Harry Potter belongs to JK Rowling. I gain no profit from this work.
a/n: fik pertama di fandom ini dan langsung meluncur ke jpsb wakwaw (not exactly sih). I just wanted to write them since there's not much of them, especially in Indonesian. Sedikit canon-modified. Abstrak, plotless dan ooc. Pre-PoA.
Sel tempatnya dikurung begitu dingin. Gelap.
Suram. Kotor dan tidak menyenangkan. Sirius melewati sebagian besar waktu dengan pikiran melayang pergi meninggalkan tubuhnya—kebanyakan kembali pada masa sebelum ini, sebelum dia berada di Azkaban, sebelum ada pengkhianatan dan ia masih bersenang-senang di Hogwarts bersama James. Ah, ya, James. Sirius mengingat James tidak seperti dia mengingat orang lain. Sirius ingat setiap inci dari James; wajahnya, potongan rambutnya, warna matanya.
Dia ingat dengan Remus, dia ingat Severus dan Regulus, dia bahkan ingat tentang Peter (hey, orang brengsek inilah yang paling diingatnya selain Prongs). Sirius ingat mereka dan banyak lainnya pada sebagian besar waktu, hanya saja sosok-sosok itu tak berwajah, dan kadang-kadang mereka juga tak bernama. Kadangkala dalam mimpinya Sirius kembali terlibat dalam kenakalan-kenakalan yang ia lakukan bersama James. Dia banyak mereka ulang suatu momen, tapi di sana orang-orang tidak mempunyai wajah. Hanya ada kulit halus, tanpa mata, tanpa bibir, tanpa hidung. Di lain waktu mereka bahkan tak punya nama—Sirius sama sekali tidak tahu siapa mereka. Apakah itu Moony, apakah itu Snivellus, apakah itu Peter. Semuanya sama saja. Dunia tidak lagi berwarna dan orang-orang tidak lagi berwajah ataupun bernama. Semuanya monokrom dan tanpa suara. Semesta menjadi buta warna dan kedap suara, kecuali James Potter yang gelegar tawanya masih sering terdengar di telinga.
Mungkin kewarasannya akan hilang sebentar lagi. Mungkin Sirius tidak akan lagi ingat apa-apa kecuali bahwa dia tidak bersalah, dan dia akan tidak ingat kenapa bisa berada di tempat mengerikan seperti ini. Dementor barangkali lebih kuat dari yang ia sadari.
Dan Sirius tahu bahwa ini semua hanya temporer, sungguh dia tahu, bisa jadi dia akan bisa mengingatnya kembali jika lepas dari cengkraman para Dementor. Namun dia meragukan keberhasilannya dalam melarikan diri sekalipun keinginan itu begitu kuat, membara di dasar hati. Orang-orang tanpa wajah mondar-mandir sesuka hati—baik dalam realita ataupun memorinya—, berbicara hal yang tidak Sirius mengerti. Dunia seluruhnya pudar ke dalam abu-abu dan yang bisa ia ingat hanyalah James Potter seorang, dengan senyum jahil dan semangat masa mudanya yang takkan pernah habis.
Sel tahanannya sudah sangat dingin bahkan sebelum Sirius ingat kalau James sudah mati.
