The Embezzler Evil

.

.

Genre: Brothership, Fantasy

Rate: T

Cast: All Suju Members

Disclaimer: All them belong to themselves and God. but this story is mine.

Warning: Typos, DLDR

.

.

.

Mereka mengendap di tengah kegelapan malam.

Mengendus aroma hampa yang menguar dari balik kekosongan.

Bergelanyut di antara tingginya pepohonan.

Menerkam dan mendesak apapun yang mereka temukan.

Mati atau hidup, pilihan ada di tangan mereka

Mereka lah kunci yang sebenarnya…

Mereka lah yang dipertemukan oleh kerasnya permainan dunia.

Mereka… 13 nyawa dalam hujaman takdir maut

.

.

.

"Kyuhyun-ah! Cepatlah! Kau tidak ingin terlambat di hari pertamamu kan?"

Seorang pemuda berseragam SMA berteriak jengah di ambang pintu. Sosok berwajah rupawan itu menumpukan bobot tubuhnya pada satu kaki dan bersandar nyaman di tiang pintu. Matanya berkedip lambat.

"Aku sudah siap, Kibum hyung. Kau ini cerewet sekali, sih." Tiba-tiba entah dari mana, sosok yang lain datang menghampiri. Sosok yang tak kalah menawan. Hanya saja seringai khas yang tersemat di sudut bibirnya itu tampak menonjolkan arogansinya yang lebih besar. Ia kemudian melenggang santai mengikuti Kibum dari belakang yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.

"Itu karena aku tidak ingin terlambat. Sudahlah, ayo masuk."

BRAK!

BRAK!

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Leeteuk hyung dan yang lain tadi. Kemana mereka?" sosok menyeringai bernama Kyuhyun itu memiringkan kepalanya, tampak manis dan lugu kalau saja obsidian kelamnya tidak menyorot terlalu tajam. Sementara Kibum, pemuda berwajah datar di sampingnya itu hanya melirik sekilas.

"Sudah berangkat lebih dulu." Singkatnya. Kyuhyun mengangguk dan kembali diam. Percakapan di antara keduanya harus terputus saat mobil yang mereka kendarai berhenti tepat di halaman luas sebuah bangunan modern yang sering dikenal dengan nama sekolah. Mereka baru saja tiba di sekolah baru, tempat yang akan memberikan identitas baru bagi mereka. Tak ingin berlama-lama berada di dalam mobil, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar. Dan lihatlah kumpulan manusia itu, membuat mereka takjub. Kyuhyun menggerakkan lehernya, mengikuti arah kemana angin bertiup. Hal pertama yang ia rasakan saat ini adalah hasrat. Hasrat tak terbendung yang membuat sesuatu dalam jiwanya meronta liar. Baru saja ia ingin melangkahkan kakinya, sebuah tangan sedingin es dengan cepat menahan pergerakannya.

"Kendalikan dirimu." Dan teguran kecil bernada tegas itu begitu mengena. Dengan segera ia kembali menormalkan matanya yang sempat memerah. Ia mengalah saat Kibum menyeretnya keluar dari pelataran parkir, memasuki loby sekolah dan melewati ratusan pasang mata yang menatap penuh minat pada mereka. Kibum baru berhenti melangkah dan menyeret Kyuhyun ketika berhasil menemukan ruangan yang sedari tadi dicarinya. 'Principal Room'

TOK! TOK! TOK!

Kibum mengetuk pintu kayu milik kepala sekolah yang berdiri kokoh itu dengan wajah datar, sementara Kyuhyun hanya diam memperhatikan dengan tangan bersedekap di depan dada.

"Masuk!"

CEKLEK.

Pintu terbuka. Sebelum melangkah lebih jauh, Kibum berpaling sebentar menatap Kyuhyun. "Kali ini jangan lakukan kesalahan." Bisiknya pelan. Sang adik mengangguk sekilas, terkesan malas dan tidak peduli. Tapi Kibum tak begitu pusing memikirkannya. Ia berjalan lebih dulu melewati Kyuhyun untuk menghampiri meja kepala sekolah.

"Annyeonghaseo, seongsaenim. Kami siswa pindahan dari Kanada." Kibum dan Kyuhyun serempak membungkuk hormat membuat pria paruh baya berkaca mata tebal di depan mereka tersenyum tipis.

"Cho Kibum dan Cho Kyuhyun, eoh? Ah, ya. Aku mengingat kalian. Lucu sekali, selain kalian, kami juga memiliki seorang guru baru." Sapanya ramah. Kepala sekolah bernama asli Kim Young Min itu tampak tidak begitu mempermasalahkan respon pasif dari kedua murid barunya. Ia terkekeh pelan.

"Tampaknya kalian tidak begitu suka berbasa-basi, hmm? Baiklah, aku akan panggilkan satu guru untuk mengantar kalian langsung ke kelas." Ujarnya masih dengan sikap ramah andalannya. Jari telunjuk ia gunakan untuk menekan satu tombol berwarna merah di papan telepon yang terhubung langsung ke kantor guru. Baik Kibum maupun Kyuhyun, keduanya tidak ada yang berniat untuk merespon kata-kata kepala sekolah, mereka hanya focus mengamati kegiatan pria berkepala botak itu.

"Ah ya, kalian duduklah dulu. Bang seongsaenim akan datang sebentar lagi." Sebenarnya Young Min tidak begitu nyaman dengan suasana dalam ruangan pribadinya ini. Akibat anak-anak baru yang tidak ada tandingannya ini, aura di sekitarnya menjadi terasa dingin dan luar biasa kaku. Dalam hati ia sibuk mengumpati gaya hidup dunia barat yang tidak ada sopan-sopannya. Huh, kanada sama sekali tidak berbeda.

TOK! TOK! TOK!

Kepala sekolah Kim diam-diam tersenyum saat mendengar ketukan di luar pintunya. Setidaknya karena ketukan itu, suasana menjadi sedikit lebih cair.

"Ya, masuk!" serunya tegas.

CEKLEK!

Pintu terbuka sedikit demi sedikit, menampakkan seorang pria berpakaian semi formal yang mulai melenggang memasuki ruangan. Pria itu berdiri tepat di sebelah kepala sekolah yang berarti berhadapan langsung dengan Cho bersaudara.

"Bagus. Perkenalkan, ini adalah Bang Seongsaenim, dia yang akan mengantar kalian ke kelas. Dan dia jugalah yang akan menjadi wali kelas kalian untuk satu tahun ke depan." Bang seongsaenim tersenyum ramah saat kepala sekolah mengenalkan dirinya. Kibum dan Kyuhyun membalas dengan menundukkan sedikit kepala mereka sebagai sapaan hormat.

CLAP!

"Ayo anak-anak! Kalian harus segera berada di dalam kelas, pelajaran pertama akan dimulai sekitar 5 menit lagi." Bang seongsaenim menjentikkan jemarinya sebelum menuntun kedua remaja tampan itu keluar dari ruangan kepala sekolah, meninggalkan Young Min yang akhirnya dapat bernafas dengan lega.

.

.

.

"Jadi kalian pindahan dari Kanada ya? Sudah berapa lama kalian menetap di sana?" Bang seongsaenim mencoba untuk membuka percakapan dengan dua murid paling bercahaya di sebelahnya itu selama mereka dalam perjalanan menuju kelas yang terletak di gedung A. Mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir Bang seongsaenim, membuat Kibum dan Kyuhyun saling pandang dalam beberapa detik sebelum akhirnya…

"Kami sudah menetap di sana sejak masih kecil." Kibum menjawab dengan nada datar. Kyuhyun mengedipkan kelopak matanya sebagai pembenaran. Bang seongsaenim membulatkan bibirnya percaya. Kemudian ia diam, tidak lagi berniat untuk mengajak Cho bersaudara itu untuk bercengkrama karena sepertinya dua orang baru itu tidak begitu ramah terhadap orang asing. Bang seongsaenim meringis memikirkan nasibnya setelah ini, berhadapan dengan orang-orang yang sangat dingin dan datar, belum lagi kedua orang itu adalah anak asuhnya, yang berarti ia bertanggung jawab penuh untuk mendidik mereka.

"Nah, anak-anak. Kelas kalian ada di ujung sana. Kelas pertama yang paling dekat dengan tangga menuju lantai 3. Kajja!" Bang seongsaenim mendapatkan kembali semangatnya begitu kelas yang mereka tuju sudah terlihat di depan mata. Sementara itu, Kibum dan Kyuhyun hanya mengikutinya dalam diam.

"Kita sampai. Selamat datang di Kelas Exclusive, 2-1."

TOK! TOK! TOK!

Kibum dan Kyuhyun secara bersamaan menarik nafas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk tantangan yang lebih besar saat tangan kokoh milik Bang seongsaenim bergerak mengetuk pintu kayu di hadapan mereka. Mereka otomatis mundur selangkah ketika pintu mulai terbuka. Dari balik pintu, muncul seorang wanita dewasa yang kemudian menyambut kedatangan mereka dengan senyum lebar.

"Bang seongsaenim? Ahhh! Kalian pasti siswa pindahan yang sedang banyak dibicarakan itu kan?" sapanya ceria. Kibum dan Kyuhyun mengangguk singkat.

"Yasudah, ayo masuk." Ajak wanita itu. Kibum dan Kyuhyun menurut dan mengikuti dari belakang. Seketika Kyuhyun menahan nafasnya saat aroma khas dari dalam kelas mulai menguar memasuki rongga penciumannya. Satu tegukan saliva terasa berat dan menggantung di ujung tenggorokannya.

"Anak-anak! Hari ini kita kedatangan 2 teman baru. Mereka siswa pindahan dari Kanada, saya yakin kalian pasti sudah banyak mendengar tentang hal ini kan?" Wanita itu tersenyum menggoda murid-murid perempuan di kelasnya yang seketika langsung berubah merah.

"Nah, silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing." Wanita yang berstatus sebagai salah satu guru di sekolah itu akhirnya berpaling menghadap Kibum dan juga Kyuhyun. Yang mengenalkan diri pertama kali adalah Kibum, ia maju selangkah dan mulai menatap sekeliling kelas dengan tatapan dinginnya.

"Naneun Cho Kibum imnida." Singkatnya. Tiba-tiba, tatapan Kibum jatuh pada seseorang yang duduk di sudut ruangan yang kebetulan juga sedang memperhatikannya. Kibum menajamkan pengelihatannya, seseorang itu memiliki tatapan yang berbeda dari yang lain.

"Sekarang giliranmu." Wanita bernama lengkap Ahn Sohee itu kemudian menunjuk Kyuhyun yang berdiri terdiam di belakang Kibum, sepertinya kedua orang itu memiliki pemikiran yang sama. Tanpa membuang waktu, Kyuhyun segera mengikuti jejak Kibum dan berdiri bersebelahan. Jika Kibum memiliki tatapan dingin yang membekukan, maka Kyuhyun memiliki tatapan tajam dengan seringai sinis yang menghiasi satu sudut bibirnya.

"Naneun Cho Kyuhyun, bengapseumnida." Sebelum Kyuhyun benar-benar mengakhiri perkenalan dirinya, Ia menyempatkan diri beberapa detik untuk melirik orang asing di sudut ruangan itu melalui ekor matanya. Lain Cho bersaudara lain lagi dengan Ahn seongsaenim yang hanya bisa tersenyum maklum melihat kondisi kelasnya yang mendadak hening seolah terbius dengan kehadiran kedua murid baru paling menawan itu.

"Sepertinya perkenalannya sudah cukup. Sekarang kalian berdua silahkan duduk di tempat yang kosong." Titahnya tegas. Dan tanpa harus diperintah dua kali, Kibum dan Kyuhyun segera bergegas mengambil tempat masing-masing. Kyuhyun mendapat tempat yang bersebelahan dengan siswa laki-laki bernama Lim Jae Bum, sedangkan Kibum terpaksa harus duduk semeja dengan gadis cerewet super agresif bernama Kang Sora.

Sepulang sekolah, Kibum dan Kyuhyun sepakat untuk segera kembali ke rumah. Kini, mereka berdua sedang berada di dalam mobil, terdiam tanpa terlibat satu pembicaraanpun, hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tapi sedetik berikutnya, Kibum berpaling kearah Kyuhyun lebih dulu, ia menatap intens sang adik, menunggu hingga adiknya itu memberinya respon balik.

"Wae, hyung?" Tak perlu menunggu lama agar pertanyaan itu meluncur dari bibir Kyuhyun. Kibum membasahi mata dinginnya.

"Apa kau memiliki kecurigaan yang sama dengan ku? Pria di sudut ruangan itu?" Kyuhyun spontan mengangguk.

"Ya, dia memiliki aura yang berbeda. Yang pasti, dia bukan manusia biasa. Sayangnya, aku tidak bisa memperkirakan makhluk jenis apa dia itu. Aroma sakura yang kental bercampur dengan Azalea, baru pertama kali kutemukan." Kyuhyun menjelaskan analisanya dengan pandangan menerawang, tidak lagi menatap pada Kibum yang masih memusatkan perhatiannya.

"Azalea? Bagaimana kau bisa tahu bahwa aroma itu adalah campuran antara sakura dan azalea?" Kibum meraih ponselnya yang tergeletak di dashboard mobil.

"Ingat bunga kecil berwarna putih yang pernah kita temukan di hutan sewaktu kecil dulu?" Kibum mengangguk, ya ia ingat bunga seputih salju itu.

"Aku masih bisa mengingat bagaimana aromanya dengan sangat jelas. Aku tidak mungkin keliru. Orang itu pasti berasal dari jepang." Kyuhyun mengelus pelupuk matanya sebelum kembali menatap Kibum. Ia tersenyum tipis saat melihat Kibum seperti sedang berpikir keras.

"Ya. Kau benar, azalea. Mengapa aku baru mengingatnya." Kibum tersenyum bangga pada Kyuhyun.

"Tapi, jangan beritahukan masalah ini pada hyungdeul sampai kita bisa memastikannya. Arrachi?"

.

.

.

BRUMM!

BRUMM!

BRUMM!

Mobil yang berisikan Kibum dan Kyuhyun baru saja tiba di pekarangan kediaman mereka yang berbentuk sebuah bangunan megah dengan arsitektur klasik berbahan dasar kayu bersamaan dengan dua mobil lain yang mengapit mereka secara otomatis.

Dari mobil pertama, Siwon keluar bersama dengan Eunhyuk dan Donghae sambil membawa setumpuk buku tua yang sepertinya diambil dari perpustakaan kota. Kemudian disusul oleh Ryeowook dan Yesung yang membawa 4 kantung plastic hitam besar dari mobil yang lain. Melihat hyung-hyung mereka sudah banyak yang pulang, Kibum mengisyaratkan pada Kyuhyun untuk segera turun.

BRAK!

BRAK!

"Yo, Kyuhyun-ah! Kibum-ah!" Donghae melangkah setengah berlari menuju Kyuhyun dan Kibum sambil mengacungkan tangannya menyapa. Kyuhyun membalasnya dengan senyum lebar sementara Kibum hanya tersenyum tipis yang entah mengapa terlihat hangat, jauh dari kata dingin yang selama ini melekat pada dirinya.

"Bagaimana hari pertama kalian?" Tanya Donghae seraya merangkul kedua magnaenya.

"Biasa saja. Tidak ada yang menarik." Ini jawaban Kibum. Sesuai dengan apa yang telah ia sepakati bersama Kyuhyun. Dan ia juga tahu kalau adiknya itu sedang meliriknya. Donghae tersenyum saja mendengarnya.

"Memangnya apa lagi yang menarik untukmu, Bummie. Kau itu terlalu kaku…" candanya menggoda Kibum. Memang dari antara semua anggota keluarga mereka, hanya Donghae lah yang paling sering melakukan kontak dengan dunia manusia. Dia adalah yang paling playboy dari antara semuanya. Sementara itu, Kyuhyun hanya tertawa kecil mendengar kakak termudanya dicela.

CEKLEK!

"Kami pulang!" Ryeowook berseru senang setelah Eunhyuk berhasil membuka pintu utama. Tak peduli beban berat di kedua tangannya, ia segera berjalan cepat menuju dapur untuk menyusun isi dari kantung plastiknya.

"Yesung hyung! Tolong antar kantungnya ke dapur!"

"Haish! Wookie-ya, pelankan suaramu! Aku akan datang. Kau tenang saja!" Yesung yang dalam waktu bersamaan masih berada di ruang tengah mendengus sambil mengusap daun telinganya yang mendadak panas karena teriakan Ryeowook yang luar biasa melengking. Dalam sekejab ia segera menghilangkan diri dari tempatnya semula menuju dapur.

.

.

.

Kyuhyun sedang duduk termenung di balkon lantai 2 yang menghadap langsung ke hamparan pepohonan tinggi yang mengelilingi kediaman keluarga besarnya. Ya, tempat tinggal ke-13 Cho bersaudara memang berada tepat di tengah hutan kecil di pinggiran kota Seoul.

Sambil memikirkan hal-hal aneh yang ditemukannya di sekolah seharian ini, Kyuhyun mengusap pelan tanda berbentuk sulur di punggung tangan kirinya. Hari ini, entah mengapa tanda itu terasa sedikit perih, padahal ia tidak pernah lupa mengenakan sarung tangan plastic berwarna kulit untuk menutupinya agar tidak terkena paparan sinar matahari. Tanda itu menjadi sakit tepatnya setelah ia bertemu dengan orang asing beraura aneh itu pagi tadi. Pupil mata Kyuhyun mengecil.

"Sebenarnya siapa kau?" bisiknya pada angin.

PLUK!

"Kyunnie…" Kyuhyun sedikit tersentak saat ada yang menepuk pundaknya. Ketika ia berbalik, ia menemukan salah satu hyungnya berdiri sambil mengamatinya dalam diam. Kyuhyun menyudahi usapannya.

"Wae, Sungmin hyung?" ia tersenyum membalas tatapan Sungmin.

"Sedang apa? Ada yang mengganggu pikiranmu, hm?" Kyuhyun tertegun. Ia melupakan Sungmin hyung yang selalu bisa membaca pikirannya.

"Anniya." Elaknya.

"Aku hanya sedang berusaha untuk menghilangkan perih di tanganku, hyung." Katanya mencoba beralibi. Sungmin mengerutkan kening mendengar jawaban itu. Tanpa aba-aba ia segera menarik tangan Kyuhyun untuk memeriksa tanda sulurnya yang sekarang sedikit memerah. Sungmin menatap Kyuhyun penuh tanda Tanya.

"Mengapa bisa seperti ini? Kau tidak lupa mengenakan sarung tangan kan?" tuntutnya. Kyuhyun menggeleng jujur.

"Aku tidak pernah lupa. Aku juga tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Tapi ini terasa perih, hyung. Sakit." Adunya mengiba. Sungmin berubah panic, ia segera menarik tangan Kyuhyun yang satunya dan membawanya masuk kembali ke dalam rumah.

"Kita tanyakan pada Leeteuk hyung. Mungkin Teukkie hyung bisa mengurangi sedikit rasa sakitnya." Ujar Sungmin tanpa mengendurkan sedikitpun genggamannya pada tangan kanan Kyuhyun. Mereka menghilang dalam sekejab.

BRAK!

"Teukkie hyung! Juseyoo!"

Sungmin membuka paksa pintu kamar dimana Leeteuk, hyung tertua Cho bersaudara biasanya beristirahat sekaligus bekerja. Leeteuk yang sejak awal sudah bisa merasakan kehadiran mereka hanya diam menatap dari balik meja kerjanya di seberang tempat tidur. Ia bisa menangkap kepanikan di wajah Sungmin tapi ia tidak tahu apa yang terjadi pada Kyuhyun.

"Mengapa wajahmu panic sekali Minnie-ah?" tanyanya dengan intonasi tenang. Kyuhyun berusaha mengendurkan sedikit remasan tangan Sungmin yang bisa saja meremukan tulang-tulangnya jika dibiarkan.

"Kyuhyun bilang tanda sulur di tangannya terasa perih, dan aku melihatnya sedikit memerah, hyung. Tolong lakukan apapun untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya." Sungmin menatap Leeteuk yang terdiam dengan penuh permohonan. Rupanya hyung tertua mereka itu juga terkejut dan panic, terbukti dari betapa terburu-burunya ia menghampiri Kyuhyun untuk melihat tanda di tangannya.

"Mengapa bisa seperti ini?" Leeteuk mengamati pola memanjang yang memerah itu dengan jeli. Dan saat ia mencoba untuk menyentuhnya, tanda itu terasa sedikit panas. Tangan Kyuhyun yang biasanya dan sewajarnya dingin menjadi sedikit lebih hangat.

"Appo?" tanyanya sedih sambil menatap mata Kyuhyun. Sang adik hanya mengangguk pelan.

"Sejak kapan dia menjadi seperti ini, Kyuhyunnie?" tanyanya lagi. Kyuhyun mengerutkan kening.

"Kupikir sejak pagi tadi. Padahal aku selalu menggunakan sarung tangan untuk menutupinya kemanapun aku pergi, ya kecuali di rumah ini dan saat malam hari." Jelasnya mengingat-ingat lagi mengapa tandanya menjadi seperti itu. Sungmin dan Leeteuk sama-sama terdiam, berpikir keras untuk memecahkan masalahnya.

"Mungkin sarung tanganmu sudah rusak dan per—

"Kau tidak bertemu dengan makhluk lain kan, Kyu?"

DEG!

.

.

.

.

TBC/END

Halohaa! Author baru di sini! Sangat cinta Suju dengan special pairing Kyumin... Salam kenal nee! RnR juseyoo!