CHRYSANT

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Mysteri, Romance

.

.

.

SUMMARY : Hinata menjadi amnesia sejak kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Namun dibalik semua itu terdapat sebuah misteri tentang kematian mendadak teman sekelasnya yang bernama Haruno Sakura. Apakah Sakura meninggal karena dibunuh? Lalu siapa yang sudah membunuhnya?


Jalanan aspal di sepanjang perjalanan menuju daerah perumahan kota Tokyo tidak seramai biasanya pada malam itu. Ini adalah musim dingin, kebanyakan orang memilih berdiam diri di rumah mereka sambil menghangatkan badan dengan kopi atau cokelat panas. Lain halnya dengan seorang gadis berambut indigo yang melajukan kendaraannya dengan kencang. Bukan karena jalanan sepi yang membuatnya ingin ngebut, tetapi karena suatu hal –suatu hal yang membuatnya sangat ketakutan.

Tangannya mencengkram stir mobil dengan gemetar. Air matanya mulai mengalir di kedua pipinya. Keringat dingin pun menetes membasahi tubuhnya. Terdengar isakan kecil dari bibirnya. Setelah itu sebuah kalimat yang tidak bisa ia jawab keluar dari mulutnya.

Haruskah aku kembali?

Haruskah Hinata kembali dan melihat semuanya dengan jelas? Sepertinya itu tidak akan terjadi karena tiba-tiba sebuah truk muncul dari arah berlawanan. Lampunya yang terang membuat penglihatan Hinata menjadi silau dan terjadilah sebuah kecelakaan yang membungkam sebuah kebenaran...

0ooooOoooo0

Bau khas rumah sakit menusuk indra penciuman gadis bernama Yamanaka Ino. Sialnya hari ini dia tidak membawa benda apapun yang bisa menghalangi bau itu, dan akhirnya rambut pirangnya lah yang menjadi korban. Itu tidak menjadi masalah besar karena dia baru saja membasuh rambutnya dengan shampo. Lebih baik daripada bau rumah sakit, pikirnya.

Dua minggu yang lalu Ino mendapat kabar bahwa sahabatnya mengalami kecelakaan dan sampai saat ini belum sadar dari koma. Gadis berambut pirang itu sangat terkejut saat mengetahui Hinata kecelakaan, pasalnya Ino tahu betul kalau gadis itu bukanlah orang yang suka ugal-ugalan di jalan raya.

Ino, apakah kau tahu arti dari bunga krisan berwarna putih?

Kira-kira begitulah pesan terakhir yang Hinata kirim sebelum mobilnya menabrak pembatas jalan karena menghindari truk pengangkut barang.

Pintu berbahan kaca itu dibuka tanpa suara. Hinata duduk di kasurnya dengan tatapan kosong. Dokter dan beberapa perawat mengelilinginya dengan raut wajah yang menggambarkan kekhawatiran.

"Hinata, kau sudah sadar?" Kata Ino dengan lembut.

"Apakah Hinata benar-benar sudah sembuh, dokter?" tanya Ino

"Dia sudah boleh pulang besok," jawab dokter. "Tapi, dia mungkin tidak akan mengenali siapapun. Bahkan dirinya sendiri."

Pernyataan itu sontak membuat Ino terbelalak. Hinata amnesia?

.

Ruangan dengan dinding berwarna putih bersih menyambut Hinata setelah berhari-hari dia berada di rumah sakit. Entah mengapa ruangan ini membuatnya tidak nyaman, apakah karena warnanya yang putih dan terlihat mirip ruang perawatannya kemarin? Mungkin Hinata harus menggantinya dengan warna-warna yang lebih cerah nanti.

"Kau sangat menyukai dekorasi kamarmu, kau bahkan memarahiku saat aku memindahkan pot bunga itu ke tempat lain."

Pandangan Hinata teralihkan pada sebuah pot bunga yang Ino bicarakan. Bunga putih itu membuat Hinata mengingat sesuatu. Bunga berwarna putih...

"Apakah itu bunga krisan?" Tanya Hinata membuat Ino tersenyum.

"Bukan, itu jelas bukanlah krisan. Dari bentuknya saja sudah beda jauh," Kata Ino. "Kau ini benar-benar amnesia ya? Sampai tidak bisa membedakan bunga."

"Lalu itu apa?"

"Itu bunga Kamelia yang melambangkan penantian. Kau sangat menyukai bunga itu," Ino menjelaskan. "Tapi, hey, kau bilang krisan? Apa kau mengingat sesuatu?"

"Maksudmu?"

"Sebelum kecelakaan kau sempat bertanya arti dari bunga krisan putih padaku."

"Apa artinya?"

"Kematian..."

Tiba-tiba mereka berdua terdiam dan memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi.

"Ino, kau adalah sahabat terdekatku. Bisakah kau menceritakan sedikit mengenai diriku? Atau teman-temanku yang lain?"

"Tentu saja," jawab Ino. "Kau adalah gadis yang ... bagaimana menceritakannya yah–"

"Ceritakan saja. Tidak apa-apa, aku akan menerimanya."

Hinata sebenarnya belum siap mendengarnya. Mendengar dari kalimat Ino barusan sudah membuat dia bepikir yang macam-macam. Apakah dia orang jahat?

"Kau sangat angkuh, maksudku kau tidak peduli pada orang lain dan selalu mementingkan dirimu sendiri." Ino mengatakannya dengan hati-hati.

"Begitu, ternyata sikapku cukup buruk ya?" Hinata tersenyum, mencoba membuktikan kalau dia baik-baik saja setelah mendengar cerita tentang dirinya.

"Meskipun begitu, kau memiliki banyak teman. Kau adalah gadis yang keren," Ino mengepalkan keempat jarinya sehingga menyisakan ibu jari untuk memperlihatkan rasa terkesannya.

"Saat kita masih di tingkat pertama, kau sangat berani melawan senior yang paling ditakuti di sekolah. Semua orang menganggapmu 'pencari masalah' tapi mereka sangat mendukungmu. Kau bahkan pernah mendapat surat cinta dari ketua OSIS sekolah kita. Oh, mengingat hal itu membuatku sangat bersemangat membahasnya," Ino mengatakannya dalam sekali tarikan napas.

"B-benarkah?"

"Ya! Tapi kau selalu kesal saat aku membicarakan itu. Menurutmu itu sangat menjengkelkan karena membuat semua orang membicarakanmu."

"Lalu, apakah ada pria yang kusukai?"

"Ada. Namanya Uchiha Sasuke, dia pria dingin yang tampan. Semua gadis menyukainya."

Pria dingin yang tampan? Benarkah Hinata menyukai orang seperti itu? Mungkin saja, karena cinta tidak bisa memilih.

"Ceritakan tentang Uchiha Sasu ... ki?"

"Sasuke!" Ino membetulkan.

"O-oh, ya, Sasuke. Apa dia juga menyukaiku? Atau hanya aku yang menyukainya?"

"Entahlah, tapi Sasuke sepertinya tidak menyukai siapapun. Itu yang aku tahu," ucap Ino. "Lagipula dia sudah dijodohkan dengan gadis bernama Haruno Sakura."

"Sakura?"

"Ya, kau sangat membenci gadis itu seperti dia membencimu. Aku bahkan sampai bergidik ketika melihat kalian bertatapan sinis." Ino mengatakannya sambil menggelengkan kepala. Seperti apa hubungan Hinata dengan gadis bernama Sakura itu?

"Kenapa aku membencinya?" Hinata mulai menyesal mendengar kisahnya di masa lalu.

"Mungkin karena dia tunangan Sasuke."

Haruno Sakura? Siapa gadis itu? Aku tidak mengerti tetapi tiba-tiba bayangan bunga krisan berwarna putih itu muncul kembali.

0ooooOoooo0

Konoha Senior High School.

Hari ini cukup hangat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Meskipun begitu, masih banyak orang yang memakai pakaian khas musim dingin –Seperti halnya Hinata. Gadis itu berdiri di depan gerbang berwarna hitam sambil memandang bangunan yang ada di depannya. Inikah tempatnya belajar dulu?

Hinata melangkahkan kaki untuk memasuki wilayah sekolah tetapi sedetik kemudian dia ragu. Bagaimana kalau dia tidak bisa beradaptasi? Bagaimana dia bisa mengenali teman-temannya? Oh, ini semua salah Ino! Gadis pirang itu tidak bisa berangkat pagi karena harus membereskan toko bunga milik keluarganya. Lalu bagaimana nasib Hinata? Hinata yang dulu mungkin akan langsung masuk ke kelas tanpa mempedulikan pandangan teman-teman yang mungkin ingin disapa olehnya. Tapi ini bukanlah Hinata yang seperti itu. Sulit rasanya menjelaskan perasaan gadis beriris lavender itu saat ini.

"Hinata!" panggil seseorang.

Seorang pria berkulit putih, berambut putih dan memakai baju seragam berwarna putih berdiri sambil tersenyum padanya. Kenapa selalu warna putih? Batin Hinata tetapi bukan itu masalahnya. Hinata sama sekali tidak tahu siapa pria ini. Haruskah dia balas menyapanya? Atau diam saja pura-pura tidak mendengar –bukankah Hinata yang dulu akan bersikap begitu?

"Ya?" Akhirnya Hinata memilih untuk tidak mengabaikan pemuda putih ini.

"Kau terlihat pucat, apa kau baik-baik saja?"

"A-aku baik-baik saja, kau si–" kalau Hinata bertanya siapa nama pemuda ini maka dia akan tahu kalau Hinata amnesia. Tidak boleh! Hinata tidak boleh memberitahu siapapun kalau dia hilang ingatan. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa dia ingin merahasiakannya, tetapi pertanyaan 'mengapa' tidak selalu harus dijawab dengan 'karena' bukan?

"Bisakah kau membawakan tas milikku ke kelas? Sepertinya aku tidak enak badan hari ini." Pinta Hinata. Permintaan yang sangat menolong apabila pria itu mau membantunya.

"Tapi benarkah kau baik-baik saja? Atau lebih baik kita ke ruang perawatan saja. Aku takut kau kenapa-napa," kata pemuda itu, cemas.

"Itu tidak perlu, Terimakasih." Hinata tersenyum manis membuat pemuda itu mengrinyitkan dahi.

"Baiklah, ayo kita ke kelasmu."

Tunggu! Jadi dia tidak sekelas dengan Hinata? Lalu dia ini siapa? Hinata memperhatikan seragam milik pemuda itu dengan seksama. Yeah, itu dia! Tag name, Toneri Otsutsuki. Toneri? Siapa dia? Hinata berjalan mengekor di belakang Toneri. Semua mata memandangnya heran membuat Hinata ikut heran. Kenapa? What's wrong?

"Terimakasih sudah membantuku, Toneri ... san?" Benarkah Hinata biasa memanggilnya dengan Toneri-san? Oh, ini membuat gadis Hyuuga itu gila! Hinata Hyuuga bahkan tidak mengenali dirinya sendiri, apalagi orang lain?!

Lagi-lagi Toneri menatapnya aneh, "Kau sedikit aneh hari ini, tapi aku senang kau mau bicara padaku." Katanya. "Sampai jumpa nanti, Hinata-hime." Toneri tersenyum menggoda lalu pergi ke kelasnya yang bahkan Hinata tidak tahu dimana.

Hinata duduk di kursinya tetapi sepertinya ada yang tidak beres. Semua orang menatapnya penasaran sampai sebuah suara mewakili pertanyaan semua orang.

"Hinata, apa kau menerima cintanya? Kau jadian dengan Toneri?" Seru seorang gadis berambut kuning terang.

"Apa?" Hinata masih belum mengerti dengan apa yang Temari maksud.

"Kau, Toneri, pacaran? Tapi kau bahkan selalu membuang surat cinta dari si ketua osis itu!"

"Kau pernah mendapat surat cinta dari ketua OSIS sekolah kita. Oh, mengingat hal itu membuatku sangat bersemangat membahasnya."

Tiba-tiba suara Ino terngiang di telinga Hinata. Toneri Otsutsuki, ketua OSIS dan senior Hinata di sekolah ini? Pantas saja sepanjang perjalanan menuju kelas beberapa anak panah dari tatapan senior wanita –yang mungkin menyukai Toneri– tepat menusuk ke dalam dadanya. Ini lebih buruk dari yang Hinata bayangkan!

"Tidak kok! Dia ... dia cuma membantuku. A-aku tidak jadian dengan Toneri!" Kilah Hinata berusaha agar kalimatnya terdengar setajam mungkin. Tapi yah, itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Haruskah Hinata kembali menjadi dirinya yang dulu?

Semuanya diam, tanpa berkomentar. Mereka sibuk masing-masing meninggalkan Hinata yang menatap mereka penuh tanda tanya. Hinata menyandarkan kepalanya ke meja dengan malas. Dia tidak ingin ke sekolah! Tapi dia harus ke tempat ini untuk membantunya mengembalikan ingatannya sekaligus mengetahui penyebab kecelakaannya.

Kelas itu terdiri dari 20 meja siswa dan 1 meja guru. Hinata sendiri duduk di sebelah kanan paling depan. Sepertinya masih kurang 4 orang lagi yang belum hadir, salah satunya adalah Ino. Tidak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sesosok pemuda tampan berambut merah. Penampilannya terlihat seperti anak yang bermasalah dengan baju yang dikeluarkan dan rambutnya yang acak-acakan tapi dengan begitu dia malah terlihat sangat keren!

Pemuda itu duduk di samping Hinata dengan tenang. Hinata meliriknya melalui ekor mata lavendernya. Siapa pemuda itu? Apa dia cukup dekat dengan Hinata –mengingat mereka duduk bersebelahan. Tiba-tiba pemuda itu menatap Hinata membuat gadis berambut indigo itu panik.

"Apa?" tanyanya.

"T-tidak, apa hari ini ada tugas?" Tanya Hinata asal.

"Aku tidak tahu." Jawab pemuda yang baru Hinata ketahui bernama R. Gaara itu. R itu singkatan dari apa? Entahlah Hinata tidak tahu.

"O-oh, begitu..."

"Santai saja, kau sering bicara padaku di kelas meskipun kita tidak terlalu dekat." Ucap Gaara seolah bisa membaca pikiran Hinata.

"Ya, kita memang tidak dekat, haha..." Hinata tertawa konyol membuat Gaara terkekeh pelan.

"Hinata, Kurenai-sensei memanggilmu ke ruang guru!" kata Shikamaru selaku ketua kelas.

Hinata bingung dia tidak tahu dimana letak ruang guru, lalu bagaimana caranya dia sampai ke ruangan guru Kurenai dengan selamat tanpa tersesat?

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Gaara. "Aku bisa mengantarmu."

Pemuda ini memang luar biasa. Dia akan sangat membantu Hinata di tempat bernama Sekolah ini.

"Benarkah? Terimakasih!"

Hinata menuju ruang guru bersama Gaara. Langkah kaki Gaara yang panjang membuat Hinata harus berjalan cepat untuk mengimbangi pemuda berambut merah ini.

"Aku dengar kau kecelakaan. Apa itu benar?" Tanya Gaara.

Dari pertama Hinata masuk sekolah setelah dua minggu di rumah sakit baru kali ini ada orang yang membahas hal itu. Hinata penasaran apakah teman-temannya yang lain tidak tahu? Tapi dua minggu itu waktu yang cukup lama untuk hanya sekedar sakit biasa.

"Ya, Dan aku rasa hanya kau dan Ino yang tahu." Hinata tersenyum kecut.

"Itu karena kau adalah orang yang tertutup. Tapi ada bagusnya juga kau kecelakaan." Gaara tersenyum membuat Hinata memiringkan kepalanya karena bingung.

"Kau tidak mengerti maksudku? Baru saja aku mau bilang kau berubah jadi lebih baik setelah kecelakaan tapi ternyata kemampuan analisismu hilang."

"Maksudmu?" Hinata masih belum paham. Analisis apa?

"Hei!" Gaara frustasi menghadapi Hinata yang sedikit lola ini. "Sudahlah, lupakan saja."

Gadis Hyuuga itu pun hanya mengangguk tanpa bertanya lagi –meskipun sebenarnya dia masih bingung. Sudah banyak kelas yang mereka lewati tapi ruang guru masih belum terlihat.

"Hinata-chan!" panggil suara yang Hinata ketahui adalah milik sahabatnya –Yamanaka Ino.

Ino terlihat baru keluar dari sebuah ruangan di dekat ruang multimedia.

"Ino? Sedang apa kau di sana?"

"Aku menemui Kakashi-sensei untuk mengumpulkan tugas," jawab Ino. "Oh ya, Gaara, kau harus kembali ke kelas untuk menandatangani formulir."

"Baiklah," kata Gaara. Mereka berdua kemudian meninggalkan Hinata di tempat itu.

Tunggu! Bagaimana dengan ruang guru? Hinata benar-benar tidak tahu letaknya!

Sekarang apa yang akan dia lakukan? Kembali ke kelas? Tidak mungkin. Oh, tadi Ino bilang dia bertemu dengan Kakashi-sensei. Tidak ada salahnya bertanya pada guru itu di mana letak ruangan Guru Kurenai. Kalau pun Kakashi tahu dia amnesia sepertinya tidak akan menjadi masalah besar, siapa tahu Kakashi-sensei bisa membantunya.

Hinata menuju ruangan itu. Ruangan yang tampaknya jarang dimasuki oleh seseorang. Semoga saja Guru Kakashi masih di sana.

Tok...

Tok..

Tok...

Suara ketukan disertai panggilan menggema di koridor ruangan itu. Tidak ada yang menyahut.

"Kakashi-sensei?" panggil Hinata.

Tidak ada respon sama sekali. Hinata pun masuk ke ruangan sepi dan gelap itu.

Tidak ada seorang pun. Sepertinya Kakashi sudah keluar dari sana saat Ino menyapanya tadi. Yah, mungkin Hinata harus mencari ruangan guru sendiri. Lagipula kenapa tadi dia tidak meminta bantuan Ino saja? Ino tahu dia amnesia, seharusnya Ino selalu ada di sampingnya. Jadi siapa yang salah? Entahlah, tapi yang jelas Hinata harus keluar agar bisa cepat menemui Guru Kurenai.

BRAKK!

Tiba-tiba pintu tertutup rapat, seperti ada yang membantingnya dengan keras. Hinata membalikan badan dengan terkejut. Dia pun segera berlari menuju pintu dan berusaha membukanya. Tapi sialnya pintu itu terkunci!

"Buka! Tolong buka pintunya!" teriak Hinata keras-keras. "Siapapun di luar, tolong aku!"

Hinata jatuh terduduk di lantai keramik yang dingin. Sebuah kepingan ingatan mulai terlihat...

"Kau! Dasar wanita jalang!" Seru seorang gadis berambut merah muda.

"Cih, apa kau bilang? Wanita jalang? Bukankah itulah dirimu yang sebenarnya?"

"Kau tidak tahu diri! Sasuke tidak menyukaimu!"

"Lalu, apa dia menyukaimu?"

Gadis tadi hanya terdiam membuat Sang gadis indigo tertawa mengejek.

"Kau ini lucu sekali ya, Nona Haruno. Apa kau mengemis pada keluarga Uchiha agar mereka menjodohkan putranya dengan gadis sepertimu?"

"Itu tidak benar!" Teriak Sakura histeris."Aku bilang, itu tidak benar ... hikss" gadis itu mulai menangis.

Dengan tatapan datar, Hinata mendorong Sakura sampai dia terduduk di lantai lalu pergi sambil membanting pintu dengan keras.

Hinata menangis sejadi-jadinya. Apa ini yang disebut karma? Saat ini dia bahkan sudah tidak bisa berteriak minta tolong lagi.

"Siapa di sana?" suara seorang laki-laki membuat Hinata menemukan kekuatannya lagi. Ia segera bangkit dan mengatur napasnya yang mulai tersengal.

Pintu pun terbuka memperlihatkan seorang pemuda yang entah mengapa membuat jantung Hinata berdetak kencang. Tanpa Hinata sadari dia langsung berlari ke pelukan pemuda itu.

"Terimakasih," ucapnya sambil menangis. "Terimakasih sudah membukakan pintu itu."

Pemuda tampan bernama Uchiha Sasuke itu terkejut atas tindakan Hinata. Dia buru-buru mendorong gadis itu menjauh. Sebenarnya baru pertama kali Sasuke melihat gadis ini menangis. Biasanya dia malah melihat sorotan mata tajam milik Hinata, tapi sekarang? Mata lavender yang berkaca-kaca? Apa gadis ini hanya berpura-pura agar Sasuke merasa simpati padanya?

"M-maaf, aku tidak bermaksud–"

"Tidak perlu dijelaskan. Perkataanmu tidak akan merubah apapun." Ujar Sasuke sarkastik.

Hinata menatap pemuda itu heran. Kenapa perkataannya sangat tidak enak didengar? Apa dulu dia pernah mencari masalah dengan pemuda bermata kelam ini? Tapi sepertinya tidak, debaran jantung ini membuktikan bahwa ada suatu perasaan yang Hinata sendiri belum mengerti perasaan macam apa itu.

"Mungkinkah kau ... Uchiha Sasuke?" Tanya Hinata.

Sasuke tidak mengerti dengan pertanyaan Hinata barusan. Sudah jelas dia Uchiha Sasuke!

"Hinata!" panggil seseorang.

Hinata dan Sasuke menoleh ke sumber suara. Seorang wanita menghampiri mereka berdua dengan khawatir.

"Kenapa kau lama sekali? Kau tersesat?" Tanya wanita itu.

"Kurenai-sensei?" Ucap Hinata ragu.

"Tersesat? Apa maksudnya?" Sasuke penasaran.

"Haruskah aku memberitahunya?" Kurenai bertanya pada Hinata, Hinata mengangguk. "Hinata amnesia setelah mengalami kecelakaan 2 minggu yang lalu."

Sasuke langsung menatap Hinata mencoba mencari sesuatu di sana. Apakah benar gadis ini amnesia? Gadis yang dulu dia anggap aneh. Orang bilang gadis Hyuuga ini menyukainya tapi Sasuke tidak pernah menganggapnya begitu. Hinata tidak pernah bilang kalau dia menyukai Sasuke, dia hanya memusuhi orang-orang yang dekat dengan pemuda onyx itu. Mungkin itu sebabnya sampai sekarang Sasuke belum mempunyai kekasih, mereka semua takut pada gadis ini. Gadis yang selalu menatap tajam dengan iris lavendernya.

To be continued...

A/N : Sebelumnya udah aku update di grup dan rasanya belum afdol kalo gak di publish di ffn. Kritik, Saran atau flame aku terima, silahkan isi kolom riview!