Hola Minna. Fic khusus buat ulang tahun neechan yang udah lama (banget) lewatnya.

Fic Collab with Voidy.

.

DISCLAIMER : TITE KUBO

.

RATE : M For Safe

.

Warning : OOC (banget), AU, Gaje, Misstypo (Nongol mulu), Gak karuan.

.

Attention : Fic ini hanyalah fiksi belaka. Apalagi terdapat kesamaan atau kemiripan situasi atau tokoh atau apapun itu dengan cerita lain dalam bentuk apapun itu, adalah tidak disengaja. hehehe

.

.

.

Werewolf...

Vampire...

Percayakah kau bahwa mereka masih ada hingga kini. Namun mereka dengan lihainya beradaptasi dengan kehidupan jaman modern dan berhasil menyembunyikan identitas mereka sebagai makhluk sejarah yang sudah punah. Tapi mereka ada. Mereka nyata.

Salah satunya adalah seorang werewolf penyendiri.

Meski terlahir sebagai alpha untuk ras-nya, werewolf penyendiri ini memilih untuk memisahkan diri dari kelompok. Dia tak tertarik untuk hidup bergerombol seperti werewolf umumnya. Kaum werewolf yang biasa bergerak bersama untuk memastikan kawanannya tetap pada jumlahnya dan tidak melanggar aturan yang ada.

Werewolf dapat ber-transformasi sesuai keinginannya. Tidak perlu menunggu bulan purnama atau bulan penuh. Ketika para kaum werewolf berubah, tubuhnya akan berubah menjadi serigala besar dengan sempurna. Mereka mampu mengubah wujud mereka dari seorang manusia menjadi seekor serigala ganas dengan kemampuan dan insting mereka untuk berburu dan menyerang.

Dan tugas werewolf hanya satu.

Menyingkirkan kaum vampire yang melanggar aturan.

Jaman sekarang, werewolf dan vampire hidup berdampingan tanpa menyinggung kepentingan masing-masing. Menaati kode etik yang sudah disepakati. Kaum vampire mematuhi aturan itu layaknya para werewolf yang menjalankannya. Karena, jika salah satu dari mereka melanggar aturan, tentu saja akan ada baku hantam.

Walau pun perdamaian antar kaum vampire dan kaum werewolf sudah dilegasisasikan, masih ada saja di antara mereka yang saling menyerang ketika bertemu. Walau menyalahi aturan, tapi hal tersebut tidak dilarang.

Meski jumlah mereka jauh lebih sedikit daripada saat mereka sedang berjaya, tapi tentunya tidak menutup kenyataan bahwa mereka masih ada.

Dari kedua kaum itu, ada di antara mereka yang lebih mirip musuh bebuyutan tiap kali bersua.

Seorang pria berambut panjang mengenakan setelan mewah dan mahal menyerupai pakaian para kaum bangsawan abad pertengahan melempar seekor kijang yang sudah tak bernyawa. Pria itu mengusap bibirnya yang basah nan merah.

"Ternyata, menahan diri itu sulit," gumamnya.

Pria mirip aristokrat ini segera melangkah meninggalkan mangsa yang berhasil dia tangkap untuk memuaskan hasratnya hari ini. Biasanya dia tidak melakukan hal ini. Tapi rasa laparnya benar-benar tidak dapat diacuhkan lagi. Sebagai vampire, dia butuh darah untuk tetap hidup. Dan sekarang dia sudah biasa menjadi vampire vegetarian –yang hanya meminum darah hewan sebagai pengganti darah manusia. Sayang darah hewan tak dapat menggantikan rasa darah manusia yang sangat nikmat.

Sang vampire mengerang pelan ketika lengan atasnya terasa panas karena dicakar benda tajam. Sebetulnya dia sudah mencium bau lawannya dari jauh. Hanya saja dia tak menyangka secepat ini dia menyerang.

Mereka kemudian bertarung membabi buta. Pria angkuh ini sedapat mungkin menghindari serangan dengan nalurinya. Lawannya yang satu ini dalam mode serius bertarung.

"Kau sudah melanggar aturan, Kuchiki Byakuya!"

Rupanya yang menyerangnya adalah seekor... werewolf jantan. Werewolf yang tubuhnya tiga kali lipat lebih besar dari seekor anjing labrador dewasa normal. Usai bicara begitu, werewolf itu segera ber-transformasi menjadi bentuk manusia pada umumnya. Sosok humanoid-nya adalah seorang pria tampan dengan rambut berwarna orange pendek.

"Aku tidak melanggar aturan. Daerah ini bukan wilayah lindunganmu, bukan?"

Masing-masing kawanan werewolf memiliki batas teritorial sendiri agar tak sembarangan vampire bisa masuk seenaknya ke wilayah lindungan mereka.

"Kau salah. Seluruh hutan di sekitar sini adalah wilayah lindunganku! Dan kau tidak boleh memangsa di tempatku!" katanya angkuh.

"Hanya karena kau seekor alpha, kau jadi arogan begitu. Padahal kau juga tidak bersama kawananmu"

"Memang kenapa? Ada yang salah! Kau tetap melanggar aturan!"

"Itu aturan baru yang kau tetapkan sesukamu. Kau sengaja agar bisa menyerangku, kan?"

"Membunuhmu adalah satu-satunya alasanku menyerangmu!"

"Kau mau melanggar aturan?"

"Tidak. Aku memang ingin melenyapkanmu!"

"Kurosaki Ichigo! Kau pasti akan menyesal!"

Pemuda berambut orange itu menyeringai lebar lalu kembali merubah wujudnya menjadi serigala sempurna –werewolf besar dengan bulu lebat berwarna cokelat terang dan langsung menyerbu pria bernama Kuchiki Byakuya itu.

Sejak pertama bertemu mereka memang sudah seperti musuh bebuyutan. Selalu ada saja alasan untuk berlaga, meski yang memulai duluan adalah pria berambut orange yang kini diketahui sebagai werewolf tersebut.

Pertarungan antar dua makhluk jaman pertengahan itu tidak dapat dihindari. Byakuya terus menghindar dan berusaha melukai tubuh serigala itu dengan kukunya yang panjang, tapi sialnya gerakan serigala ini lebih lincah dari biasanya. Hal tersebut membuat Byakuya agak terdesak. Tampaknya, anjing busuk ini serius ingin membunuhnya.

Dan tepat ketika serigala ini akan menerkamnya, si pengisap darah itu segera mengambil langkah cepat untuk menghindari gigitannya. Dia sudah kewalahan menghadapi werewolf agresif itu. Betul-betul diluar dugaan! Padahal biasanya dia selalu mampu menghadapi lawan-lawannya. Apalagi kalau bukan karena werewolf itu begitu bersemangat menyerangnya dan gerakannya begitu lincah.

Byakuya memutuskan untuk mundur, tapi Ichigo juga tidak berniat melepaskan buruannya.

Setelah terbang beberapa lama, Byakuya merasa sudah menciptakan jarak yang lumayan jauh. Tak ada tanda-tanda werewolf itu mampu mengejarnya. Itu bagus.

Waktunya pulang dan menjemput peliharaannya. Tadinya Byakuya ingin mengajaknya serta, tapi sang majikan tak ingin mengambil resiko kalau-kalau peliharaannya ini melihat saat dirinya begitu liar menghabiskan darah seekor kijang. Sejak ikut dengan Byakuya, peliharaannya ini juga jadi ikut-ikutan meminum darah walau dia bukan vampire.

Nah, peliharaannya sudah menunggu dengan manis di sana.

"Kita pulang," panggil Byakuya pada peliharaannya itu ketika sudah mendarat dekat dengannya.

Dengan patuh dan gerak cepat peliharaannya berlari menuju tuannya untuk segera pergi dari hutan ini. Tapi sialnya, ternyata serigala itu membuntutinya dan bermaksud menyerangnya lagi.

Sialan. Dasar anjing pemburu!

Karena keadaan yang tidak memungkinkan, Byakuya segera kabur meninggalkan peliharaannya yang sudah ditawan werewolf itu.

"Byakuya membawa seorang gadis?" gumam Ichigo yang sudah ber-transformasi jadi manusia lagi.

Ichigo menggamit seorang gadis di lengannya dan menentengnya seperti karung beras. Gadis ini berpakaian layaknya seorang manusia dengan gaun loli pendek, berdesain polkadot berwarna gelap. Ungu dan hitam. Sekilas terlihat seperti boneka gothic. Ichigo terpesona melihat gadis ini. Tapi sedetik kemudian terasa ada yang janggal.

"Miaaaaaaaww!"

Gadis itu mencakar tubuh Ichigo dan terus meronta layaknya kucing yang ditangkap paksa.

Kucing?

Ichigo baru sadar kalau gadis ini bukan manusia. Dia kucing!

Ada ekor panjang berwarna hitam yang menyela di belakang tubuhnya. Lalu... telinga kucing yang dihiasi bando dengan dekorasi bunga besar berwarna ungu gelap.

Byakuya... punya kucing yang berbentuk manusia?

.

.

*KIN*VOI*

.

.

Pada akhirnya Ichigo membawa serta kucing jadi-jadian itu. Tentu saja karena pemiliknya sudah melarikan diri dan Ichigo terpaksa menggendongnya pulang karena tidak ingin menelantarkan kucing yang sudah ditinggal sendiri itu.

Kucing ini masih berontak dan mengeong sedari tadi, minta dilepaskan. Bahkan Ichigo sudah kena cakaran di mana-mana. Panjang juga kuku gadis―salah, kucing ini!

Sang kucing terus-terusan menangis karena tidak mau ikut Ichigo. Tak pernah berhenti meronta barang satu detik pun.

"Hei, diamlah! Astaga! Kucing ini menyusahkan sekali!"

Bukan hal aneh sebenarnya. Sang manusia serigala ini memang pernah mendengar mengenai spesies kucing yang bertubuh manusia –atau lebih dikenal dengan sebutan neko. Walau mereka manusia, tetap saja mereka kucing. Ichigo hanya tak menyangka dia benar-benar akan melihat jenis seperti ini. Pikirnya, hanya werewolf dan vampire sialan itu saja yang masih bertahan hidup di jaman sekarang. Ternyata tidak. Ichigo tertarik karena neko ini cantik –meski dia tetap seekor kucing.

"Siapa... namamu?" tanya Ichigo pelan setelah berhasil mendudukkan makhluk bertelinga janggal itu di atas sofanya.

Ichigo membawa kucing ini ke rumah terpencilnya. Walau dia seorang werewolf penyendiri tapi dia tetap memiliki kebutuhan seperti manusia biasa. Rumahnya berupa gudang tua yang terletak di pinggir hutan. Hanya ada jalan kecil yang bisa dilalui sebuah mobil –dia memiliki satu SUV untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari sebagai manusia- untuk menuju jalan raya di perbatasan kota. Dari luar gedung tersebut nampak tua, reyot dan tak layak huni. Namun dalamnya telah disulap menjadi tempat tinggal yang nyaman. Langit-langit setinggi rumah dua lantai yang sengaja dipasang perangkat kedap suara. Set audio paling canggih –karena Ichigo suka mendengarkan lagu-, sofa, meja berkaki rendah, TV berada di tengah ruangan. Di pojok dalam ada pintu yang membatasi privasi kamarnya lengkap dengan tempat tidur, kamar mandi dan lemari pakaian. Daerah pinggir tengah gudang adalah tempatnya berlatih dengan barbel raksasa, sandbag dan lain sebagainya. Sedangkan pojok dekat pintu terdapat dapur dengan meja makan dan kulkas yang disekati dinding .

Neko itu merespon lagi. Tapi dia tetap bersuara layaknya seekor kucing.

"Kau ini bisa ngomong tidak sih?" geram Ichigo jengkel karena makhluk itu tetap tidak berbicara juga. Dia masih menitikkan air mata.

"Miaawww! Grr!" neko itu akhirnya mencakar wajah Ichigo.

Pemuda bertubuh atletis itu terjungkal ke belakang. Wajahnya sudah dihiasi tiga goresan memanjang. Bau darah pun tercium di hidungnya.

"Argh! Kucing sialan! Kau apakan wajah tampanku, hah!" pekik Ichigo.

Ichigo bersiap melayangkan pukulan, namun sang neko langsung meringkuk ketakutan dan melingkari tubuhnya dengan ekor hitam panjang miliknya. Telinga kucingnya melipat turun dan gemetar. Tidak tega juga, sih.

Tapi baru mendekatinya saja hidung si manusia serigala ini sudah gatal. Karena dia werewolf, penciumannya lebih tajam dari manusia normal. Begitu pula pendengarannya. Awalnya Ichigo mengira bau darah ini berasal lukanya akibat pertarungan dengan vampire sok itu. Tapi bau yang menusuk hidungnya ini dua kali lipat lebih amis.

Sadarlah ia bau itu berasal dari si kucing. Sebenarnya apa yang diberikan makhluk pengisap darah sialan itu pada peliharannya? Apa neko ini ikut jadi vampire seperti tuannya?

"Baumu menusuk hidungku! Akan kubersihkan bau sialan itu!"

Ichigo membopong kucing mungil itu di pundaknya. Masih saja neko itu meronta-ronta padahal seharusnya dia sudah tahu bahwa dia tidak cukup kuat untuk melawan. Dan ngeongannya sungguh melengking. Sekarang rumah Ichigo jadi berisik –gendang telinganya bisa pecah lama kelamaan.

Ichigo menjebloskan kucing manis ini ke dalam bak mandinya.

Saat si neko bersiap akan merangkak keluar dari bak mandi itu Ichigo langsung menyiramnya dengan shower. Makhluk berambut hitam ini meronta semakin ganas. Dia kan kucing, pasti benci air.

Pemuda berpostur semampai itu terus bertahan dari kuku sang kucing dan mulai membuka baju aneh yang menempel di badannya itu. Walau dia neko, ternyata tubuhnya tetaplah tubuh seorang gadis. Lekuk indahnya. Kulit mulusnya. Ichigo sampai harus meneguk ludahnya dengan paksa karena tergiur tubuh gadis―kucing ini. Meski dia bukan orang mesum, tapi kalau dihadapkan pada situasi begini siapa yang tidak terangsang?

Ichigo memutuskan untuk melepas pakaian luarnya saja dan membiarkan pakaian dalamnya. Terlintas di otaknya, apa Byakuya juga memakaikan baju untuk peliharaannya ini? Hah?

Sabun digosokkan ke seluruh tubuh neko itu untuk menghilangkan bau amis dan menjijikan itu. Ichigo benci bau darah! Awas saja si bangsawan nyasar jaman itu!

"HIISSS! Gyaaaaaaaaaaaaaaaaw!" kucing itu mencakar Ichigo –lagi. Baru beberapa jam Ichigo membawa pulang makhluk berekor hitam ini, tubuh berotot tersebut sudah digores sana sini oleh kukunya. Bersyukur neko ini bukan tipe penggigit atau―

"Argh! Apa yang kau lakukan, Kucing!" pekik Ichigo ketika jarinya yang membersihkan wajah neko hitam ini digigit dengan ganasnya. Untung jarinya tidak sampai lepas.

Bagaimana cara Byakuya menjinakkan kucing ini, sih!

Selesai acara bersih-bersih, Ichigo membawa makhluk tidak biasa itu keluar dan segera mengelap badannya dengan handuk kering. Neko itu basah kuyup persis seorang gadis yang tengah kehujanan.

Sesudahnya sang Kurosaki memakaikan kaos oblongnya yang tentu saja kebesaran di tubuh mungil gadis―kucing ini. Bagian kerahnya saja melorot ke sebelah pundaknya hingga terbuka. Panjangnya juga sampai sebatas lutut neko cantik ini.

Sekarang hanya bau sabun dan shampo yang tercium di hidung Ichigo. Tinggal tubuhnya sendiri yang sudah kena cakaran di mana-mana.

Ichigo menempelkan plester pada lukanya setelah mengolesinya dengan obat luar.

Makhluk itu masih anteng duduk di atas sofanya sambil menjilati lengannya sendiri sementara ekornya melambai-lambai di belakangnya. Tubuhnya sudah agak kering. Kenapa Ichigo jadi tertarik dengan kucing ini?

"Hei... siapa namamu? Dan jangan mengeong! Aku tidak mengerti bahasamu!"

"Miaaw... miaww... nyaaw."

"Sudah kubilang jangan mengeong! Atau... kau tidak bisa bicara bahasa manusia?"

Neko itu mengangguk pelan. Duduk dengan lutut tertekuk di samping tubuhnya di atas sofa Ichigo sambil menatap sang manusia serigala dengan antusias. Telinga berbulu hitamnya bergoyang sesekali. Ichigo baru sadar kalau ternyata mata kucing ini sangat indah. Ungu kelabu.

"Kau mengerti kata-kataku?" tanya Ichigo lagi.

Sekali lagi neko itu mengangguk.

"Jadi bagaimana si muka pucat itu mengerti kata-katamu kalau kau tidak bisa bicara? Dia bukan penerjemah kucing kan?"

Tiba-tiba saja kucing itu mencakar Ichigo lalu melompat untuk mencapai pintu keluar.

"Hei! Jangan kabur, sialan!"

Rupanya sesaat neko ini menunggu kesempatan saat perhatian Ichigo teralihkan dan menggunakannya untuk melarikan diri, namun sebagai seorang werewolf kecepatan Ichigo juga tidak dapat diremehkan. Pemuda berambut orange tersebut berhasil mengejarnya dan menangkap kucing itu lagi. Tapi sayang, neko itu masih tidak mau menurut dan mencakarinya dengan kukunya yang panjang itu. Sekali lagi kucing itu menangis.

Ichigo dengan paksa mendudukkan neko itu di atas sofanya sekali lagi.

"Kalau kau bersikap manis aku tidak akan memukulmu!" makinya menahan kesal.

Kucing itu langsung diam dan berhenti meronta sesudah Ichigo mengancamnya begitu dan menatapnya dengan tajam. Neko mungil ini kemudian menunduk, wajahnya murung.

Si manusia serigala tersebut menghela nafas panjang kemudian melangkah menuju pintu gedung rumahnya. Menguncinya, berikut jendelanya. Neko ini bisa kabur ke mana saja nanti! Dan Ichigo bisa kerepotan kalau kucing aneh sepertinya ditemukan oleh manusia lain.

Ketika Ichigo berbalik, dia melihat neko berambut hitam itu meringkuk di atas sofanya dan ekornya setia melingkari tubuhnya yang gemetaran.

Berjalan kembali ke sofa, tangan besarnya siap mendarat di atas kepala kucing ini. Hanya saja si neko langsung mendesis ketakutan. Mungkin dia berpikir Ichigo akan memukulnya –sesuai ucapannya barusan.

Tapi kemudian, pelan-pelan Ichigo mengelus rambut hitam kucing cantik ini.

"Karena kau sudah jadi punyaku, bagaimana kalau kuberi nama? Mmm... aku tidak pandai mencari nama," gumam Ichigo –tak berhenti mengelus kepala neko itu.

Selagi Ichigo asyik berpikir, ternyata sang kucing sudah mendengkur halus. Ichigo lupa kalau dia ini kucing, pasti akan tertidur dengan mudah kalau dielus –kupingnya ikut terlipat karena keenakan. Sang manusia serigala tak pernah berpikir dia akan memiliki neko seperti ini. Meski akhirnya dia harus mengakui kalau dia mengambil sembarangan kucing jadi-jadian ini dari majikan sebelumnya.

"Rukia..." ujar Ichigo akhirnya.

Ternyata kalau diam begini dia terlihat jadi lebih manis dan cantik. Tapi tetap saja, Ichigo sempat kesal karena dicakar habis-habisan oleh spesies unik ini.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

Ichigo merenggangkan tubuhnya sehabis bangun pagi ini. Setelah memastikan Rukia― peliharaan barunya itu masih tertidur dengan lelap, Ichigo baru beranjak istirahat semalam. Hari ini mungkin dia akan mengecek tawaran pekerjaan yang bisa dikerjakannya. Karena alasan mudah dan cepat, si werewolf penyendiri ini memilih pekerjaan sebagai tukang pukul dan kadang-kadang pembunuh bayaran. Bersama kawanan sesamanya saja dia enggan, apalagi harus menghabisakan waktu berjam-jam berinteraksi dengan manusia demi pekerjaan yang tidak berarti. Lagipula kemampuan fisiknya di atas manusia normal, bagi Ichigo pekerjaan seperti ini, sih kecil.

Seraya menguap –dengan tidak elegannya-, Ichigo keluar dari kamarnya. Tapi matanya langsung membelalak lebar ketika tidak menemukan neko hitamnya di atas sofa.

Ichigo menyusuri seisi ruang depannya. Tidak ada. Di mana kucing itu?

"Rukia?" panggil Ichigo menggema di setiap sudut.

Tetap tidak terlihat adanya tanda-tanda neko itu.

Padahal seluruh jendela dan pintunya terkunci rapat. Kabur ke mana―

Prangg!

Ichigo kaget ada suara gaduh dari arah dapurnya.

Sesegera mungkin pria tampan itu berlari. Dan rupanya benar.

Sebuah botol selai dan isinya tercecer di atas lantai. Mata ungu kelabu itu pun menatap Ichigo ketakutan. Mulutnya belepotan karena susu kotak yang dibukanya dengan paksa sehingga bajunya ikut basah. Pintu kulkasnya juga terbuka lebar. Tampaknya kucing ini tahu segala sesuatu mengenai manusia. Dia bisa membuka kulkas dan mengambil kotak susu. Tapi sekarang dapur Ichigo jadi super berantakan karena ulah seekor neko!

Rukia, kucing yang dinamainya demikian masih duduk di sisi kulkas dan tampak gemetaran. Neko itu sudah siap menghindar kalau-kalau Ichigo mengamuk.

"Jangan bergerak. Pecahan botol itu bisa terinjak olehmu," perintah Ichigo. Kucing itu menurut. Dia duduk manis sementara ekornya bergerak pelan di belakang tubuhnya.

Ichigo mengambil alat pel dan menyingkirkan benda tajam itu dari lantai. Rukia masih diam menunggu di sana. Setelah membersihkan semuanya, Ichigo berlutut menyamakan tingginya dengan Rukia. Menjulurkan handuk bersih guna mengelap mulut Rukia yang kotor karena cairan putih itu.

"Kelihatannya kau lapar, ya?"

Rukia mengangguk pelan.

"Maaf, aku tidak tahu. Harusnya kau membangunkanku kalau kau lapar. Apa kau masih lapar?"

Neko itu mengangguk lagi.

Sekarang Ichigo bingung. Apa kucing ini bisa menerima makanan manusia? Tapi semalam bau darah jelas tercium pekat dari tubuh gadis ini.

Yah, dia tetap terlihat seperti manusia. Bukankah kucing makan apa saja asal daging? Dia kan karnivora. Hanya jangan sampai Ichigo memberinya wortel atau kentang –itu sih untuk kelinci-.

Rupanya Rukia bisa berjalan dengan kedua kakinya. Dia memang persis manusia, kalau bukan karena ekor dan telinganya yang mencolok itu.

Perintah untuk duduk di meja makan ternyata bisa dituruti Rukia. Kalau dia patuh begini sudah pasti Ichigo senang apalagi ia tidak mencakar wajahnya lagi. Pria berambut menyala itu membuka kulkasnya lagi, mengeluarkan daging dan sosis lalu menggorengnya seperti biasa. Setelah selesai, Ichigo menyodorkannya pada neko itu.

Rukia tersenyum lebar. Tanpa menunggu, ia mengambil sosis yang masih panas dengan tangan kosong. Kontan saja Rukia menjerit―atau mengeong―karena tangannya terasa terbakar.

"Kau ini tidak sabar sekali...," komentar Ichigo memamerkan senyumnya.

Pada akhirnya sang manusia serigala menemani –menyuapi- si neko makan. Tampaknya, Rukia begitu menikmati menu paginya. Ichigo juga tak tahu apa yang biasanya Byakuya berikan pada kucing ini. Yang jelas, Ichigo suka pada peliharaannya sekarang dan tidak ingin menyerahkannya pada pemilik lamanya. Huh! Siapa yang sudi mengembalikannya pada vampire sialan itu?

"Kau diam di sini. Jangan mencoba kabur. Kalau kau ditemukan manusia lain, kau bisa dibunuh. Kau paham?"

Rukia mengangguk pelan lalu meringkuk lagi di atas sofa.

Tapi Ichigo tak ingin bertaruh, jadi dia tetap mengunci semua jalan keluar. Bahaya kalau neko ini berkeliaran seenaknya lagi.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

Dengan adanya seekor kucing di rumahnya, Ichigo tak lagi tinggal sendirian. Meski masih seorang werewolf penyendiri tapi dia juga punya peliharaan. Memang hanya neko yang dia ambil tanpa sengaja. Lagipula majikannya kabur begitu saja meninggalkannya.

Beruntung sang kucing tetap patuh walau dia masih belum jinak pada Ichigo. Susah sekali menjinakkan neko itu meski Ichigo sudah berbaik hati padanya. Terkadang Rukia masih suka menggigit dan mencakarnya kalau dia mulai merasa terancam. Sampai sekarang Ichigo masih penasaran, bagaimana Byakuya yang dingin dan angkuh itu bisa mengajari kucing cantik ini.

"Rukia?" panggil Ichigo setelah dia kembali dari patrolinya di hutan suatu hari.

Dia tak melihat neko itu. Biasanya Rukia duduk di atas sofa sambil mencakarnya –sofa yang malang, sekarang bentuknya sudah tidak karuan lagi sejak si kucing selalu tidur di sana-. Tangannya terlalu nakal untuk bergerak liar.

Ichigo menelusuri seluruh gedung. Tetap tidak ketemu. Di mana sebenarnya dia?

Begitu Ichigo tiba di dapurnya, terdengar dengkuran halus di bawah meja makannya. Neko mungil itu kalau tidur pasti bersuara seperti ini. Saat melongo ke kolong meja –benar saja- nampak Rukia tidur meringkuk dengan ekor yang mengitari tubuh mungilnya. Kelihatan nyenyak sekali dia terlelap.

Ichigo ingin membangunkannya –tidur di lantai bisa membuatnya masuk angin-, tapi dia tidak tega. Wajahnya manis sekali kalau sedang begitu. Makanya, Ichigo tak mau mengganggu tidurnya. Dengan susah payah, Ichigo menyurukkan tubuhnya ke bawah meja untuk menggendong Rukia yang masih memejamkan mata.

Begitu berhasil, Ichigo mempobong tubuh mungil itu di lengannya. Sudah dua hari Ichigo membawa kucing ini ke rumah gudangnya, tapi Rukia selalu tidur di tempat sesukanya. Ichigo tak tahu neko ini sebetulnya mau tidur di mana. Dia selalu saja mengkasari Ichigo. Karenanya Ichigo kadang tidak mempedulikan di mana kucing ini terlelap.

Saat menggendongnya, Ichigo mampu mengendus bau sesungguhnya dari gadis ini. Wanginya sangat harum. Mungkin dia tidak tahu bau ini sebelumnya karena tertutupi oleh bau amis menyebalkan itu. Pasti pengisap darah tak berotak itu selalu melumuri peliharannya dengan darah!

Terlalu lama Ichigo memandangi wajah cantiknya, tak sadar bahwa sang neko telah terbangun.

Mata ungu kelabu besar itu membelalak ketika tahu si werewolf mendekapnya.

"Miaaw!"

Setelah berteriak heboh kucing mungil itu mencakar wajah Ichigo. Lagi.

Karena sikap spontan itu, pemuda bertubuh tinggi tersebut segera menurunkan Rukia dan langsung meraba wajahnya.

"Hei! Kau mau mati, ya! Kenapa mencakar terus, sialan!" pekik Ichigo marah. Neko ini mulai menguji kesabarannya!

"Majikanmu itu aku! Karena sikapmu aku malas memberimu makan!" bentak Ichigo lalu masuk ke dalam kamarnya. Membanting pintu yang tak berdosa hingga nyaris jadi serpihan kayu.

Dia tak peduli lagi pada kucing itu! Benar-benar menyebalkan punya peliharaan yang susah sekali dijinakkan.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

Akhirnya malah diri sendiri yang tidak tega. Pasti neko itu lapar. Tadi saja dia sampai tidur di bawah meja makan. Pasti dia ingin menunggu waktunya makan.

Setelah mempertimbangkannya masak-masak, Ichigo kembali menuju ruang depan. Lagi-lagi neko itu tidur di atas lantai –kali ini dia tidur di balik sofa-. Apa dia tidak takut masuk angin? Tidak akan jadi masalah jika dia punya bulu lebat di seluruh tubuh layaknya kucing sungguhan. Tapi dia manusia yang sebenarnya kucing. Jadi bagaimana solusinya?

Ichigo kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil selimut. Kali ini, dia tidak mau kena cakar habis-habisan lagi.

Pelan-pelan Ichigo mendekati Rukia. Neko cantik itu masih tertidur dan lelap sekali.

Werewolf bersurai jabrik ini membungkuskan penghangat itu pada Rukia yang sedikit menggeliat. Ichigo duduk di sisi kucing barunya. Masih menjaga jarak takut kalau-kalau neko itu akan melompat dan menguji ketajaman kukunya lagi.

Telapak besarnya mengelus kepala Rukia. Pelan. Kucing kan suka dielus. Ichigo sadar ketika menyusuri rambutnya, neko itu akan semakin menyamankan diri. Ekornya bahkan melilit pelan di tangan Ichigo. Bulu halus tersebut menyapa pergelangannya. Apa kucing ini sudah jinak?

Beberapa saat kemudian, neko ini bergerak lambat, lalu beringsut ke pangkuan Ichigo tanpa membuka matanya. Pria jangkung itu jadi sedikit gugup. Rukia menempelkan kepalanya di pangkuan Ichigo. Manis sekali. Akan sangat baik kalau sikapnya bisa begini terus.

Entah kenapa, kalau Rukia begini, Ichigo merasa tambah sayang padanya. Dia tetap mengelus surai hitamnya sampai kucing itu benar-benar nyaman.

Ahh, bagaimana ini... Ichigo jadi ingin memilikinya. Bukan memiliki seekor kucing. Tapi… seorang gadis.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

"Miaaww!"

"Gyaa! Rukia! Berhenti mencakarku!"

Pagi hari, saat Ichigo baru saja ingin memberi makan neko itu, mendadak Rukia kumat dan mencakar wajah Ichigo –lagi-lagi. Bisa benar-benar habis wajah tampannya kalau terus-terusan begini. Bersyukur Ichigo adalah seorang werewolf yang bisa meregenerasikan lukanya dalam waktu singkat. Jadi goresan-goresan mengerikan ini tidak akan bertahan lama di mukanya.

Padahal semalam gadis ini begitu manis. Apa, sih yang terjadi?

Sesudah meletakkan sosis gorengnya di atas meja, pemuda dengan kerut permanen di alisnya tersebut segera keluar karena kucing itu mulai bertingkah menyebalkan dan tidak mau disentuh Ichigo. Dia terus saja berontak.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

"Kucing kecil… kau mau kembali ke majikan lamamu?"

Mata Rukia mengerjap pelan. Setelah orang jahat yang menawannya itu keluar, ada sesosok wanita yang menyelinap masuk ke dalam gedung tua ini. Bagaimana bisa? Mestinya semua pintu dan jendela terkunci rapat –tahu karena pernah mencoba membukanya sendiri-. Orang ini berbakat jadi pencuri ulung. Wanita berambut panjang berwarna ungu dan berkulit cokelat.

"Jangan takut. Kita sama. Kau dan aku sama. Aku akan membawamu keluar dari sini kalau kau tidak suka majikanmu yang sekarang."

Rukia tetap diam. Dia memang ingin kembali ke tuannya yang dulu. Tentu saja. Di sini menyebalkan. Serigala orange itu menyebalkan! Dia tidak suka pada orang yang mengklaim sebagai majikan barunya itu. Bagaimanapun pemilik lamanya lebih bisa memperlakukan Rukia lebih baik dan lebih anggun!

"Miaaww…"

Rukia mengulurkan tangannya, bersiap menerima tawaran wanita misterius yang mengatakan kalau mereka sama.

.

.

*KIN*VOI*

.

.

TBC

.

.

Voidy's note : Wah, nambah fic baru lagi deh. Heheh~ tapi ini pendek kok. Paling chapter 2 udah tamat. Sebetulnya memang rated M sih… tapi agak dilemma nih. Katanya FFN lagi razia, jadi rencana chapter 2 yang bakal… ehem super hot itu sepertinya harus saia pertimbangkan lagi. Tetep sih bakal ada lemonnya, mungkin kadar keeksplisitannya saia kurangi saja. Oh~ saia tambah sedikit bonus kaya omake di WISH. Selamat menikmati ya~

.

.

Byakuya's Side Story

.

.

Hahh…

Desahan dari seorang pria tampan berambut panjang tersebut terdengar begitu berat seolah beban seluruh dunia terpikul di pundaknya. Bagaimana tidak?

Peliharaannya –tersayang yang paling manis sedunia- raib di depan mata karena anjing busuk yang sembarangan menyerangnya. Mengingatnya sudah bikin urat berdenyut. Dasar serigala kampung, seenaknya saja mengklaim daerah kekuasaan. Betul-betul tidak etis. Akibatnya diri sendiri harus terluka dan yang paling parah, werewolf itu menangkap neko-nya!

Ah… Hisana…

Saat Byakuya pertama kali menemukannya, dia masih sangat kecil. Anak kucing yang ditinggal seorang diri di tengah belantara hutan, tubuhnya dihiasi bekas luka dan tangisannya begitu memilukan.

Neko hitam tersebut sedang dikeroyok oleh segerombolan serigala liar tak bermatabat. Pikir mereka makhluk lemah tak berdaya itu tak lebih dari mainan belaka. Jika tewas, itu sudah nasibnya.

Merasa terpanggil oleh air mata yang terus mendera pipinya, Byakuya melawan kawanan werewolf biadab yang tentu saja sama sekali bukan lawan vampire sekelas dirinya. Semenjak itu, sang kucing hitam cantik itu menemani petualangannya.

Bagaimana keadaannya saat ini, ya?

Pikiran makhluk dengan perban melilit di sekeliling tubuhnya tersebut tak dapat lepas dari peliharaan mungilnya. Apakah dia baik-baik saja? Apa dia makan dengan teratur? Apa anjing jelek itu melukainya? Jangan-jangan… serigala orange itu menyiksanya!

Oh… betapa kalut hati sang pengisap darah kita. Tapi saat ini dia tidak dapat melakukan apa pun. Selain dirinya sedang terluka, 'keluarga'nya tidak mungkin membiarkan dia menempuh bahaya demi seekor neko.

Tapi Byakuya bertekad, segera setelah dia menginjakkan kaki keluar dari kastil ini, hal pertama yang akan dilakukannya adalah mencari Hisana-nya.

.

.

Voidy's note (again) : ah, ya… Hisana itu Rukia. Byakuya ngasih nama Hisana, sedangkan Ichigo ngasih nama Rukia. Ndak bingung, kan? Omong-omong ketakutan Byakun berlebihan. Pembaca tahu siapa yang mencakar siapa~ ato soal siapa yang menyiksa siapa. Ihik~

.

.

Holaa minna... heheheh ini khusus fic rikues dari neechan, mestinya ini udah lama publishnya, tapi gegara saya banyak tugas dan beneran gak bisa pegang laptop sama sekali, makanya baru sekarang saya publish hhihihi. awalnya saya yang diminta bikin, dan tetap idenya awalnya dari neechan hihihihi. tapi ternyata, neechan pengen collab aja hihihiiihi... karena cuma dua chap, saya mau hihihi... ok dehh review yaaaa...

Jaa Nee!