"Bagaimana Reaksimu jika tokoh favoritemu memiliki kelainan jiwa atau disebut PSYCHOPATH..?"
Psyche and Pathos
.
.
Disclaimer : Kuroko no Basuke Fujimaki Tadoshi
Genre : Crime, Thiller, Romance and Hurt
History : Hitomi Matsu
Chapter 1 : The Shadow Dust (Kuroko Tetsuya x OC)
OC P.O.V
Hujan semakin deras, dan kekasihku belum datang juga. beberapa kali aku melihat jam dan melihat ke arah jalan. 'apa dia sudah datang?' atau 'kenapa lama sekali?' itulah yang ada dipikiranku.
"ACHOO!" aku bersin dengan kuat. Kugosokkan jariku ke hidung untuk meredakan rasa tak enak di hidung. Untung saja, aku sendirian di halte Ini, jika tidak aku akan begitu malu. Huh, memiliki hidung sensitive memang tidak enak sama sekali. Sekali lagi aku melihat jam tanganku, jarumnya sudah menunjukkan pukul jam 6 malam. Aku menghela nafas panjang dan ...
"ACHOO!" bersin kembali. Puk! Sebuah jaket menimpa kepalaku beserta tangan yang hangat. Aku menoleh kearah kiriku.
"apa kau tidak apa – apa, Haru – san?" mataku mengerjapkan mata beberapa kali. Tertampak surai baby blue yang sedikit di bahasi air hujan dan sejak kapan...dia disampingku?
"HUWAA!" aku terkaget setengah mati! Aku benar – benar tak merasakan kehadiran orang ini. sudah kupastikan jika tak ada orang disampingku tetapi...kenapa? set! Tiba – tiba kakiku terpeleset dan siap terjatuh. Namun dengan cepat teman sekelasku menangkapku dan menjatuhkan ku kedalam pelukannya.
"Haru – san bahaya loh." Bisiknya tepat di telingaku. Ba – dump! Jantungku berdetak cepat, Dengan reflek aku mendorong pundaknya.
"Ku..kuroko – kun! A..ah haloo!" aku begitu gugup sampai menucapkan hal bodoh. Kuroko hanya diam.
"a..ah maksudku te..terimakasih telah menyelamatkan ku kuroko – kun." Jelasku. Aku menatap matanya. Bisa kulihat ada bayanganku di matanya.
"ah sama – sama." Balasnya. Iapun berdiri di sampingku.
"a..ah, jaketnya ini -.."
"tidak apa – apa. pakai saja. Haru – san tidak suka hujan kan?" tanyanya. Wah..bagaimana dia tahu jika aku benci hujan? Aku benci hujan karena partikel debu yang di hempaskan oleh air hujan akan terserap dalam pernapasan ku dan membuatku bersin – bersin, hal itu membuatku sakit. Aku tertawa ringan dan canggung.
"a..ahaha...aku tidak terlalu benci hujan kok, kuroko – kun." Jelasku. Dia hanya menatap ke depan saja tak membalas penjelasanku.
Ku kenalkan, dia adalah kuroko tetsuya. Mahasiswa tahun ke – 4 jurusan Sastra, dia satu kelas dengaku. Kami memang tak terlalu akrab, tetapi entah kenapa jadwal kami sangat serupa hingga membuat kami sering bertemu, yah walau kami tak terlalu sering mengobrol sih. Tetapi walau begitu, aku mengagumi warna rambut dan maniknya yang berwarna biru langit, juga hobinya yang sama denganku, yaitu membaca novel. Yah wajar sih, kami berdua sama – sama masuk jurusan satra.
Aku kadang ingin mengajaknya mengobrol...ah bukan 'kadang' tetapi hampir setiap hari aku ingin dekat dengannya. Kalian bisa bayangkan jika bertemu sesama penyuka buku aka terjadi seperti apa? yup! Kami akan mengobrolkan banyak tentang buku dan penulis kesukaan.
Wah membayangkan sudah membuatku semangat! Tetapi tetap saja rasa pendiam dan aura aneh itu menghentikan langkahku untuk mengenalnya. Tapi, jika dipikir kembali, dia memberikan jaketnya kepadaku. Apa mungkin dia juga ingin mengobrol denganku? Sepertinya ia adalah anak pemalu dan pendiam, mungkin saja.
Mungkin ini merasa aneh bagi kalian, tetapi entah mengapa aku merasa di awasi oleh setiap sudutku. Bahkan satu helai rambutku di pandang dengan intensnya dan aku juga merasa, Kuroko – kun juga mengawasiku.
"ada apa?" aku terpenjat kaget. Tanpa sadar aku memandang kuroko – kun terlalu lama.
"a..ah tidak! tidak!" jelasku panik. Ya ampun, walau kami jarang bertemu, kenapa hatiku berdetak begitu kencang.
"Haru – san.." aku sedikit kaget saat ia memanggilku. Aku pun menoleh kepadanya.
"i..iya?" tanyaku.
"apa yang sedang kau lakukan disini? Kau kan punya payung.." jelasnya. Deg! Darimana ia tahu jika aku membawa payung?
"a..aku menunggu seseorang." Jelasku. Dia langsung menatapku.
"seseorang?" tanya nya. Entah kenapa ada aura hitam nan tipis di sekitarnya. Aku mengangguk kecil.
"u..un." balasku. Dia menatap ke depan lagi. manik babyblue nya yang aku kagumi tertutup oleh surai rambutnya.
"siapa dia?" tanya nya kembali. Aku menjawabnya dengan mudah, tetapi juga sedikit malu. Masalahnya yang aku bicarakan ini adalah orang yang (mungkin) kusukai. Ah mungkin ini adalah kesempatan ku untuk mengobrol banyak pada kuroko – kun. Oke Haruka! Kesan pertama itu penting, jangan membuat kuroko – kun menjadi menjauhi mu!
"ke..kekasihku. namanya Mitsuoda Karen seorang staf di perusahaan percetakan." Jelasku. Ah! Sial! Kenapa aku menyebut nama dan pekerjaanya!? Kuroko – kun kan hanya bertanya status saja! Sial! Sial! Kuroko – kun pasti menganggapku wanita cerewet..
"Mitsuoda Karen? Nama yang bagus." Balasnya. Perlahan aku tersenyum lebar. Dia membalas ku! A..aku harus balas apa?
"i..iya."jawabku singkat. Aku bingung harus bertanya apa lagi. ah! Aku tahu!
"Kuroko – kun sendiri sedang apa?" tanyaku riang.
"menunggu hujan reda." Jelasnya. Jleb! Entah mengapa ada sesuatu yang tertancap di kepalaku. Kenapa aku begitu bodoh!? padahal aku sadar jika rambutnya setengah basah dan itu tandanya ia tak bawa payung. Dasar bodoh! aku harus melakukan sesuatu.
"a..ah, kuroko – kun mau pinjam payung ku?" tawarku sambil mengambil payung lipat di tasku.
"tidak. Bagaimana dengan mu nanti?" tanya nya. Aku mengulurkan payungku.
"tak apa! soalnya aku..." brum..brum. sebuah mobil berhenti di depan kami berdua. Seorang pria turun dan aku mengenal pria itu. dia menghampiriku.
"Haruka maaf lama, tadi ada beberapa masalah di kantor." Jelas si pria yang ku kenal dengan nama Mitsuoda Karen. Perilaunya begitu sopan, Tubuhnya yang tinggi dan pekerjaanya yang notabenenya adalah impianku, membuatku terpesona dengannya.
"ah tidak apa – apa, Mitsuoda – san!" balasku. Aku menatap kuroko – kun lagi.
"nah kuroko – kun, aku akan naik mobil jadi tak masalah. Ini." tawarku. Kuroko – kun terlihat ragu namun ia akhirnya menerima payungku. Aku tersenyum senang. Ehem! Telinga ku mendapat suara tenggorokan yang dibuat oleh mitsuoda – san. mengerti akan kodenya, aku langsung mengangguk.
"mitsuoda – san, kenalkan ini teman sekelasku, Kuroko Tetsuya. Kuroko – kun, kenalkan ini Mitsuoda Karen." Salamku. Mitsuoda – san mengulurkan tangannya, mengajak kuroko untuk bersalaman kenalan.
"namaku Mitsuoda Karen. Selama ini terima kasih telah menjaga Ritsu – chan, Kuroko – kun." Aku memblushing hebat saat mitsuoda – san memanggil nama kecilku. Kami belum jadian dan dia sudah memanggil nama kecilku.
"mi..mitsuoda – san! ke..kenapa panggil nama kecilku!?" protesku. Mitsuoda – san hanya tertawa kecil.
"tidak apa – apa, bukan. Ritsu – chan juga seharusnya sudah bisa memanggil nama kecilku." Jelasnya. Huwaaa aku benar – benar malu!...
Author P.O.V
Set! Kuroko menerima jabatan itu.
"salam kenal, namaku kuroko tetsuya. Mahasiswa tahun ke – 4 jurusan sastra." Salam kuroko. Mitsuoda hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya.
"wah, tak terasa jika sebentar lagi kalian akan lulus ya.." basa basi Mitsuoda.
"kami baru saja naik." Jelas singkat kuroko.
"tetapi bisa saja loh, tau – tau sudah lulus saja...hahaha..." kuroko hanya menatap datar lawan bicaranya itu. sedangkan Haruka hanya tertawa kecil dan tersenyum. Set! Mitsuoda meraih lengan Haruka dan menciumnya punggung tangannya.
"Mi...Mitsuoda – san! apa yang kau lakukan!?" tanya haruka malu – malu. Mitsuoda hanya tersenyum dan tertawa kecil.
"hahaha...tidak apa – apa bukan? Lagipula setelah kau lulus, aku berniat melamarmu..." jelas mitsuoda membuat kedua pihak terkejut.
"menikah maksudmu?" tanya kuroko tanpa sadar. Mitsuoda kini menatap kuroko.
"wah kau peka juga ya, kuroko – kun." Balas mitsuoda. Haruka hanya bersemu dan memukul – mukul pundak mitsuoda.
"a.. ah apaan sih! Sudah – sudah ayo antar aku pulang!" jelas haruka sambil mendorong punggung Mitsuoda dan menahan rasa malu.
"iya..ya..kalau begitu sampai jumpa lagi kuroko – kun." Ucap mitsuoda sambil melambaikan tangan.
"dagh kuroko – kun. Sampai jumpa di kampus." Ucap haruka yang juga melambaikan tangannya. Mitsuoda dan haruka masuk kedalam mobil bersamaan dan meninggalkan kuroko sendirian. Kuroko hanya menatap payung pemberian haruka.
Besoknya...
Di sebuah taman kampus yang luas nan hijau ini, kuroko menghampiri gadis bersurai coklat yang sedang membaca buku di gazebo yang sepi dari mahasiswa.
"ini. terimakasih telah meminjamkan ku payung." Ucap kuroko sambil memberikan payungnya. Haruka mengerjapkan matanya beberapa kali.
"HUWAAA! Ku..kuroko – kun!? Wah..kau masih tetap membuatku kaget." Jelas haruka. Kini haruka melihat payungnya yang sedang diulurkan oleh kuroko. Iapun menerimanya dengan sepenuh hati.
"iya sama – sama." Balas haruka senang.
"kalau begitu, permisi." Balas kuroko singkat yang langsung meninggalkan haruka.
"e..eh tung..gu!" grep! Haruka meraih tangan kuroko untuk mencegatnya pergi. Kuroko jadi menghentikan langkahnya. Sadar akan perbuatan tidak sopan yang ia lakukan, haruka pun melepaskan tangan kuroko.
"a..ah maafkan aku!" ucap haruka panik. Kuroko menatap haruka.
"tidak apa – apa. jadi ada apa?" tanya kuroko. Haruka memantapkan jiwanya untuk berteman dengan kuroko.
"ah! Kau ingin kemana?" tanya haruka. Kuroko hanya membalasnya datar.
"perpustakaan." Balas kuroko.
"ah pasti untuk tugas yang tadi kan? Kebetulan aku juga ingin kesana untuk mencari refrensi!" ujar haruka. Kuroko hanya diam. Hal itu membuat haruka jadi tegang
"tidak. Aku hanya ingin membaca. Tugas tadi sudah ku selesaikan." Jelas kuroko. Jleb! Beberapa panah menusuk hati, otak dan perutnya. Dia tak tahu modus apa lagi agar dekat dengan kuroko. Tetapi, ia belum menyerah.
"be..benarkah? ku..kuroko – kun hebat ya? Padahal baru 1 jam yang lalu dan kau sudah selesai pekerjaan sebanyak itu." jelas haruka sambil sweatdrop.
"apa yang kau bicarakan? Jika kau memperhatikan pelajarannya kau akan mudah mengerti dan mengerjakannya. Lagipula waktu sejam itu adalah cukup untuk membuat tugas daripada bermalas – malasan." Jleb! Perkataan kuroko menusuk haruka kembali. Kata – kata itu benar – benar mencerminkan haruka. Dia memang suka membaca tapi tidak untuk memahami teori belajarnya. Haruka sering ketiduran atau telat dalam kelas, dia bermalas – malasan untuk membaca buku saja.
"so..souka.." haruka menjadi pundung dan suram. Ternyata selama ini kuroko memperhatikan keburukannya. Melihat aura despresi yang di alami haruka, kurokopun mengelus kepalanya.
"maaf, aku bukan bermaksud menghinamu. Sebagai permintaan maaf, aku akan membantumu mengerjakan tugas." Jelas kuroko. Setelah hujan deras dengan awan hitam kelam, kiini berubah menjadi langit cerah yang di hias pelangi.
"be..benarkah kuroko – kun!? Kau mengizinkan ku untuk mengfotocopy punyamu!?" puk! Kuroko menjitak pelan haruka.
"bukan itu. membantumu artinya mengajarimu hal – hal mana yang tidak kau mengerti." Jelas kuroko. Haruka menangis dalam hati. Bukan sedih karena tak di kasih contekan, melainkan ia terharu karena bisa menggobrol dengan orang yang ia kagumi diam - diam.
Di perpustakaan.
"salah. Disinikan ada materi yang lebih bagus lagi, gunakan kalimat ini untuk kalimat pasif." Haruka sudah di ambang batas. Dia tidak bisa melanjutkan ini. ia akui jika kuroko memang sangat pintar dalam hal seperti ini.
"haru – san?" tanya kuroko saat melihat haruka hampir mau tertidur saat ingin mengistirahatkan kepalanya sejenak.
"tenang saja, koro – sensei... aku ingin mengistirahatkan kepalaku sejenak." Ujar haruka. Dia benar – benar rusak kali ini, bahkan sampai salah memanggil nama kuroko menjadi nama karakter anime lain. Kuroko menghela nafas.
"mau bagaimana lagi...sepertinya, haru – san lebih cocok dengan kalimat – kalimat buatanmu sendiri. Kau akan cocok sebagai penulis novel dan menjadi best seller." Jelas kuroko. Haruka tersenyum. Angin menghembuskan udara segaranya kedalam perpustakaan. Menerbangkan kelopak – kelopak bunga sakura yang terlepas dari batangnya. Membuat haruka semakin tersenyum.
"wah hebat...kau benar – benar hebat loh, kuroko – kun... selalu tau apa yang ku sembunyikan. Tapi itu bukan suatu hinaan atau apa, malah aku mejadi sangat mengagumi..mu.." jelas haruka sedangkan kuroko hanya diam mendengarkan ocehan haruka yang semakin melenceng.
"kala begitu begini saja...kuroko – kun sangat pintar mengkoreksi kalimat – kalimat, suasana dalam cerita dan kata kuroko – kun aku pintar membuat cerita. Bagaimana jika kau menjadi editorku saat aku menjadi novelis?" jelas haruka dan mulai terlelap dalam bunga tidurnya. Mendegar hal itu kuroko merasa senang. Kurokopun tersenyum, sayang senyuman itu tak bisa dilihat oleh haruka.
Bisa dirasakan jika bibir haruka di hisap oleh sesuatu. Rasanya vanilla, apa ini semacam krim kocok rasa vanila? Rasanya manis dan begitu lembut saat bersentuhan dengan bibir ranumnya mirip dengan vanilla. Bisa dirasakan juga, jika ada hembusan nafas di pipinya yang hangat dan pelan. Haruka membuka matanya sejenak, manik hazelnya bertemu dengan manik baby blue yang ia kagumi.
"Haru – san..." panggilnya. Haruka masih belum sadar.
"haru – san..." tetap belum sadar. Apakah ini sedang di dalam mimpi?
"Haru – san.." set! Haruka langsung membuka matanya dan bangkit dari meja perpustakaan. Menatap langit sudah berwarna orange. Diapun tersadar...
"BAHAYA! AKU KETINGGALAN 2 KELAS!" Haruka mengambil tas dan bukunya, mengabaikan kuroko yang sedang menatapnya heran.
"huwaaa...mimpi apa tadi? begitu memalukan! Tertidur di perpustakaan lalu Memimpikan belajar bersama kuroko – kun dan menciumku...aku benar – benar payah!" Sepertinya haruka tak sadar jika ada kuroko disana dan lupa jika ia memang sedang belajar dengan kuroko.
"haru – san kenapa terburu – buru?" panggil kuroko. Haruka menatap kuroko yang baru ia sadari ada di depannya.
"Huwaa! kuroko – kun sejak kapan kau ada disini!?" tanya haruka yang sepertinya benar – benar kaget.
"kita kan belajar bareng.." jelas kuroko singkat. Haruka terduduk kembali. Iapun menutup wajahnya.
"aku malu sekali! Benar – benar malu sekali! Aku lupa jika kuroko – kun sedang mengajariku disini! Apa jangan – jangan dia menciumku juga? hyaa! Itu tidak mungkin!"
"Haru – san sudah waktunya pulang. Aku duluan.."pamit kuroko. Haruka menangguk
"ah..iya hati – hati di jalan!" haruka meraih tasnya dan mulai bergegas menuju kelas yang masih tersisa. Kuroko meraih lengan haruka untuk menghentikannya.
"oh iya...haru – san, jangan terlalu dipikirkan. Kiyoshi – sensei bilang tak hadir untuk kelas kali ini. apa kau lupa, kita ini satu jadwal?" tanya kuroko.
"e..eh?! benarkah? Huwa untunglah!" ucap haruka sambil bernafas lega.
"sebagai gantinya, kita disuruh membuat laporan literatur 100 lembar, dengan 1 kelompok 2-5 orang"
"A..APA!?" haruka menjadi gelisah lagi. dia benar – benar bodoh dalam hal ini. dia harus satu kelompok dengan siapa? Siapa yang paling pintar di kelas mereka? Pertanyaan itu selalu berputar – putar di otak. Keganjilan dalam absen mereka membuat haruka tegang. Bisa saja dia mengerjakan laporang sendiri.
"dan setahuku, hanya tinggal kita yang tersisa. Apa kau ingin satu kelompok denganku?" tawar kuroko. Secercah kehidupan muncul dalam bayangan kegelapan. Orang terpintar di kelasnya memilihnya untuk menjadi partnernya.
"tentu saja! Aku mau! Terimakasih kuroko – kun!" ucap haruka sambil menangis terharu. Kuroko hanya sweatdrop.
"ini kan hanya tugas kelompok. Kalau begitu kita tukar email." Pinta kuroko. Haruka langsung mengeluarkan handphonenya dengan riang. Memberikan alamat emailnya satu sama lain.
"kalau begitu sampai jumpa." Pamit kuroko. Haruka melambaikan tangan.
"sampai jumpa!"
.
7 bulan berlalu...
.
Haruka P.O.V
Tahun ini benar – benar keberuntunganku. Aku mendapatkan pacar, bisa bertukar email dengan orang yang ku kagumi, dan nilai tugasku akhir – akhir sempurna berkat kuroko – kun! Tetapi sebab itu...
Keberuntunganku sudah di kuras habis dan tak ada yang tersisa di penghujung tahun ini! aku belum mendapatkan pekerjaan magang untuk nilai terakhirku, karen – san sedang sibuk akhir – akhir ini, begitu hal nya dengan kuroko yang sudah di terima di perusahaan terkenal jepang hingga tak bisa membicarakan tentang buku lagi lewat email. seharusnya bulan ini aku akan di panggil, tetapi kenapa tak ada yang menelpon!?
"kalau begini, bagaimana aku bisa maju?" ucapku pada diri sendiri. Ting tong! Ting! Ting! Ting tong! Suara bel pintu begitu mengganggu ku! Aku pun bergegas dan membukakan pintu. Tumben sekali ada yang bertamu di appartement ini. ckrek!
"siapa? Ah? Karen – san...dan..." aku melihat karen – san dan siapa ya? Mungkin teman rekan kerjanya yang sepertinya mabuk berat.
"ha...halo sayang...hik! aku bawa rekan ku, na..manya Oda! Hik!" ucap karen – san. aku sedikit tak nyaman dengan pria mabuk seperti ini. aku menopang karen – san yang mabuk kedalam rangkulanku.
"be..begitu ya? Oda – san terimakasih sudah mengantarkan karen – san...a –"
"tidak boleh, sayang!" karen – san mendorongku dengan kuat memaksaku masuk kedalam apartement kecil milikku. Sedangkan rekannya, mengunci pintu appartementku dan menaruh kuncinya kedalam kantong celana.
"ka...karen – san! sa...sadarlah! kyaa!" karen – san mengurungku dengan tubuhnya, mengecup kasar leherku dan kupingku di gigit.
"karen – san! hentikan!" duagh! Tanpa sengaja aku memukulnya dan itu membuatnya marah. Plak! Sebuah tamparan berhasil mendarat dipipiku, membuatku terjatuh dan membenturkan kepalaku ke lantai. Ia mengambil sehelai kain dan mengikat kedua tanganku agar aku tak berbuat semaunya.
"karen – san! sadarlah!" karen – san tetap tak mendengarkan aku. Kini rekannya mulai mendekatiku dan melucuti celananya. Aku begitu terkejut dan shock saat melihat sesuatu yang sebelumnya belum kulihat secara langsung. Benda itu berdiri tegak dan kotor! Itu menjijikkan!
"Tolong aku! Karen – san tolong a -..." plak! Lagi – lagi aku ditampar.
"diam! Dasar jalang!" deg! Hatiku benar – benar sakit saat karen – san mengatakan hal itu. kenapa dia menjadi sekasar ini? barang kotor itu diarahkan kepadaku. Aku menatap horor pada kejantanan yang sudah mengeluarkan cairan aneh.
"Mitsuoda – san...sepertinya dia butuh penyumpal yang bagus! Kebetulan aku punya penis yang besar ini. ini akan cukup membungkamnya!" perkataan oda – san membuatku takut dan ngeri.
"ku...kumohon jangan!" pintaku memelas. Dia terdiam. Apakah dia mulai sadar? Di balik senyuman itu ternyata ia menyeringai seram.
"boleh juga. kebetulan aku juga punya. Bagaimana jika kita memasukkan keduanya!?" jelasnya. Aku semakin ketakutan. Kenapa? Kenapa!? Kenapa!? Karen – san adalah orang yang lembut dan perhatian! Tak mungkin dia melakukan hal seperti ini!
"ke..kenapa kau melakukan ini Karen – san!? apa salahku!?" tanyaku dengan isakan air mata yang sudah membanjiriku. Aku benar – benar sakit luar dalam. Dia benar – benar orang yang berbeda dari yang ku kenal.
"kau siapa? Hiks...kau bukan karen – san...hiks..kau bukan -!" duagh!
"diam! Berisik! Dasar pelacur!" dia mengucapkan kata – kata kasar yang tak pernah kubayangkan.
"Karen – san kenapa? Aku begitu mencintaimu..kenapa kau melakukan ini padaku? Tolong..aku mencintaimu karen – san..." ku ungkapkan perasaanku.
"HAHAHAHAHHA!HAHAHAHA! Lajang ini mengira jika aku benar – benar serius dengannya! Hahaha!" deg! Aku menatapnya kosong. Apa yang ia katakan tadi? set! Dia menarik rambutku kembali.
"dengar ya bocah! Dari awal aku hanya mengincar tubuhmu saja. Aku kira kau akan sulit ku dapati, ternyata dengan mudahnya kau jatuh kepelukanku dan itu membuatmu sedikit tak menarik. Tapi kuakui jika tubuhmu begitu halus dan indah, jadi...sebagai orang yang baik, aku akan berbagi...iyakan Oda – san!?" penjelasannya membuatku begitu takut dan mengerikan.
"tentu saja. Terimakasih telah mengajakku Mitsuoda – san. aku begitu menghargai kerja kerasmu!" mereka..akan memperkosaku?
Aku diam dan menangis. Tak bisa kutahan air mataku lagi saat ini. hatiku benar – benar sakit, harga diri dan mahkotaku akan segera di hancurkan. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi.
"mitsuoda – san...sepertinya dia menjadi sedikit tenang?"
"tidak apa – apa..nah sekarang.." set! Karen – san mengangkat daguku, bersiap memasukkan kejantanan mereka berdua. Mereka memasukkanya kedalam mulutku, menggoyangkan pinggulnya untuk mendapatkan ereksinya. Sedangan aku hanya diam, mendengarkan suara desahan nikmat mereka yang mencicipi mulutku.
"sekarang cepat mak -..." DUAGHH! ARGGHH! Bisa kulihat jika Oda dipukul oleh benda yang begitu keras.
"Si..siapa kau!?" DUAGHH! Kini Karen – san yang terpental dan tubuhnya menabrak tembok. Mereka seperti dipukul dengan benda keras oleh seseorang.
Bayangan mataku menangkapnya. Dia juga menatapku dengan marah seperti Karen – san. dia mengangkat pemukul bisbol kearahku.
DUAGH! Akhirnya pandanganku gelap...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued...
Mind to reviews?
PS: Haloha... beberapa fanfic belum kelar tapi udah buat fanfic baru lagi..begitu laknat ya author yang ini (-w-")...
Thanks for reading "Pysche and Phatos" series ini...
