LOVE HURTS
Oneshot Drabble
KAIHUN KAIHUN KAIHUN
.
.
.
Love hurts. either it succeds or fails. both hurt.
.
.
.
Bukan sekali dua kali kejadian ini terjadi. Mungkin jari-jari tangan dan kakimu bahkan tak akan cukup untuk menghitung angkanya. Dan mungkin juga mitos yang mengatakan bahwa semakin lama suatu hubungan berlangsung, maka semakin mudah juga untuk merasakan rasa jenuh yang akan berujung pada perpisahan adalah benar adanya. Sudah berkali-kali lalu kenapa belum melakukan apapun juga?
Bukannya belum melakukan apapun, hanya saja tidak akan melakukannya. Kenapa? Karena janji sudah dibuat. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa janji dibuat untuk diingkari, tapi janji yang ini pasti ditepati. Siapa yang memulai, dia yang akan mengakhiri. Tapi kalau terus-terusan tersakiti kenapa tetap bertahan?
Karena cinta. Kalau sudah terlanjur mau bagaimana? Ya sudah terima saja. Masalah tersakiti, memang benar. Tapi tidak bisa hanya melihat dari sudut pandang satu orang, kan? Orang yang menyakiti orang lain belum tentu dirinya tidak tersakiti juga. Siapa yang tahu kalau dia juga tersakiti? Dan ternyata mereka saling menyakiti. Apapun itu, intinya, dalam hati orang siapa yang tahu?
Entah karena kurang peka atau apa, tak ada yang mengalah dalam kejadian ini. Terulang dan terus saja terulang dengan berbagai variasi yang intinya sama, sakit. Tapi sakit karena cinta. Picisan? Memang. Cinta memanglah sebuah roman picisan, atau setidaknya kisah cinta yang satu ini.
Bermula dari sekedar teman, dimulailah kisah ini. Satunya anak kelewat nakal, satunya lagi anak yang berjiwa bebas. Mereka disatukan?
Sempurna.
Awalnya.
Anak nakal yang memang susah diatur, bertemu dengan anak yang memiliki jiwa bebas yang notabene tidak suka mengatur dan diatur. Bukankan sempurna? Jalinan kasih penuh pengertian dari kedua pihak sudah tentu didapat. Masalah dengan siapa harus bermain, bagaimana berhubungan dengan orang lain, semuanya mudah untuk keduanya karena mereka memiliki pandangan yang sama, kebebasan. Bedanya, sekarang mereka terikat dalam sebuah hubungan kekasih. Ada beberapa tanggungjawab yang harus dipenuhi bersama.
Dalam menjalani tanggungjawab itu, mereka melakukannya secara sukarela, dengan perasaan bahagia yang membuncah. Mereka sempurna. Memiliki satu sama lain dan berkomitmen untuk terus bersama, saling pengertian dan saling mencintai.
Mereka punya pengertian yang sama, juga rasa cinta yang sama besar. Segala kebiasaan roman picisan seusia mereka pun dijalani. Mulai dari yang kecil dan mudah, hingga yang terumit sekalipun. Rumit? Uhmm, anggap saja rasa cemburu adalah hal terumit bagi dua orang ini. Keduanya memiliki ego yang tinggi dan mereka tak tahu cara mengungkapkannya dengan benar. Memangnya mereka tidak memiliki sifat posesif? Tentu ada, tapi tertutupi karena kebebasan mereka. Ego boleh tinggi, tapi rasa menghargai mereka tak kalah tingginya.
Menghargai dalam hal ini adalah –mungkin ini tak biasa untuk pasangan lainnya—misalnya dalam hal bergaul. Si anak nakal sangat popular diantara temannya yang cantik dan manis, dan dia sangat menyukai hal itu. Dia juga tipe anak yang supel dan tidak memilih-milih teman. Sedangkan si anak berjiwa bebas tak memiliki masalah mengenai dengan siapa kekasihnya bergaul, toh statusnya masih merupakan kekasihnya.
Status.
Si anak berjiwa bebas itu terlalu fokus pada kebebasan dan status. Nyatanya, status tak memiliki arti apa-apa kalau tidak ada usaha untuk mempererat status tersebut. Well, bukannya terlalu fokus pada status, tapi anak itu percaya pada kekasihnya. Percaya? Iya percaya, kalau kekasihnya adalah orang yang loyal.
Tak tahukah dia kalau kepercayaan dalam suatu hubungan tak akan ada artinya kalau hanya dari satu pihak? Si anak berjiwa bebas itu boleh jadi percaya, tapi apa si anak nakal itu juga percaya?
Awalnya iya.
Tapi lama-lama kata 'iya' itu mulai memudar.
Setahun mereka menjalin kasih, pertanyaan mulai timbul diantara mereka. Benarkah mereka saling percaya? Buktinya apa?
Lebih mementingkan teman atau sahabat dibanding kekasih, apa itu sesuatu yang benar? Bagi mereka benar, karena sahabat ada bahkan sejak sebelum mereka bersama.
Membatalkan kencan untuk ulangtahun temanmu yang cantik? Well, benar juga. Karena ulangtahun adalah event setahun sekali, tapi kencan bisa dilakukan kapan saja bagi mereka.
Mengantar pulang sahabatmu yang juga merupakan mantan kekasihmu? Umm yang ini sepertinya tidak benar, ya? Tapi tergantung dari konteks dan sudut pandang mana dulu yang kalian lihat.
Kalau dari sisi persahabatan, hal itu sah-sah saja. Tapi kalau dari pandangan sebagai mantan sepertinya merupakan sebuah kejanggalan. Tapi si anak berjiwa bebas itu biasa saja. Menurutnya, seperti apapun statusnya dan kalau memang si anak nakal itu serius dengan status sebagai kekasihnya, maka dia tak merasa khawatir.
Tapi bukankah merasa biasa saja bisa dilihat sebagai suatu bentuk tidak peduli?
Itulah yang dilihat oleh si anak nakal.
Kurangnya respon dan rasa cemburu dari kekasihnya membuatnya mempertanyakan hubungan mereka. Benar mereka kekasih? Kenapa tidak ada rasa memiliki?
Baginya, terasa seperti dia bukan siapa-siapa. Bebas dimiliki siapa saja.
Apa memang itu yang ada di dalam hati si anak berjiwa bebas? Kekasihnya bebas dimiliki siapa saja?
Tentu tidak. Kekasihnya hanya miliknya.
Lalu kenapa tidak merasa cemburu?
Bukannya tidak merasa. Tapi tidak mengatakannya.
Ingat, kan, dua orang itu memiliki ego yang tinggi. Termasuk dalam hal kecemburuan.
Tak satupun diantara mereka yang ingin di cap over possessif atau pemcemburu. Mereka juga tak mau dibilang clingy, meski kadang mereka melakukannya dalam hal tertentu. But on daily basis, mereka secara kasat mata hanya terlihat seperti teman.
See? Hanya seperti teman. Teman tidak cemburu, teman juga tidak posesif. Benar, kan? Apa bedanya dengan keadaan mereka yang seperti itu?
Itulah, krisis hubungan tak dapat dihindari.
Usia hubungan yang bisa dibilang cukup lama juga mendukung krisis tersebut. Terlebih, ada rumor beredar bahwa si anak nakal punya kecenderungan memutuskan kekasihnya setelah dua tahun. Rumor macam apa itu? tapi memang nyatanya si anak nakal itu memiliki hubungan yang kurang dari dua tahun dengan mantan-mantannya. Mantan-mantannya? Berarti ada beberapa? Iya, bahkan si anak nakal memang dikenal sebagai seorang playboy, berbanding terbalik dengan si anak berjiwa bebas yang belum pernah menjalin hubungan kekasih sebelumnya.
Lalu kenapa anak berjiwa bebas itu mau saja?
Karena cinta. Sudah jelas, kan?
Sudah, rasional tidak rasional itu tergantung persepsi orang. Kalau kalian bilang hubungan itu tidak akan berhasil, kalian salah. Buktinya, hubungan mereka sudah mendekati dua tahun.
Yah, sampai yang disebut history repeats itself menunjukkan batang hidungnya.
Dua tahun kurang. Hubungan mereka berakhir.
Berakhir dengan baik, kah? Atau buruk?
Adakah opsi diantara kedua opsi itu? Yang bisa menengahi keadaan hubungan mereka?
Kalau ada, berarti itu jawabannya.
Dikatakan buruk, tapi tidak sampai menangis meraung-raung atau diiringi cekcok hebat sana sini. Dibilang baik, apakah sesuatu yang baik harus berakhir? Lalu apa? Entah bagaimana mendeskripsikannya, tapi itulah keadaannya.
Siapa yang memutuskan? Si anak nakal.
Anak itu memang nakal, ya, menyakiti hati orang.
Tidak juga. Karena dia juga sakit. Dua-duanya sakit.
Yang satu sakit karena hubungannya berakhir, yang satu sakit karena mengakhiri hubungan mereka.
Kalau sakit kenapa diputuskan dan kenapa menerimanya? Karena harus. Iya harus, untuk mengurangi dampak negatif dikemudian hari.
Hubungan ini tidak sehat. Terasa terikat tapi entah apa yang mengikat, terasa bebas tapi seperti ada yang mengikat. Jadi slah satu harus melakukan 'pengorbanan' sedikit lebih banyak dari yang lainnya. Berakhirnya hubungan itu bukan karena keinginan siapapun, tapi lebih pada keharusan.
Setelah kejadian itu, mereka masih sering bertukar kalimat 'aku mencintaimu' sampai akhirnya kehampaan mengambil alih kalimat itu.
Satu hal yang tidak mereka ungkapkan adalah, mereka merindukan satu sama lain. Sampai saat ini, setelah bertahun-tahun mereka berpisah.
.
.
.
END
Ahra_02/10/2016
Ini cerita apa sih?
Jangan tanyakan pertanyaaan itu, karena aku juga tak tahu lol. Ini muncul dipikiranku begitu saja da nagak kesal saat mengetiknya. Kenapa? Karena saat aku ingin mengupdate ff lain, rasanya sulit sekali menuangkan idenya.
Anyway, ini drabble. Jadi segini saja ya. heheh
P.S: ada yang bisa tebak mana kai dan mana Sehun?
