Disclaimer: Masashi Kishimoto

Chapter 1

"Naruto, kan, suka sama Sakura."

Deg.

"Iya. Kiba bilang, Naruto gak suka cewek yang macem-macem."

Deg. Yang benar saja?

Hinata menghela napas. Entah mengapa memori itu membekas dibenaknya sampai beberapa tahun kedepan.

-X-

Reuni, 2020

Reuni besar-besaran tersebut diadakan Sasuke Uchiha, salah satu murid paling sukses diantara mereka semua. Sasuke mengambil tema black and white, pastilah disana akan banyak bekas siswa berpakaian hitam dan putih. Hinata menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk rumah Sasuke yang dijadikan tempat reuni.

Ruangan pertama yang dimasuki Hinata adalah ruang besar ditengah dengan pita-pita yang menggangtung diudara dan lampu-lampu kecil yang gemerlap. Suasana belum begitu ramai, baru beberapa yang datang. Mungkin ia terlalu cepat.

"Bagaimana menurutmu?"

Hinata tersentak.

"Aku membuatmu kaget, ya?" tanya Sasuke, lalu tertawa.

"Hm, Naruto dimana?" tanya Hinata cepat. "Biasanya ia selalu bersama denganmu dulu."

"Belum datang... mungkin sedikit terlambat. Tapi ia pasti akan datang."

"Kau hebat sekarang." ujar Hinata. "Menjadi pebisnis, itu bukan hal yang mudah."

"Tidak juga." Sasuke berkilah. "Hanya melanjutkan bisnis keluarga, apa bagusnya?"

"Tetapi setidaknya kau berhasil." ucap Hinata sambil tersenyum.

"Kau sendiri bagaimana?" tanya Sasuke.

"Aku menjadi penulis tetap dimajalah Go! Tokyo! Dengan nama pena Himawari." ucap Hinata.

"Ohh. Kurasa aku pernah membacanya. Kakakku berlangganan majalah tersebut."

"Benarkah?" tanya Hinata takjub.

"Yup."

"Aduh, jadi merasa punya penggemar." kata Hinata, lalu tertawa.

"Oke, aku harus pergi dulu, banyak urusan."

"Hm, hm. Aku ada jika kau butuh bantuan."

-X-

"Ya ampun, kalian datang bersama?"

Hinata menoleh. Memandang Sakura dan Naruto yang masuk bersamaan. Naruto mengenakan jas hitam dengan celana panjang putih. Sakura mengenakan gaun hitam panjang yang pas ditubuhnya. Berbeda dengan Hinata yang hanya mengenakan kemeja putih sederhana dengan celana jins yang telah usang.

Satu hal lagi, mereka tampak serasi.

Hinata tidak tahu, apa rasa yang dimilkinya untuk Naruto masih ada atau tidak setelah tiga tahun tidak bertemu. Tetapi menyadari hatinya yang terasa panas sekarang, mungkin perasaannya masih ada.

Nyatanya, ucapan Ino yang membekas diingatan Hinata seakan tidak pernah menghilang.

"Naruto, kan, suka sama Sakura."

-X-

"Hei, apa kabar?" tanya Naruto.

"Lumayan." jawab Hinata. "Dari pakaianmu, kau terlihat telah sukses. Sekarang kau bagaimana?"

"Jangan sembarangan," ucap Naruto. "Aku berpakaian seperti ini semata-mata hanya karena aku mengira ini acara formal."

"Oh ya?"

"Ya."

"Kupikir kau mau membuat seseorang terkesan."

"Tidak..." sahut Naruto.

"Hn... Kau memiliki hubungan dengan Sakura, ya?"

Naruto berdeham. "Tidak. kau tahu, sejak dulu kami memang dekat. Sakura, Ino, Kiba, Sasuke, Tenten, aku."

"Hm, ya."

"Kalian telah bertemu!"

"Sasuke!" Naruto berseru.

"Kurasa aku harus meninggalkan kalian berdua," ucap Hinata kalem. "Enjoy it."

Hinata melangkah menjauh. Saling berdesakkan, sehingga ia menyenggol seseorang, membuat minuman yang hampir habis itu tumpah mengenai kemeja putihnya. Orang itu, dengan mata serupa dengan Sasuke.

Kakak Sasuke... Itachi Uchiha?

-X-

"Aaah. Salah satu teman Sasuke," pikir Itachi.

"Sumimasen." ucap gadis itu.

"Harusnya aku yang bilang begitu. Siapa namamu?"

"Hinata."

Kening Itachi berkerut. "Kurasa aku pernah dengar namamu."

Hinata tersenyum kecil. "Tentu saja. Aku teman Sasuke."

"Tetapi aku seperti merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya... aku seperti mengenalmu." Itachi tampak bersikeras, mengolah kembali setiap memorinya.

"Baiklah... dulu, kau pernah mengunjungi jumpa penggemar penulis cerpen majalah Go! Tokyo! Aku disana karena aku salah satu penulis dengan nama pena Himawari. Disana aku memperkenalkan nama asliku, Hi-na-ta." ujar Hinata. "Tepatnya dua bulan yang lalu."

"Oh ya ampun. Senang berjumpa denganmu lagi." ujar Itachi.

"Sama-sama."

"Aku tahu kau mau berbaur dengan teman lain, jadi..."

"Tidak. Aku mau sendirian." ucapan Hinata tidak terdengar aneh dipendengaran Itachi. Ia justru tersenyum.

"Aku lupa kau seorang penulis yang butuh ketenangan," ujar Itachi, menyunggingkan senyuman. "Bagaimana bila kau ikut ke ruanganku?"

"Ruangan?"

"Ya. Nanti kau juga akan tahu." ucap Itachi, menarik Hinata dari keramaian, membuat hati Hinata terasa hangat.

-X-

"Kau seorang dokter?"

Itachi mengangguk.

"Aku tak suka bau obat-obatan disini." ujar Hinata lirih.

Itachi memberikan sebuah masker sambil tersenyum. "Kau merasa mual?"

"Yup..." ucap Hinata dibalik maskernya.

"Butuh waktu lama menyesuaikan aroma ini." ucap Itachi.

"Mengapa kau tidak mau berbisnis keluarga?"

"Karena aku tidak suka. Dan Sasuke, sepertinya ia suka."

"Bagaimana kau tahu ia suka?"

"Ia terlihat senang setiap melakukan pekerjaannya. Bukankah begitu?" ujar Itachi.

Hinata berdeham, "Lalu kau suka dengan pekerjaanmu sekarang?"

"Ya. Membuatku merasa hidup. Rasanya menyenangkan jika dapat mengobati banyak orang. Awalnya kedua orangtuaku tidak menyukainya, dan sampai sekarang juga begitu." Itachi berucap, "Namun selama mereka tidak memaksaku untuk keluar dari dunia kedokteran, aku telah bersyukur."

"Oh..."

"Bagaimana denganmu, Hinata?"

"Aku... sebenarnya, aku juga tidak diijinkan untuk menulis."

"Lalu?"

"Mereka, orangtuaku maksudku, juga memintaku untuk segera bekerja di perusahaan karena biaya sekolahku mahal." kata Hinata sambil tersenyum. Sekalipun dengan maskernya Itachi tidak dapat melihat senyumannya. "Tapi nyatanya, dengan menulis, aku berhasil."

"Ternyata kita memiliki latar yang sama."

Hinata melepas maskernya, tersenyum kepada Itachi. "Iya."

"Aku jadi ingin lebih mengenalimu, Hinata."

Hinata membelalakkan matanya, kemudian, Itachi tertawa. Tetapi Hinata tetap bersikap canggung, membuat Itachi menghentikan tawanya.

"Omong-omong, maaf soal pakaianmu."

Hinata menundukkan kepala, menatap pakaiannya ternoda minuman berwarna merah menyala itu. "Tidak apa-apa."

-X-

"Kau masih ingat tentang Hinata dulu?"

Sasuke berdeham. "Ya. Dulu dia dikalangan persahabatan kita... ia dikatakan menyukaiku. Dan aku ingin mencoba untuk menyukainya."

"Why?"

"Dia berubah, dan aku penasaran." ujar Naruto. "Kau tidak penasaran?"

"Tidak. karena aku tidak merasa ia berubah."

"Ooh. Its okay."

"Bagaimana dengan Sakura?"

"Aku tidak menyukainya kok... aku berkata seperti itu terus karena kalian terus bertanya mengenainya. Terus mendesakku."

"Apa kau gila? Sakura menganggapnya serius."

Naruto menghela napas. "Baiklah kalau begitu. Mau bagaimana lagi."

Sasuke sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Naruto. "Aku takut berbahaya kedepannya... Sakura telah menyukaimu."

"Memang kau tahu isi hatinya? Aku saja tidak tahu tentang hatinya." ujar Naruto. "Tak bisakah kau biarkan aku sendiri menentukan apa yang ingin kulakukan? Kau bertindak seolah mencegahku."

"Ah, terserahlah." sahut Sasuke ketus.

Kemudian, Naruto mulai kembali mencari sosok Hinata disekeliling ruangan. Namun karena tidak menemukannya, akhirnya ia tersenyum. "Dari dulu ia memang mudah menghilang."

-X-

"Sasuke!"

"Hm?"

"Ada salah satu temanmu yang menarik juga." ucap Itachi. "Hinata."

"Oh. Dia. Apa yang menarik darinya? Dulu, dia bahkan tidak disukai beberapa orang, dan hanya orang tertentu yang menyukainya."

"Karena itu. She was special."

"Kau tidak menyukainya, kan? Ada seorang temanku yang mau mencoba untuk menyukainya." ujar Sasuke.

"Mencoba? Memang hal itu bisa dicoba?"

"Kau mulai terpengaruh... tapi, ya. kurasa bisa, karena Hinata dulu menyukai orang itu."

Itachi kembali tersentak.

"Ayo bantu aku membereskan ruangan ini. Merepotkan juga acara reuni itu."

-X-

Membuat fanfict ini terjadi saat aku bosan di kelas. Menunggu ujian praktek membuatku jenuh, dan aku memutuskan untuk menulis diselembar kertas permulaan kisah ini, daripada mendengar obrolan tak penting teman sekitarku.

Saat istirahat, aku mendengar kalimat-kalimat yang menginspirasiku membuat fanfict ini, dan kumasukkan sama persis dibagian paling awal, disesuaikan seperlunya.

Kemudian, banyaknya teman SD yang meminta reunian membuatku berpikir, reunian pada fanfict? Mengapa tidak? hehehe. Jadi aku membuat kisah ini. Dan saat aku membuatnya, kok aku justru teringat teman-teman sekolahku dan membuat karakternya mirip seperti mereka, ya?

Cerita yang mulanya mau kubuat one-shot malah kujadikan chapter karena aku tidak bisa memikirkan ending yang pas untuk fanfict ini. Jadi mungkin update untuk fanfict ini bisa sedikit lama karena fanfict ini terinspirasi dari kejadian nyata, dan aku juga butuh inspirasi dari kejadian nyata untuk menyelesaikannya.

Jadi mohon pengertiannya dan terima kasih telah membaca!