Donghae menghela napas. Sebegitu kesepian kah Kyuhyun? Sampai-sampai dia sudah menginginkan seorang namja? Hei, garis bawahi itu, NAMJA
"Baiklah" jawab Donghae seadanya, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari namja imut tadi.
Lalu dalam pandangannya, Sungmin telah keluar dari toilet, membawa segumpal tissue di tangannya. Dan tanpa ba-bi-bu, Donghae menghampiri Sungmin
"Permisi" sapa Donghae dengan sopan
Sungmin yang merasa ada seseorang tengah menyapanya pun menatap bingung Donghae yang berada di depannya, "I-iya?"
Donghae menarik napasnya dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan, "Be-begini, apa... kau bisa ku sewa?" tanya Donghae pelan
Sungmin membelalakkan matanya mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Donghae, "A-apa?" tanyanya kaget
"Begini, kau.. lihat seseorang di sana tidak?" tanya Donghae sambil menunjuk sofa yang Kyuhyun duduki, "Dia bos ku, dan dia menginginkan mu malam ini, kau... bisa ku sewa, tidak?"
Demi Tuhan, Donghae benar-benar ingin meremas rambutnya sekarang. Baginya sudah biasa menawari seorang yeoja penawaran seperti ini, tapi... kali ini dengan namja, dengan namja!
Sungmin menatap Donghae dengan geram, rasanya Ia ingin menampar Donghae sekarang juga. Namun, di benaknya muncul sosok Sungjin, adiknya yan sampai saat ini masih di ambang kematian itu.
Sungmin menarik napas dalam, "Kau berani bayar aku berapa?" tanya Sungmin
"Kau ingin berapa?" Donghae bertanya balik
"500 juta won, bisa?" Donghae membelalakkan matanya kaget mendengar penuturan Sungmin
"500 juta?" ulang Donghae
"Iya"
Seketika itu, Donghae membulatkan matanya, bahkan mulutnya sudah membentuk huruf 'O'
"Gila" gumam Donghae, apa-apaan orang dihadapannya ini? 500 juta won katanya? Hei, bahkan gaji Donghae selama 5 tahun di perusahaan Kyuhyun tak akan sampai 500 juta. Dan sekarang, namja imut di depannya ini menawar harga 500 juta? Hanya untuk 1 malam? Oh yang benar saja...
"Bagaimana?" tanya Sungmin yang membuat keadaan spechless Donghae terpecah.
Sungmin mungkin akan disebut gila, tapi terserahlah. 500 juta won bagi Sungmin sudah sangatlah cukup untuk segala biaya perawatan Sungjin. Biaya rumah sakit, biaya operasi, biaya obat, dan mungkin jika ada operasi tambahan semuanya bisa cukup.
Donghae melirik Kyuhyun yang masih setia duduk di sofa, lalu menghela napas. Ia benar-benar tidak ingin memberikan namja imut yang super mahal ini ke hadapan Kyuhyun, tapi mau bagaimana lagi, Kyuhyun paling benci penolakan.
"Hm, sebaiknya kita temui bos ku dulu" ujar Donghae
"Baiklah"
.
TBC/DELETE?
.
.
.
Chapter 1 selesai!
Haha, bagaimana? Apa ceritanya menarik? Jujur ini ff rated m pertama saya. Gatau kenapa tiba-tiba muncul ide seperti ini di benak saya wk.
Kalo bagi kalian ff ini menarik, tolong review yaa. Kalo reviewnya sedikit sih rencananya mau saya delete.
TBC/DELETE?
REVIEW!
