.
.
.PROLOG:
.
.
TING TONG
Bel rumah yang sepi tersebut berbunyi, pertanda ada tamu yang datang. Pemilik rumah yang kini hanya tinggal sendiri segera berjalan menghampiri tamu di depan rumahnya.
"Iya.. tunggu sebentar." Sahutnya seraya membuka pintu. "Dengan siapa... ya?" Matanya terbelalak begitu membuka pintu mendapati sesosok yang mirip namun berbeda dengan dirinya.
"Senang bertemu denganmu, Kaito. Aku saudara kembarmu, Taito."
.
.
.
Kaito dan seorang bernama Taito yang mengaku adalah saudaranya, kini mereka duduk saling berhadapan di ruang tamu. Jujur, ini sangat mengejutkan bagi Kaito. Tidak ada badai maupun hujan tiba-tiba saja ada yang bertamu ke rumahnya dan mengaku sebagai saudaranya, kembar lagi. Memang mereka terlihat mirip, terkecuali rambut dan iris matanya yang gelap keunguan. Dan jangan lupakan mata kanannya yang ditutup eyepatch itu. Membuatnya terlihat mencolok dan.. agak suram? Begitu pikir Kaito.
"Mmm.. mungkinkah aku terlihat sangat aneh di matamu, Kaito?" tanya Taito dengan raut wajah agak sedih. Mungkin ia merasa tak enak dipandangi aneh oleh Kaito. Kaito juga salah sih, jangan memandang orang dengan aneh seperti itu. Apa yang terlihat belum tentu seperti yang dilihat.
"Ah, ma.. maafkan aku sudah lancang." Kaito meminta maaf dengan kikuknya. Terlihat sangat lugu di depan mata Taito membuatnya mengembangkan senyum. Sungguh lucu Kaito ini dipikirnya.
"Aku juga minta maaf karena tiba-tiba saja bertamu dan mengatakan hal aneh." Kata Taito.
"Ng.. tidak apa. Aku juga sedang senggang."
"Syukurlah kalau begitu."
Mereka saling memandang dalam diam. Entah mengapa mereka merasakan suatu perasaan aneh seperti sesuatu menggelitik hati mereka. Mungkinkah perasaan senang? Bahagia? Tapi mengapa?
"E.. etto!" ucap keduanya bersamaan.
"Eh?" keduanya sama-sama bingung.
"Kau duluan saja!" Ucap keduanya lagi dengan serempak.
". . . ."
"Pfftt..."
"Hahahaha..."
Mungkinkah benar mereka saudara yang terpisahkan? Lantas bagaimanakah mereka bisa kembali bertemu?
"Ng.. kurasa memang benar kita saudara? Dan jika itu benar, aku yakin kau pun juga mempunyai benda yang seperti ini?" Taito mengeluarkan sebuah gelang perak dengan ukiran-ukiran khas yang terlihat rumit.
"Ah! Itu.." Kaito yang melihatnya langsung terlonjak kaget. Langsung saja ia berlari ke kamarnya mengambil sesuatu yang telah ia jaga selama ini. Benda yang hampir sama dengan yang Taito tunjukkan.
Mereka kemudian menaruh gelang itu di atas meja dan mendekatkannya. Terlihat seperti ada daya tarik magnet yang lemah namun masih mempunyai tenaga untuk membuat keduanya saling menempel dan menyatu.
"Ah!"
Keduanya saling bertukar pandangan. Takdirkah? Ini seperti mimpi. Tidak disangka 17 tahun mereka terpisah akhirnya kembali bersama.
.
.
.
Kaito dan Taito adalah anak kembar yang terbuang sedari bayi. Keduanya ditemukan di depan panti asuhan kecil di pinggir kota. Panti asuhan itu kemudian mengasuh mereka. Namun terjadi sebuah tragedi di panti asuhan tersebut yang memisahkan mereka.
Sebuah kebakaran besar di kota itu membuat semua penghuni panik dan lari berhamburan. Kaito yang saat itu kebetulan berada dalam gendongan pengasuh beruntung selamat dengan anak-anak lainnya, namun tidak bagi Taito. Dalam kebakaran itu, Taito menghilang dan tak ditemukan dimanapun. Begitu sampai akhirnya bayi Kaito di asuh oleh keluarga biasa yang tak dikaruniai anak, Taito masih belum ditemukan.
Satu-satunya petunjuk bagi keduanya adalah gelang perak yang mereka miliki.
.
.
.
"Gelang ini sungguh unik. Dikelilingi oleh ukiran-ukiran aneh dan juga nama kita. 'Taito'." Kata Taito sambil menatap gelang miliknya.
"Benar, digelangku juga tertulis namaku, 'Kaito'." Kata Kaito mengiyakan. "Lalu, aku penasaran bagaimana kau bisa menemukanku."
"Hmm.. tentunya dengan bantuan teman-temanku. Tapi kunci dari semuanya adalah gelang ini. Coba kau perhatikan." Kata Taito memperlihatkan bayangan gelangnya di atas meja. Terdapat pola titik-titik yang dibuat oleh gelang Taito.
"Ah, itu namaku!" Kaito terkejut mendapati namanya yang terbentuk dari pola titik-titik bayangan gelang Taito. "Apa jangan-jangan gelangku juga?" Taito hanya tersenyum. Kaito kemudian mencoba menerawang dan membuat bayangan juga dari gelangnya. Dan benar saja. Terdapat pola titik yang membuat nama 'Taito'.
"A, aku tak menyadarinya. Uwaah.. hebat sekali!" Kaito takjub.
"Benar, hebat kan?" Kata Taito. "Aku pun juga baru menyadarinya beberapa waktu ini."
"Seandainya kita menyadari ini lebih cepat, mungkinkah..." Kaito menatap Taito dengan rasa penasaran.
"Ya, mungkin kita akan bisa bertemu dengan lebih cepat lagi."
Keduanya hanya tersenyum dan tertawa. Melepaskan kerinduan yang tak bisa diungkapkan.
"Lalu.. diantara kita berdua siapa yang kakak?" celetuk Kaito.
"Eh? Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"
"Hanya penasaran. Ayolah, apa kau tidak pernasaran."
"Ng.. karena kau bilang begitu, aku juga jadi penasaran."
"Benarkan? Berapa tinggimu?" Tanya Kaito dengan super ekstra penasaran.
"Se- 175 cm?"
"Ah! Aku lebih tinggi!" kata Kaito langsung berdiri saking senangnya.
"Heh? Benarkah? Bukannya sama?" Taito pun juga ikut berdiri ingin memastikan tinggi badan mereka.
"Lihat kan? Tinggiku 177 cm lho."
"Hanya beda 2 cm."
"Yang penting aku lebih tinggi. Hahaha.. aku seorang kakak!"
"Ya ya, aku tidak masalah siapa yang kakak disini. Yang penting aku sudah bertemu dengan saudaraku." Kata Taito yang membuat Kaito tersentuh. Langsung saja Kaito memeluk erat yang dianggap adiknya itu dengan air mata bercucuran.
Dipeluk tiba-tiba dengan erat membuat Taito terkejut. Selama ini ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dengan sedikit ragu, tangannya bergerak dengan perlahan ingin membalas pelukan Kaito.
"Se, senang bertemu denganmu." Kata Taito. Belum sempat tangannya membalas pelukan, Kaito malah menjauhkan dirinya membuat Taito kembali terkejut.
DEG
Sikap Kaito barusan membuat Taito bergeming.
'Apa ini? Apa aku akan ditolak lagi?' pikir Taito menerawang.
"Bukan, Taito." Kata Kaito sedikit berteriak membuat Taito kembali sadar. "Bukan itu yang harus kau katakan, tapi 'Aku pulang'! Ayo, katakan 'Aku pulang'!"
"A, aku pulang?" Taito mengucapkannya dengan nada tanya diakhir namun disambut kembali oleh pelukan hangat.
"Nah, gitu dong. Selamat datang, Taito." Kaito merasa sangat senang sampai air matanya mengalir. Ia pun mengeratkan pelukannya. Begitu juga dengan Taito. Dengan perlahan ia membalas pelukan Kaito.
"Ya, aku pulang."
.
.
.
"Selesai" atau "Bersambung"...
.
.
Holaa...
Maaf, ditengah mereka saling melepas rindu aku malah membuat ceritanya bersambung.
Sebenarnya ini hanya sebagai prolognya saja, dan masih ada cerita lanjutannya.
Dari judulnya pun sebenarnya sudah ketahuan ya, hahahaha.. walaupun disini belum kelihatan dan apa sih yang melatari judul di atas?
Namun, di karenakan suatu keadaan situasi dan kondisi, aku hanya bisa menulis sampai segini saja dulu.
Jika berkenan pingin baca lanjutannya, silahkan review atau hubungi saya.
Maafkan saya yang begitu kejam.
Terus bagi yang mau cerita ini tetap lanjut, tolong dibantu..
Kalian ingin cerita ini seperti apa dan bagaimana?
Inginnya mereka hanya sebatas saudara sajakah? Brocon? Incest?
Atau ada pair lain yang membuat cerita saya kali ini juga menganut paham straight atau shonen-ai dan sejenisnya seperti sebelumnya? O.o
Atau hanya cerita family friendship dan romance biasakah?
Dan untuk spoiler chapi selanjutnya, sesuai dengan summary diatas~:
..."Tato!? Aku melihat ada tato!"
..."Kau tak tahu kalau ada geng yang berkuasa disini?"
Mohon saran dan dukungannya,
Dengan begitu mudah-mudahan saya dapat melanjutkan kembali semua fic saya dengan cepat, YAHAA~
Thanks a lot for reading my fic,
SHILAFANTASY
