Our Stories
.
.
By dee-mocchan
.
.
For a celebration of #aokiseweek in tumblr
.
.
.
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki-sensei.
Warning: BL, banyak typo(s), bahasa nggak baku, mungkin OOC.
Characters: Akashi Seijuurou, Aomine Daiki, Kise Ryouta, Kuroko Tetsuya, Momoi Satsuki.
Pair: AoKise.
Rate: T
.
.
.
Enjoy~
Day 1 Themes: Firsts/Lasts
Chosen theme: Both of Firsts and Lasts
"Kise, jadilah pacarku..." Sebuah pengakuan dan juga permintaan dengan suara lumayan keras terdengar menggema ke seluruh penjuru Gym.
Berpuluh-puluh pasang mata yang sedang berada disitu, latihan maupun hanya menonton, sontak membelalakan kedua mata mereka hingga nyaris keluar.
"HEEE?" Respon satu kata yang diutarakan oleh mayoritas manusia di dalam gym itu.
"Tu-tunggu, Dai-chan! Kau nggak apa-apa kan? Apa kau sakit? Jangan-jangan kau keracunan jamur yang kau makan di pinggir sungai kemarin?" Momoi Satsuki, satu-satu perempuan di gym itu langsung panik sendiri dan mengganggu ruang pribadi teman kecilnya, pemuda berkulit overtan bernama Aomine Daiki.
"Apaan sih, Satsuki?! Aku sehat walafiat kok. Jangan pegang-pegang ah!" Jawab Aomine risih dan menjauhkan tangan perempuan bersurai pink itu dari kening hi-err lebarnya.
Desahan keras meluncur mulus dari mulut pemuda lebih-ah maksudnya tidak kurang tinggi dengan kedua iri beda warnanya yang memicing tajam dan sekelebat rambut merah magenta.
Ah, kalian tahulah itu siapa...
Semua penonton menelan ludah. Ada juga yang sebagian menutup mata mereka karena silau dengan rambut ngejreng Akashi.
"Daiki, aku harap kau sadar diri dan ingat usia. Kalian ini masih terlalu dini untuk pacaran. Nanti gedenya malah jadi cabe-cabean... Dan lagi aku tidak mau kau mengotori kepolosan Ryouta dari sifat mesum milikmu itu. Sebelum kau tanya aku tahu dari mana, aku tahu semua koleksi ehem mu itu. Caranya gimana, hanya aku yang tahu. Belum lagi kau tidak memilih waktu yang tidak tepat..." Akashi geleng-geleng kepala sendiri.
"Hah? Memang siapa kau mengganggu hubunganku dengan Kise? Yang aku minta kan Kise! Aku tak butuh izin darimu! Apalagi mendengar ancamanmu itu!" Aomine mulai naik darah.
Tanpa menggubris lebih jauh larangan Akashi, Aomine lalu mendekati target dari permintaan cintanya barusan.
"Kise, aku tahu selama ini aku terlihat kasar dan sering mengganggumu. Tapi aku nggak akan pernah bohong menyangkut perasaanku sendiri. Jadi kalau aku bilang aku ingin kau jadi pacarku, itu tulus dari dalam hatiku." Berhenti sejenak, Aomine mengambil kedua tangan Kise yang terkulai lemas di kedua sisi badannya. Ragu-ragu, Aomine menggenggam erat kedua tangan itu dan mencoba membaca ekspresi wajah Kise yang sedang menunduk, tertutup poni panjangnya.
"Ini memang terlalu cepat dan kita masih belia untuk mengenal lebih jauh apa itu cinta... Tapi sejujurnya yang aku inginkan melihat kau bahagia dan selalu tersenyum. Aku mau kau jadi orang pertama yang aku lihat saat bangun dan jadi orang terakhir yang aku lihat sebelum aku tidur. Begitupun sebaliknya untukmu... Jadi... Apa jawabanmu, Kise?"
Tangan yang Aomine pegang bergetar hebat. Begitu pula badan Kise. Belum sempat Aomine menanyakan Kise kenapa. Badan yang tadi bergetar kini oleng dan ambruk.
"KISEEE!"
"KI-CHAANN!"
"KISE-KUN!"
"Apa aku bilang kan? Waktu pernyataan cintamu itu tidak tepat Daiki..." Akashi geleng-geleng lagi. Walaupun komentarnya tidak nyambung tapi akhirnya si surai merah memberi perintah kepada Aomine untuk membopong bongkahan emas kuning yang menyilaukan dari kisedai itu ke UKS sekolah.
Satu jam kemudian di UKS sekolah.
Kedua mata yang terpejam itu bergerak-gerak. Pemuda yang sedari tadi menunggunya hingga sadar, mulai lega begitu iris cokelat madu di depannya itu terbuka dan menatapnya balik.
"A-Aomine-chi?" Sahutnya pelan dengan suara serak. Mendengar itu, Aomine dengan sigap mengambil segelas air dan mendudukan Kise perlahan.
"Minumnya jangan terlalu cepat." Aomine lalu menunggu Kise selesai dan kembali menyamankan posisi duduknya.
"Aominecchi ngapain disini-ssu?" Pertanyaan bodoh Kise sukses membuat Aomine melayangkan sentilan pelan ke dahi si pirang.
"Hidoi-ssu! Sakit tahu!" Rengek Kise pelan, mengusap keningnya yang memerah.
"Sudah jelas menunggu sampai kau sadar, bodoh! Tiba-tiba pingsan saat aku sedang serius menyatakan perasaanku... Mengatai aku jahat, padahal kau sendiri hanya diam. Sebenarnya siapa disini yang jahat?" Frustasi, Aomine mengacak helaian biru tua rambutnya.
Kise yang masih cemberut melengoskan kepalanya sambil memainkan selimut yang terhampar hingga ke dadanya.
Tahu Kise tak mau jawab, Aomine lanjut bicara, "Kau itu kenapa tiba-tiba pingsan sih? Akashi bilang ini bukan waktu yang pas, tapi perawat sekolah bilang kau hanya syok sampai ambruk begitu. Aku tanya maksud Akashi apa, dia malah menyuruh menanyakan itu kepadamu."
Kise yang makin malu, kini menaikkan ujung selimut di dadanya menutup wajahnya yang semerah buah strawberry.
"Ha-habisnya aku ju-juga suka Aominecchi..." Sahut jawaban pelan dari Kise. Pandangan matanya kemana-mana asal tidak ke arah Aomine.
"Hah? Ngomong apa kau tadi? Nggak dengar nih!" Aomine mengorek kupingnya dan mendekatkan satu telinganya ke dekat Kise.
"Habisnya aku malu-ssu!" Aku Kise kemudian dengan suara keras. Wajahnya memerah dahsyat seperti buah apel merah yang sudah ranum.
"Malu?" Aomine mengeryitkan alis bingung. Kise yang kesal akan kebodohan si pemuda overtan, melempari bantal yang ia pakai sebelumnya.
"Iyalah! Aku malu Aominecchi tiba-tiba menyatakan-" ragu untuk melanjutkan, Kise berdeham "-perasaanmu itu di depan satu tim basket! Malu banget rasanya aku mau mati!" Kise menarik napas berusaha menenangkan diri.
"Ta-tapi di satu sisi aku senang, perasaanku di balas oleh Aominecchi, ja-jadi..." Kise memainkan jari-jari tangannya. Kise yang biasa hyperaktif entah kenapa jadi malu-malu meong begitu.
"Jadi?" Masih bingung dan mencoba sabar menunggu Kise selesai bicara, Aomine menaikkan satu alisnya.
"Ja-jadi.. A-aku mau menjadi pa-pacar Aominecchi-ssu..." Kini warna merah merona mewarnai wajah Kise hingga ke kedua telinganya.
Grep!
Wajah Kise yang tadi berpaling dari Aomine, kini menubruk dada si pemuda surai navy itu.
"Ao-minecchi... Sesak-ssu!" Kise meronta butuh oksigen karena pelukan Aomine yang serasa meremukkan tulang rusuknya. Kini Kise mengerti perasaan menderita Kuroko yang selalu jadi korban pelukan maut Kise sendiri.
"Aku serius waktu aku bilang, aku ingin jadi orang pertama dan terakhir yang kau lihat setiap harinya..." Kise tersenyum bisa merasakan getaran di dada Aomine, saat si pemuda berkata karena posisi mereka yang begitu dekat satu sama lain.
"Iya aku tahu... Ahominecchi..."
.
.
.
Then End of Day 1
A/N: Holaaa saya bawa fic baru buat aoki week! ga tau juga sih bakal bikin ke tujuh temanya apa ga, cuman saya udah buat day 1 sama 2, moga2 ada waktu, ide, dan mood nerusinnya. Jujur saya sebenernya pengen ngerayain full, liat sikon juga tapi... buat ultah Kise-chan saya udah ada ide tapi baru di ketik 2 paragraf orz semoga saja penulisan aoki week saya lancar jaya di tengah maraknya tugas dan kuis, shalalalala~ jaa ripiu pwease? :3 /ngacir naik angin kinton
