Seorang pria kurus berambut hitam tampak terganggu setelah mendengar suara ketukan di pintu unit apartemennya. Pria itu bernama Ong Seongwu. Sebenarnya orang didepan pintu unit apartemennya hanya mengetuk sebanyak tiga kali, namun karena Seongwu tertidur di sofa ruang tengah unit apartemennya yang cukup dekat dengan pintu ditambah dengan telinga sensitif milik Seongwu itulah yang membuatnya terbangun.
Seongwu bangkit berdiri. Tanpa memperdulikan penampilannya yang masih berantakan khas bangun tidur, Seongwu langsung membuka pintu unit apartemennya dengan malas.
"Selamat pagi, hyung!"
Pemandangan yang pertama kali Seongwu dapat setelah membuka pintu adalah seorang pria dengan rambut berwarna coklat terang, senyum cerah, disertai gigi kelincinya. Pria itu membawa sebuah nampan dengan dua lembar roti bakar berselai coklat diatas piring juga dengan segelas susu hangat.
"Aku yakin hyung belum sarapan. Lihat, bahkan hyung terlihat masih berantakan seperti orang baru bangun tidur. Kebetulan aku membuat sarapan sedikit berlebih, jadi ma—"
Belum sempat pria dengan gigi kelinci bernama Kang Daniel itu menyelesaikan kalimatnya, Seongwu sudah menyambar nampan yang dibawa Daniel dengan sedikit kasar. Beruntung susu digelas yang berada diatas nampan tersebut tidak tumpah.
"Terima kasih."
Tanpa menunggu jawaban dari Daniel, Seongwu segera masuk ke dalam unit apartemennya bersama dengan nampan yang sudah dia ambil dari Daniel tadi. Daniel menghela nafas. Hati Daniel sesak melihat sifat dingin Seongwu padanya, namun Daniel tetap tersenyum.
"Setidaknya dia menerima sarapan yang sudah aku buatkan untuknya."
Daniel melangkah menuju pintu yang berada disebelah pintu unit apartemen milik Seongwu lalu masuk ke dalam unit apartemennya.
Didalam unit apartemen, Seongwu terlihat memakan roti bakar dengan selai coklat buatan Daniel di ruang tengah unit apartemennya sambil menonton acara berita pagi di televisi.
"Pria itu benar-benar menyebalkan. Kenapa dia tidak ada bosannya untuk terus memberikan perhatian padaku? Padahal aku sudah berkali-kali menolaknya. Akan lebih baik kalau dia pergi saja dari sini."
Setelah menghabiskan sarapannya, Seongwu bangkit berdiri. Seongwu mau pergi ke unit sebelah untuk mengembalikan nampan beserta piring dan gelasnya. Baru saja Seongwu membuka pintunya, seorang membuatnya terkejut.
"Kim Jaehwan! Apa yang kamu lakukan disitu? Dan... sejak kapan kamu disitu?"
Pria manis dengan pipi chubby bernama Jaehwan itu menanggapi pertanyaan Seongwu hanya dengan senyuman.
"Maaf aku masih tidak bisa membedakan mana pintu unit milik hyung dan milik Niel. Oh ya— hyung menerima sarapan dari Niel lagi?"
"Iya. Tolong katakan pada temanmu itu berhentilah berbuat baik padaku seperti ini. Ini tidak membuatku tersentuh sama sekali, ini menyebalkan."
"Hyung bilang menyebalkan tapi hyung tetap memakan sarapan buatan dia."
"Ini karena aku sangat lapar! Semalam aku pulang larut karena sesuatu yang harus aku urus mengenai urusan perusahaanku, aku tidak sempat makan malam."
"Ahh~ okay okay. Tapi, hyung— lebih baik hyung mulailah membuka hati dan terimalah kebaikan dan cinta Niel. Dia sangat menyukaimu, hyung."
"Aku tidak mau. Sudah cepat minggir, aku mau mengembalikan ini pada kelinci itu."
Seongwu menggeser tubuh Jaehwan dengan tangan kanannya, lalu berjalan menuju pintu sebelah disusul oleh Jaehwan dibelakang.
"Hyung, aku serius. Aku tidak mau hyung menyesal. Sebentar lagi dia akan pergi ke—"
Sebenarnya Seongwu penasaran apa kelanjutan kalimat Jaehwan. Apakah Daniel akan pergi? Kemana Daniel akan pergi? Seongwu sangat ingin tahu itu. Namun ego nya lebih tinggi, membuat Seongwu malah tanpa sengaja langsung memutus kalimat Jaehwan.
"Ya ya ya, baguslah kalau dia pergi. Tidak ada pengganggu lagi di apartemen ini."
Seongwu mengetuk pintu unit apartemen Daniel tanpa memperdulikan ekspresi Jaehwan yang tampak terlihat kecewa dengan jawaban yang diberikan Seongwu. Tidak perlu waktu lama, pintu unit apartemen Daniel terbuka.
"Oh— hyung! Kau menghabiskan sarapan yang aku buat? Wah, aku sangat senang. Apa hyung suka? Maaf aku hanya bisa membuatkan ini, karena aku tidak bisa memasak."
Seongwu terdiam melihat Daniel. Bukan karena senyum manis yang diberikan pria bongsor itu. Senyumnya tidak ada yang berubah, tetap manis seperti biasa. Tapi warna muka Daniel yang terlihat tidak biasa, wajahnya terlihat pucat hari ini.
"Niel, are you ok?"
Jaehwan yang berdiri disebelah Seongwu tampak khawatir melihat Daniel yang memang terlihat sangat pucat, hampir seperti mayat. Seongwu pun memutuskan untuk kembali ke unit nya saja karena Seongwu berfikir kalau ada Jaehwan, Daniel pasti akan baik-baik saja.
"Terima kasih sarapannya. Aku duluan, aku harus segera pergi bekerja."
Daniel terlihat kecewa saat melihat Seongwu melangkah masuk ke unit apartemennya. Daniel mengendus kesal, lalu Daniel mengalihkan pandangannya pada Jaehwan.
"Hey, kelinci. Kamu belum jawab pertanyaanku!"
"Yang mana?"
"Kamu terlihat pucat hari ini, are you okay?"
"Oh— yeah, I'm fine. Hanya sedikit pusing sejak pagi ini, bahkan aku sempat muntah-muntah."
"Kamu sakit? Haruskah kita batalkan jadwal syuting iklan pagi ini? Kamu tampak kurang sehat."
"Jangan! Aku sangat menantikan syuting iklan ini."
"Apa ada yang istimewa dari iklan ini? Ini hanya syuting iklan untuk Elysian Company. Bukankah Elysian Company itu salah satu perusahaan elektronik biasa?"
"Elysian Company itu adalah perusahaan milik Seongwu hyung, Jaehwan-ie. Kamu tidak tahu itu?"
Jaehwan sempat melongo mendengar jawaban dari Daniel. Jaehwan sudah mengenal Seongwu sejak lama, sejak Daniel tinggal di apartemen mewah ini. Jaehwan tahu kalau Seongwu adalah pengusaha, tapi Jaehwan baru tahu kalau perusahaan yang dipegang Seongwu adalah Elysian Company.
"Ah, pantas saja Seongwu hyung tadi bilang padaku kalau dia pulang larut kemarin malam. Pasti dia memantau tempat syuting iklanmu. Dia orang yang sangat berfeksionis."
"Oh, iya. Benar, Seongwu hyung baru kembali ke apartemen sekitar pukul dua pagi."
Jaehwan menghela nafas melihat senyum kebanggaan yang diberikan Daniel, terlihat seperti senyum kebanggaan. Apakah Daniel merasa sangat bangga karena tahu pukul berapa Seongwu pulang? Inikah yang dinamakan bucin menurut anak remaja? Jaehwan menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan itu dan sadar dari lamunannya saat melihat kondisi Daniel sekarang.
"Tapi, Niel... lihat, kamu pucat sekali. Kamu yakin mau datang ke lokasi syuting?"
"Tidak apa-apa, Jaehwan-ie. Aku baik-baik saja kok. Aku akan bersiap-siap sekarang."
Dengan semangat, Daniel masuk ke dalam apartemennya untuk berganti pakaian. Jaehwan hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkah Daniel.
=
Di lokasi syuting, seorang pria dengan rambut bewarna kemerahan dengan name tag 'Asisten Hwang Minhyun' berjalan menghampiri Seongwu yang baru saja turun dari mobil.
"Selamat pagi, sajang-nim. Saya senang Anda datang lebih cepat."
"Karena hari ini tidak ada yang mengganggu jadi aku bisa datang lebih cepat. Bagaimana dengan persiapan syuting iklan kita?"
"Persiapan sudah seratus persen dari segi properti juga perangkat lain. Sekarang kita hanya perlu menunggu model iklan kita datang."
"Aku lupa menanyakan soal itu padamu. Sebenarnya siapa yang menjadi model untuk iklan kita?"
"Ah— pilihan saya jatuh di orang yang tepat, sajang-nim. Untuk model wanita saya memilih aktris yang sedang naik daun saat ini, Jeon Somi. Kebetulan Somi-ssi sedang kosong hari ini. Lalu untuk model pria nya saya memilih model yang menjadi perbincangan hangat di SNS baru-baru ini karena ketampanannya, Kang Daniel."
Sontak Seongwu terkejut mendengar nama Kang Daniel.
"Hwang Minhyun, dari sekian banyak mahluk tampan di Korea, kenapa harus dia?"
"Pada saat menyusun syuting ini, ada sedikit misunderstanding yang menyebabkan susunannya kacau. Karena itu saya baru mencari orang yang bisa menjadi model iklan di waktu yang sangat dekat dengan hari H. Semua artis yang saya hubungi sedang sibuk. Tapi secara kebetulan saya menemukan dia, Kang Daniel. Dia bilang kalau jadwalnya kosong untuk hari ini, bahkan dia berapapun bayarannya akan dia terima. Bukankah ini menguntungkan untuk Anda?"
"Apanya yang menguntungkan?!"
"Sajang-nim, Kang Daniel itu sedang berada di puncak ketenarannya. Bahkan sejak dia menkonfirmasi bahwa dia menerima tawaran untuk menjadi model iklan dari handphone keluaran terbaru perusahaan Anda, handphone ini sudah banyak diminati dan sudah menjadi trending topic di SNS. Handphone laku, bayaran yang harus dikeluarkan untuk membayar modelnya pun tidak besar. Menguntungkan bukan?"
Seongwu mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha untuk menahan amarah. Sungguh, Seongwu lebih baik mengeluarkan biaya besar untuk model iklannya dari pada harus bertemu dengan Kang Daniel. Daniel adalah seorang yang sangat ingin Seongwu hindari. Reaksi yang diberikan Seongwu membuat Minhyun bingung.
"Seongwu hyung!"
Sebuah suara yang tidak asing ditelinga Seongwu sekaligus suara yang sangat tidak ingin Seongwu dengar itu memanggil namanya dari arah belakang, suara Daniel. Baru saja Seongwu mau membalikkan badan, Daniel sudah memeluk Seongwu dari belakang dengan sangat erat.
"Senang bertemu denganmu disini, hyung! Kita pasti ditakdirkan untuk bersama sampai bisa bertemu di lokasi syuting ini."
"Kamu pasti sengaja menerima tawaran untuk menjadi model iklan ini karena kamu tahu kalau aku pemilik perusahaannya 'kan?"
"Tidak! Aku bahkan baru saja tahu kalau hyung adalah pemilik Elysian Company."
Seongwu memberikan senyum mengejek menanggapi perkataan Daniel. Seongwu melepaskan diri dari pelukan Daniel dengan kasar untuk membebaskan dirinya dari pelukan Daniel.
"Minhyun, dimana stylishkita? Cepat dandani dia, waktu kita tidak banyak."
Setelah mengatakan itu, Seongwu segera meninggalkan Daniel yang tampak kecewa karena Seongwu melepaskan diri dari pelukannya. Tidak lama kemudian, seorang wanita yang merupakan stylish datang menghampiri Daniel setelah mendapat suruhan dari Minhyun.
"Annyeonghaseyo, Daniel-ssi."
"Annyeonghaseyo, noona."
"Oh— Daniel-ssi, ada apa denganmu? Apa kamu sedang sakit? Wajahmu terlihat pucat sekali."
"Tidak, noona. Saya hanya sedikit pusing. Bukan masalah besar."
"Kamu yakin?"
"Tentu."
"Kalau begitu kita harus rias wajahmu dengan make up supaya kamu tidak terlihat pucat. Ketampananmu akan berkurang jika kamu terlihat pucat seperti ini di depan kamera."
Daniel tertawa kecil menanggapi perkataan stylish tersebut. Sementara stylish itu memoles wajah Daniel dengan beberapa make up sederhana untuk menutupi wajah pucat Daniel, diam-diam perhatian Daniel tertuju pada Seongwu yang sedang berbicara dengan sutradara dari kejauhan.
Setelah Daniel selesai ditata rias dan mengganti pakaiannya dengan pakaian sesuai tema iklan, Daniel berdiri disebelah Somi yang sudah siap diposisi untuk syuting, ditengah jembatan kecil yang berada di taman ini.
"Senang bertemu denganmu, Somi-ssi."
"Oh— Daniel-ssi! Senang berkenalan denganmu juga. Saya sangat senang karena bisa bekerja sama dalam iklan ini bersama Anda. Saya dengar Anda sedang menjadi pembicaraan hangat di SNS karena ketampanan dan karisma yang kamu punya. Ternyata dilihat lebih dekat Anda lebih menawan."
"Anda terlalu melebihkan. Saya tidak—"
Disaat Daniel sedang berbincang dengan Somi, tiba-tiba saja pandangan Daniel kabur dan kepala Daniel terasa sangat sakit. Somi panik melihat Daniel yang sedang memegangi kepala dilengkapi dengan ekspresi kesakitan itu.
"Daniel-ssi, ada apa? Apa Anda sakit?"
Daniel diam sejenak tidak menjawab pertanyaan Somi. Setelah Daniel merasa sakit kepalanya berkurang, Daniel tersenyum pada Somi seraya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Somi.
"Tidak apa-apa, Somi-ssi. Saya hanya merasa sedikit pusing. Jangan khawatir, mungkin ini efek karena terlalu lelah."
"Apa Anda perlu beristirahat terlebih dahulu?"
"Tidak perlu. Lagi pula syuting akan segera dimulai."
Benar saja, setelah Daniel menjawab pertanyaan Somi, terdengar suara sutradara yang menandakan bahwa syuting dimulai. Daniel dan Somi pun segera siap diposisi mereka.
=
Tidak terasa syuting telah selesai. Baru saja Daniel hendak menghampiri Jaehwan, tiba-tiba saja Daniel merasakan seorang menggenggam tangannya. Daniel membalikkan tubuhnya. Orang yang menggenggam tangannya adalah Seongwu dengan wajah memerahnya.
"Daniel, a-apakah kamu sibuk hari ini?"
"Wah, ada angin apa tiba-tiba Seongwu hyung menanyakan kesibukanku?"
"Aku hanya ingin mengajakmu makan siang bersama! Hitung-hitung sebagai tanda terima kasih sudah membuat handphone keluaran terbaru produksi perusahaanku terkenal, bahkan sebelum aku memasarkan handphone itu.
Daniel tertawa pelan melihat wajah memerah Seongwu. Daniel sudah sangat hafal, Seongwu seperti ini. Seongwu selalu bersikap dingin dan selalu menolak Daniel. Namun pada saat Seongwu membutuhkan Daniel, Seongwu akan terlihat malu-malu seperti ini.
"Sebenarnya untuk hari ini aku free. Jadwalku hanya syuting iklan ini. Tapi bagaimana dengan Jaehwan? Dia pasti sudah menungguku di mobil."
"Aku sudah bicara dengan Jaehwan tadi. Dia bilang tidak masalah lalu dia pulang bersama dengan suaminya, Minhyun."
Daniel merasa gemas melihat ekspresi Seongwu yang seakan tampak takut Daniel akan menolak ajakan makan siangnya. Daniel tidak tahan untuk tidak memeluk Seongwu.
"Baiklah, pakai mobil hyung?"
"Iya, tapi kamu yang menyetir."
"Okay!"
Daniel segera mengambil kunci mobil yang diserahkan Seongwu padanya, lalu berlari kecil menuju mobil Seongwu dengan senyum cerahnya. Seongwu hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya melihat Daniel.
=
Seongwu dan Daniel berada di restaurant sushi rekomendasi dari Daniel. Restaurant ini merupakan restaurant milik kenalan Daniel. Selama menunggu pesanan mereka datang, Seongwu memperhatikan Daniel yang sedang menundukkan kepalanya.
"Daniel...?"
Daniel menolehkan pandangannya pada Seongwu saat mendengar Seongwu memanggil namanya. Seongwu terkejut melihat wajah pucat Daniel, lebih pucat dari yang dilihatnya tadi pagi.
"Daniel, kamu baik-baik saja? Kamu mau pulang saja?"
Daniel terlalu lemah hanya untuk menjawab pertanyaan Seongwu. Tenaganya seakan lenyap begitu saja, tubuhnya terasa sangat lemas. Bahkan sekarang kepalanya terasa lebih sakit dibandingkan saat di lokasi syuting iklan tadi. Daniel hanya dapat memberikan senyuman pada Seongwu, berharap itu dapat menenangkan Seongwu.
"Hay, Daniel... ayo kita pulang saj—"
Belum sempat Seongwu menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan restaurant datang membawakan sushi pesanan mereka.
"Hyung, ayo kita makan."
Seongwu terdiam mendengar suara Daniel yang terdengar serak itu. Bahkan Daniel terlihat sulit mengambil sushi dengan sumpitnya. Seongwu memutuskan untuk membantu Daniel dengan menyuapi sushi itu pada Daniel.
"Jangan salah sangka. Kamu terlihat sedang sakit jadi aku menyuapimu."
Masih dengan sifat dinginnya, Seongwu mengalihkan pandangan berusaha menutupi rasa malunya. Daniel tertawa pelan melihat Seongwu yang seperti itu, lalu mencium pipi Seongwu.
"Aku mencintaimu, hyung."
"Kamu sering mengatakan itu padaku hampir setiap hari, jawabanku masih sama : maaf tapi aku tidak mencintaimu."
"Tidak apa-apa, aku tahu itu."
Daniel tersenyum pada Seongwu. Seongwu merasa ada yang berbeda dengan senyuman yang diberikan Daniel. Seakan senyuman itu akan pergi dan tidak kembali.
=
Setelah Seongwu mengantar Daniel sampai apartemen, Seongwu menahan Daniel yang baru saja hendak membuka pintu unit apartemennya.
"Ada apa, hyung?"
"Daniel, aku sarankan kamu lebih baik pergi ke rumah sakit sebelum sakitmu menjadi parah."
Daniel tersenyum tipis melihat kekhawatiran yang terpancar dari wajah Seongwu. Akhirnya setelah sekian lama, Seongwu mulai memikirkan soal dia. Daniel menganggukan kepala untuk menjawab Seongwu.
"Hyung mulai menghawatirkan soal diriku?"
"Eoh— tidak! Siapa yang menghawatirkanmu? Aku hanya khawatir kalau kamu sakit, siapa yang akan membawakan sarapan setiap pagi untukku?"
Daniel kembali terdenyum melihat Seongwu salah tingkah, wajahnya kembali memerah. Daniel mengusap kepala Seongwu lalu memeluk tubuh Seongwu.
"Terima kasih sudab menghawatirkanku. Kebetulan besok aku free sampai malam, mungkin aku bisa memeriksakan keadaanku ke dokter pagi atau siang besok."
"Baguslah. Jangan sampai sakit, Daniel."
"Aku tidak sakit. Ini hanya efek kelelahan saja."
"Kalau begitu istirahatlah sekarang! Aku duluan, aku mengantuk. Sepertinya aku perlu tidur siang sebelum kembali ke kantor sore nanti."
Seongwu membalikkan badan lalu masuk ke unit apartemennya. Setelah Seongwu masuk, dengan cepat Daniel berlari masuk ke dalam unit apartemennya. Daniel mengabaikan handphone nya yang sedang berbunyi, ada panggilan masuk dari Jaehwan.
Daniel memasuki kamar mandi lalu langsung memuntahkan semua yang bergejolak untuk dikeluarkan sejak tadi. Kepalanya kembali terasa sakit, semakin sakit.
"Akhh..."
Daniel terduduk dilantai sambil meremas rambutnya karena rasa sakit di kepalanya. Daniel tidak mengerti, akhir-akhir ini dia sering merasakan pusing dan mual. Bahkan sekarang Daniel merasakan sakit kepala yang teramat sangat.
"Benar apa kata Seongwu hyung... aku harus memeriksakan ini ke dokter..."
TBC
