SI: Halo! Ini adalah cerita pertama saya. Mohon maaf kalau banyak kesalahan dan jelek. Baiklah, silahkan membaca.
Disclaimer: Harvest Moon
Prologue
Jill POV
Kutunggu sosoknya dibalik cahaya bulan. Kuhanya menatap ke langit hitam cerah sambil menunggunya datang. Tapi saat itu tak kunjung datang. Kemudian aku teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya.
(flashback)
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari pantai menuju rumahku. Lalu tiba-tiba aku melihat bayangan hitam si depan mataku dengan rambut yang bersinar keperakan di bawah cahaya bulan purnama.
"Halo? Kamu siapa dan sedang apa? Sepertinya kamu bukan penduduk Forget-Me-Not," tanyaku sambil berlari mengejarnya.
Lalu dia menoleh kearahku. Kulihat sekilas wajahnya dan matanya yang bersinar kehijauan.
"Mereka memanggilku Phantom Skye. Kita akan bertemu lagi, my beautiful girl," jawabnya sambil berlalu pergi lalu menghilang dibalik gelapnya langit malam, meninggalkanku yang blushing karena ucapannya.
Sejak saat itu aku selalu menunggunya setiap malam untuk bertemu dengannya. Dia selalu datang setiap hari saat cuaca cerah dan kami pun memulai saling berhubungan (dalam status teman atau bisa juga disebut sebagai sahabat). Awalnya semuanya baik-baik saja dan berjalan dengan lancar. Tapi suatu hari aku merasa aneh dengan perasaanku sendiri. Benarkah bagiku dia hanya sebatas sahabat? Atau ada yang lainnya dalam hatiku? Aku bahkan tidak mengerti perasaanku sendiri.
Lalu malam ini kami bertemu lagi hanya untuk sekedar curhat atau bertukar pikiran
"Skye, belakangan ini kondisimu agak aneh. Kamu jadi lebih sering menatap ke langit. Sepertinya memikirkan sesuatu. Kalau ada masalah kau bisa menceritakannya pada ku. Mungkin aku bisa membantumu."
"Entahlah Jill. Sepertinya belakangan ini ada seorang gadis yang mengganggu pikiranku."
Entah kenapa tiba-tiba hatiku terasa sakit dan pedih.
"Siapa dia?" tanyaku pelan.
"Claire," jawabnya sambil menerawang ke langit malam yang berbintang.
"Skye, apa yang kau pikirkan tentangnya?"
"Umm... sepertinya aku agak tertarik padanya. Kami memang sudah agak lama berteman juga sih," katanya.
Semakin aku mendengarnya semakin lama hatiku terasa semakin pedih.
"Sejak kapan kau berteman dengannya? Aku tidak tahu."
"Itu karena aku berteman dengan Claire lebih awal dibanding denganmu. Bisa dibilang aku ini tidak punya banyak teman karena banyak orang yang membenciku. Jadi temanku hanya kau, Claire, dan Lumina."
"Hmm... temanmu perempuan semua ya?" tanyaku setengah meledek.
"Begitulah, karena biasanya laki-laki iri padaku karena ketampananku ini. Dan aku ini lumayan populer di kalangan gadis-gadis lho," ucapnya sambil menyibakan rambutnya.
"Hahahahaha! Dasar cowok narsis!"
Setelah akhirnya aku bisa menghentikan tawaku.
"Jadi, sepertinya kamu punya perasaan khusus ke Claire ya?" kataku dengan nada sedih.
"Mungkin ya mungkin tidak."
"Skye, sepertinya itu tidak aneh-" aku dapat merasakan wajahku mulai memanas dan memerah. "-karena aku juga merasa begitu pada seseorang."
"Oh ya? Siapa?" tanyanya dengan wajah terkejut.
"Rahasia" jawabku singkat masih dengan wajah memerah.
"Oh... ayolah Jill. Aku sudah memberitahu perasaanku tentang Claire. Sekarang giliranku untuk tahu siapa orang yang kau sukai. Aku tidak akan membocorkan rahasiamu," bujuknya lembut.
Setelah beberapa menit terdiam akhirnya aku dapat mengeluarkan suaraku lagi. Membutuhkan banyak sekali keberanian untuk mengungkapkan perasaan kita pada orang yang kita sukai. Aku sulit mengatakannya pada Skye karena orang yang kusukai ada di depan mataku sendiri!
"Skye... kau tidak akan bisa membocorkannya karena or..." Aku belum sempat melanjutkan kalimatku karena langsung dipotong oleh Skye.
"Iya, lagi pula untuk apa aku membocorkan rahasia seseorang," balasnya cepat.
"Ya, biarkan aku melanjutkan kata-kataku dulu. Karena orang itu ada di depan mataku sendiri," kataku dengan wajah yang semakin memerah.
"?"
"..."
Suasananya menjadi hening dalam sekejap.
"Ja..jadi, orang itu adalah aku?" tanyanya dengan tatapan tak percaya.
"Ya." Aku menunduk malu karena wajahku sudah sangat merah seperti kepiting rebus.
"Maaf. Tapi aku masih belum bisa menerima perasaanmu karena aku sendiri tidak mengerti perasaanku pada Claire dan padamu," katanya dengan tatapan menyesal.
"Tidak apa-apa Skye. Aku mengerti perasaanmu," ucapku putus asa.
"Tapi Jill, kalau aku nanti suka padamu aku akan mengatakannya padamu. Aku sebenarnya belum pernah menyatakan perasaanku pada gadis karena takut untuk mengatakannya. Jadi biasanya mereka yang bilang. Tapi aku menolak mereka semua karena aku tidak ada perasaan apapun kepada mereka. Hah... aku memang laki-laki pengecut ya, Jill?"
"Itu tidak benar. Kamu hanya kurang berani. Aku juga takut tadi... aku takut kalau aku ditolak...," kataku sedih. Aku tidak tahan lagi dengan rasa sakit ini. Dan dari tadi aku sudah cukup lama menahan air mataku yang akan keluar. Aku sudah tak kuat menahannya lagi.
"Eh? Ma..maaf Jill. Kumohon jangan menangis tunggulah sampai perasaanku padamu menjadi 100%."
"Ya," jawabku sambil menghapus air mataku.
"Jangan khawatir Skye, selamanyapun aku pasti akan menunggumu. Karena laki-laki yang kucintai hanya kau seorang," sambungku sambil tersenyum.
"Terima kasih Jill," katanya sambil memelukku.
"Kembali," balasku.
Setelah dia melepaskan pelukannya dariku aku memulai percakapan kembali.
"Tapi Skye, kalau mencuri saja kamu berani. Tak kusangka kamu tidak berani menyatakan perasaanmu." kataku.
"Yah... tapi memang begitu kenyataannya,"
"Tapi, tidak masalah. Karena setiap orang punya kelemahan dan kelebihan. Kamu hanya harus berusaha untuk lebih berani dalam itu, okay?"
"Aku akan berusaha. Thanks Jill. Sekarang sudah waktunya aku kembali. See ya!" ujarnya sampil berlalu pergi ke kegelapan malam.
Lalu beberapa hari setelah itu dia bilang kalau dia menyukaiku dan tentu saja kuterima. Dia bilang kalau dia sudah melupakan hubungan dan perasaannya dengan Claire. Aku percaya itu. Tapi ternyata dia bohong tentang Claire. Dia masih memiliki perasaan padanya.
Awalnya memang lancar dan kamipun menjalin hubungan kami layaknya semua pasangan. Tapi ternyata dia masih suka pada Claire. Akhir-akhir ini dia juga jadi jarang menemuiku. Aku khawatir dia pacaran dengan Claire. Tapi setiap kutanya tentang Claire dia selalu berusaha megganti topik pembicaraan.
(end flashback)
"Aku mau coba tanya ayahku tentang kisah cintanya dengan tahu bisa jadi referensiku" kataku pada diriku sendiri.
Lalu tanpa membuang-buang waktu lagi aku pergi ke tempat ayah ku. Dia sedang di ruang keluarga.
"Ayah? Boleh aku bertanya sesuatu?" tanyaku.
"Tentu saja, sayang," jawabnya.
"Bagaimana kisah percintaanmu dengan ibu?" tanyaku malu-malu.
"?"
"Apa?" katanya dengan nada sangat terkejut.
"Iya, ayah," balasku meyakinkannya.
"Uhmm... Ba...baiklah Jill. Tapi ini akan jadi cerita yang sangat panjang," katanya.
"Tidak masalah, ayahku, Jack yang paling kusayangi~" ujarku manja.
"Baiklah akan ayah mulai dari awal sejak ayah pindah ke kota ini. Anakku Jill yang paling kusayangi," balasnya.
"Nah, baiklah kita mulai saja...," ucapnya.
SI: Terima kasih telah membaca cerita ini. Review please!
