안녕, 사랑아 (Goodbye, Love), by luhansgirlorz

KaiLu/KaiSoo/HunHan. Broken!KaiLu. Angst. T

Request by: rezdfghjkl.

enjoy it!


#np: Taeyeon of Girls' Generation – 만약에 (If)

Luhan tidak pernah tahu kalau mencintai seseorang rasanya sesakit ini.

Sebelumnya, Luhan berpendapat bahwa gadis-gadis yang posesif terhadap kekasihnya dan mudah cemburu benar-benar mengganggu. Namun kini ia mengerti bagaimana rasanya. Ia sudah tahu bagaimana cemburunya gadis-gadis itu saat kekasihnya menomorsatukan orang lain ketimbang dirinya.

Tuhan seperti tengah mengujinya. Kai, kekasihnya selama tiga bulan, membuatnya cemburu berat hingga ia mengeluarkan sebuah keputusan yang masih disesalinya sampai detik ini; berpisah. Sudah hampir satu tahun sejak mereka berpisah, namun Luhan tidak pernah berhenti menyesali keputusan bodohnya itu.

Saat itu, Kai bersikeras mempertahankannya, namun Luhan justru bersikeras ingin meninggalkannya. Dan pada akhirnya, Kai bersedia mengikuti kemauan Luhan asalkan Luhan tetap mau berteman dengannya. Luhan menyetujuinya, namun kini justru menyesalinya karena ia menyadari bahwa terlalu sulit menganggap Kai sebagai temannya lagi. Tentu saja, itu karena ia masih mencintai Kai.

Seharusnya, ia tidak berbuat bodoh seperti itu. Seharusnya, ia tidak boleh egois. Seharusnya, ia berpikir jernih dan tidak mendahulukan emosinya. Seharusnya, ia mempercayai Kai.

Semua sudah terlambat saat ia menyadari kesalahannya.

Semuanya sudah berakhir.


#np: K. Will – 이러지마 제발 (Please Don't)

"Luhan noona.."

Luhan mengalihkan pandangan dari tiramissunya menuju sumber suara. Sedikit terkejut saat mendapati Kai berdiri di sampingnya, sebelum akhirnya dia ingat bahwa ia sedang berada di acara reuni SMAnya. Tentu saja Kai juga ada di sini, karena ia dan Kai berasal dari SMA yang sama. Dengan segera ia mengatasi rasa terkejutnya dan tersenyum tipis. "Oh. Hai, Kai-ya."

Kai mendudukkan diri di bangku yang berhadapan dengan Luhan. Menopang kepalanya dengan sebelah tangan sambil tersenyum. "Lama tidak bertemu. Bagaimana kabar noona?"

"Seperti yang kau lihat." Luhan menunduk, enggan menatap mata itu. "Kau sendiri?"

"Aku baik."

"Oh.."

Luhan memilih untuk berkutat dengan kuenya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sebagian dirinya menyuruhnya untuk mengajak Kai mengobrol karena ini adalah kesempatan, sementara sebagian yang lain melarangnya. Tentu saja karena Luhan tidak ingin lepas kendali.

"Noona tidak terlihat baik."

Luhan mendongak, menatap Kai yang tengah menatapnya dalam dan serius. Pandangan gadis itu kembali tertumbuk pada tiramissunya, tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja—"

"Noona tidak pernah berubah." tandas Kai tajam sebelum Luhan sempat menyelesaikan kalimatnya. "Noona yang mengatakan agar aku bersikap terbuka pada kekasihku, tapi noona sendiri tidak pernah melakukannya."

"Lalu kau ingin aku mengatakan apa?" Luhan balas menatap Kai tajam. Gadis itu tampak tersulut emosi, membuat Kai terkejut karena selama mengenalnya, gadis itu tidak pernah menunjukkan emosinya secara terang-terangan meski sedang dalam mood jelek sekalipun. Kai menghela nafas pelan, segera tahu bahwa keadaan Luhan saat ini lebih parah dari sekedar tidak baik-baik saja. Hanya saja, gadis itu menolak memberitahunya.

"Baiklah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu." ucap Kai pada akhirnya, mengalah. Sedikit berharap permintaan maafnya bisa meredakan emosi Luhan, meski kenyataannya mood gadis itu kini terlihat jauh lebih buruk ketimbang saat Kai menyapanya tadi. "Maksudku, kau tahu, kau bisa menceritakannya padaku, siapa tahu aku bisa membantu." Kai mengangkat bahunya lalu tersenyum. "Bukankah itu gunanya teman?"

"Ya kau benar." Luhan tersenyum kecut mendengar kata teman terlontar dari mulut Kai. Sebuah kata sederhana yang terasa tidak benar saat Kai mengucapkan itu padanya. "Terima kasih."

"Kai, kenapa lama sekali?"

Kai dan Luhan menoleh ke sumber suara bersamaan, mendapati seorang gadis mungil bermata bulat tengah berdiri tak jauh dari mereka. Luhan tidak mengenalnya, namun ia tahu gadis itu pasti mengenal Kai dan Kai juga mengenalnya. Luhan tidak mau repot-repot menebak siapa gadis ini dan apa hubungannya dengan Kai. Atau lebih tepatnya, tidak ingin tahu.

"Ah, Kyungsoo." Luhan melihat Kai tersenyum lembut pada gadis itu sebelum memberi kode pada gadis itu untuk mendekat. "Kemarilah. Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang."

Luhan menggenggam garpunya erat. Ia menatap Kai dan Kyungsoo bergantian, dan firasatnya mendadak tidak enak saat melihat bagaimana Kai dengan santainya menyambut dan menggenggam tangan gadis itu. Tidak. Jangan coba-coba—

"Ini Luhan noona, seniorku di klub menari dulu." Kai tersenyum sambil menatap Kyungsoo, membuat Luhan mual seketika. "dan Luhan noona, ini Kyungsoo, dia—"

Hentikan. Aku tidak mau tahu apa hubunganmu dengan Kyungsoo atau siapapun itu—

"—kekasihku."


#np: K. Will – 니가 아닌 것 같아 (It's Not You)

"Demi Tuhan, noona. Berhenti. Kau sudah minum terlalu banyak!"

Baekhyun merebut botol wine itu dari tangan Luhan, membuat Luhan yang sudah teler berusaha menggapai kembali botol tersebut sebelum ambruk ke meja bar. Baekhyun mendesah keras sebelum mendelik kesal ke arah Chanyeol yang berdiri di balik meja bar.

"Ow, lirikanmu seksi sekali, sayang~" goda Chanyeol, yang disambut dengan death glare oleh Baekhyun. Pemuda jangkung itu tertawa kecil melihat reaksi kekasihnya yang menggemaskan. "Aku hanya bercanda, Baekkie. Sungguh, Luhan noona sudah ada disini dan sudah seperti ini ketika aku datang."

Baekhyun menghela nafas keras. Ia melirik Luhan yang menelungkup di atas meja sambil bergumam tidak jelas. Ini bukan Luhan yang dikenalnya. Luhan tidak pernah menyentuh alkohol jenis apapun meski ia sedang stress.

Dan Baekhyun rela menukarkan apapun asalkan Luhan yang dikenalnya kembali lagi.

"Tolong beritahu Kris, aku keluar sebentar untuk mengantarnya pulang."

"Jangan bercanda. Kau biarkan aku melayani tamu sebanyak ini sendiri?"

"Hanya sebentar, tiang listrik, jangan berlebihan." Baekhyun memutar bola matanya malas. "Jangan manja. Bukankah biasanya kau juga sudah terbiasa melayani banyak tamu?"

"Serius deh, kurasa itu bukan ide yang bagus." Chanyeol menyerahkan pesanan pada seorang tamu sebelum kembali menatap Baekhyun. "Bagaimana kalau kau hubungi Sehun saja? Dia pasti tidak keberatan kalau disuruh menjaga Luhan noona sekalian."

Baekhyun tampak terdiam sejenak. Benar juga yang dikatakan Chanyeol. Luhan pasti butuh seseorang yang bisa menemaninya saat ini. Dan sudah pasti, Baekhyun tidak bisa menemaninya meskipun ia bisa mengantar Luhan pulang, karena ia harus bekerja. "Baiklah. Aku akan menghubungi Sehun, kau jaga Luhan noona sebentar."

Baekhyun menjauh dari kerumunan sambil mengutak-atik ponselnya. Sesekali melirik ke tempat ia meninggalkan Luhan tadi hanya untuk sekedar memastikan semenya itu benar-benar menjaga Luhan dari om-om genit yang berkeliaran di sana.

"Halo?"

"Oh, halo, Sehun-ah?" Baekhyun berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku butuh bantuanmu. Bisa ke sini sekarang?"

"Mobilku masuk bengkel, hyung. Memangnya ada apa? Kalian butuh karyawan?"

"Tidak. Ini lebih penting dari itu, Oh." Baekhyun melirik ke arah Luhan yang ternyata sudah terbangun dan berusaha merebut botol wine yang dipegang Chanyeol. "Luhan noona mabuk berat dan dia sendirian disini. Aku tudak bisa mengantarnya pulang."

"Luhan noona ada disana?" Nada bicara Sehun berubah menjadi khawatir. "Dia baik-baik saja, kan?"

"Dia terlihat kacau saat aku menemukannya. Cepat kesini, kau bisa gunakan mobilku nanti."

—To Be Continued