Nice To Meet You
.
.
.
Chapter 1.
Cinta membuat orang bahagia dan juga terluka. Setelah sekian lama mereka beriringan jalan, akhirnya takdir menertawakan kehancuran mereka. Jodoh bukan kita yang tahu. Tapi kita hanya menjalani dan berharap agar dialah yang menemani kita seumur hidup.
.
.
.
Hai hai hai.. Ada yang kangen gak? #Tidaaaak!# plaaak. Kali ini mimin mau bawa nuansa baru nih. Dimana para pemain fanfic kali ini adalah gabungan dari beberapa anime kesukaan mimin. Seperti Bleach, Digimon adventure (untuk kali ini mimin pakai yang Digimon Adventure Tri) , Naruto, One Piece, dan mungkin dari anime lain ada yang nongkrong sebentar. Nama marga asli mereka tetap di pakai dan tambahan marga dari marga pemeran utamanya. Jadi ada 3 nama untuk satu orang. Semoga minna-san suka yak.. Hehehe.. XD.. Cekidot..
.
.
.
.
Ichigo Kurosaki, pemuda tampan dengan perawakan tinggi semampai dan berasal dari keluarga berada. Anak dari pengusaha sukses Sosuke Aizen Kurosaki dan dokter hebat dan baik hati Unohana Retsu Kurosaki. Di saat hari pernikahannya, Ichigo harus merasakan yang namanya sakit hati dan kecewa karena di tinggal lari oleh calon istrinya, Nelliel. Saat hatinya mulai menutup akan namanya cinta, ia bertemu dengan seorang gadis SMA yang tomboi dan hiper aktif, Takenouchi Sora yang secara tak langsung mengajarkannya akan sebuah cinta, pengorbanan, perjuangan dan kebahagiaan.
.
.
Ichigo Kurosaki (24 th)
Inoue Orihime (24 th) : Sahabat Ichigo dari kecil
Sosuke Aizen Kurosaki (46 th) : Ayah Ichigo
Unohana Retsu Kurosaki (48 th) : Ibu Ichigo
Takeru Takaishi Kurosaki (20 th) : Adik Ichigo
Karin & Yuzu Kurosaki (17 th) : Adik kembar Ichigo dan Takeru
Nelliel (26 th) : Tunangan Ichigo
Dan yang lain nyusul...
X
X
X
X
X
Pemuda tinggi dan tampan itu menatap pantulan dirinya di cermin besar yang melebihi tingginya yang setiang listrik itu. Tubuhnya berbalut kemeja putih dan jas hitam di luarnya. Dasi bewarna orange yang senada dengan rambutnya bertengger manis di kerah bajunya. Rambutnya masih acak-acakan dan raut wajahnya tampak gelisah.
"Apakah pengantin pria sudah selesai?" Seorang gadis manis menyembulkan kepalanya di depan pintu.
Ichigo terkejut dan tersenyum ke arah gadis itu.
"Masuklah Orihime." Ia melambai pelan.
"Wah.. Ichigo-kun tampak gagah sekali. Mempelai prianya sudah siap rupanya. Tinggal di pakaikan peci hitamnya saja." Orihime memasangkan peci hitam yang di bawanya tadi.
"Terima kasih. Aku gugup sekali." Cengirnya.
"Gugup itu biasa. Ayo kita ke pekaranagan. Penghulu dan tamu undangan sudah menunggumu." Orihime merapikan setelan jas Ichigo.
"Ayo. Aku sudah tidak sabar." Ichigo bersemangat sekali mengingat ia akan menikah dengan Nelliel, pacarnya 3 tahun belakangan ini.
"Ichigo-kun. Selamat." Orihime bergumam pelan.
"Terima kasih, Orihime." Ichigo mendengarnya walau suara sang sahabat sangatlah pelan.
Rasa sakit menjalar di dada Orihime. Bagaimana tidak. Ia yang sedari kecil berteman dengan Ichigo dan menaruh rasa padanya sedari dulu, jauh sebelum kedatangan Nelliel hanya bisa merasakan sakitnya saat cintanya pada pria di hadapannya itu memilih wanita lain untuk menemani sisa-sisa hidupnya. Apakah ia tidak pantas untuk di lirik walau sesaat saja?
"Ada apa Orihime?" Ichigo khawatir akan kondisi sahabatnya itu.
Orihime menggeleng cepat dan senyuman di buat-buatlah yang terlontar dari bibirnya.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya tidak menyangka saja bahwa Ichigo-kun akan menikah secepat ini. Berarti kita tidak bisa jalan-jalan bersama lagi donk." Orihime sedikit cemberut.
Ichigo membelai kepala orange milik Orihime pelan.
"Kamu tetaplah sahabat terbaikku, Orihime. Hubungan kita tidak akan berakhir begitu saja." Ichigo memberikan senyuman terbaiknya.
Orihime terpukau oleh senyuman Ichigo. Hatinya semakin sakit untuk menatap wajah rupawan milik sahabatnya sekaligus cinta pertamanya itu. Tapi sayangnya Ichigo tidak pernah tahu bahwa Orihime selalu memberikan cintanya untuk dirinya. Pemuda 24 tahun itu sudah terlena akan sosok Nelliel, gadis berambut hijau yang berprofesi sebagai dokter di tempat Ichigo bekerja. Tanpa di sadari Ichigo , air mata gadis itu mengalir dengan cepatnya.
.
Penghulu, keluarga dan tamu undangan sudah menunggu di lokasi akad nikah Ichigo dan Nelliel. Lokasi akad nikah itu di selenggarakan di pekarangan rumah milik keluarga Kurosaki. Pekarangannya sangatlah luas dan di dekorasi dengan pernak-pernik yang unik dan cantik.
Maklumlah, keluarga Ichigo memang bukan kalangan biasa. Ayahnya, Sosuke Aizen Kurosaki adalah seorang pengusaha sukses di kota Karakura. Sedangkan ibunya, Unohana Retsu Kurosaki adalah seorang dokter yang terkenal dan anak dari pengusaha minyak di Karakura.
Ichigo memiliki 3 orang adik. 1 laki-laki dan 2 adik kembar non identik. Takeru Takaishi Kurosaki, seorang mahasiswa sastra semester 5 dan lumayan play boy tapi baik hati. Karin Kurosaki dan Yuzu Kurosaki, 17 tahun berbeda 5 menit, tahun akhir di SMA Karakura. Karin bersifat tomboy dan Yuzu adalah kebalikannya. Walau tidak berkomentar apapun, nyatanya ke-3 adik-kakak itu kecewa berat karena sang kakak sulung memilih menikah dengan gadis lain. Padahal mereka lebih suka pada Orihime.
Orihime duduk diam di barisan paling belakang. Melihat Ichigo akan bersanding dengan gadis lain masih belum bisa ia terima. Hatinya masih berharap bahwa Ichigo akan memilihnya. Di tepisnya pikiran jahat itu. Ia tidak boleh egois. Jika Ichigo bahagia, dia juga harus bahagia.
'Aku harus tersenyum untuk Ichigo-kun.' Batinnya.
Sebuah tangan hangat bertengger di bahunya. Orihime yang melamun di buat terkejut akan kehadiran orang itu.
"Takeru-kun." Gumamnya pelan.
"Hai kakak cantik." Takeru duduk di sebelah Orihime dan menatapnya dengan tatapan sedih.
"Nii-san ku itu bodoh sekali." Takeru menatap kearah depan.
"Kenapa Takeru-kun bicara seperti itu? Tidak baik loh." Orihime memasang wajah sok seriusnya.
"Padahal gadis yang selalu bersamanya selama ini menerimanya apa adanya. Selalu bersamanya saat ia sedih dan juga bahagia. Gadisnya cantik dan baik pula. Baka." Takeru mengepalkan tangannya.
"Takeru-kun tidak boleh bicara seperti itu. Belum tentu yang kita anggap baik adalah yang terbaik menurut Allah. Kita hanya bisa berharap, tapi yang menentukan adalah Yang diatas. Takeru-kun mengerti kan?" Orihime membelai pelan wajah Takeru.
Pemuda itu terkejut kemudian tersenyum.
"Orihime nee-san, sampai kapanpun kamu adalah nee-san ku. Tidak akan ada yang bisa menggantikan dirimu." Takeru menatap Orihime percaya.
"Kami setuju." Entah datang darimana, si kembar Karin dan Yuzu langsung memeluk Orihime dari belakang.
Orihime terharu akan harapan ketiga adik Ichigo itu. Ia juga berharap. Tapi ia harus berkata apa lagi setelah semua ini terjadi.
.
Penghulu paruh baya yang masih awet muda itu bersiap untuk melaksanakan acara sakral nan di nanti-nanti.
"Pengantin wanita di harap duduk di sebelah pengantin pria. Resepsi pernikahan akan kita mulai." Penghulu bernama Ukitake Juushiro itupun membuka surat-surat pernikahan.
Sosuke dan Unohana duduk berdampingan dan tersenyum bahagia melihat anak sulung mereka akan melepas masa lajangnya.
"Ada apa, sayang?" Tanya Sosuke saat melihat raut wajah sang istri yang kembali berubah.
"Tidak. Tidak ada apa-apa kok, sayang." Elak Unohana.
'Dulu aku berharap bahwa Orihime lah yang akan menjadi istri Ichigo.' Batin Unohana sedih.
.
20 menit sejak penghulu meminta pengantin wanita untuk duduk di samping pengantin pria. Gadis berambut hijau itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apa dia beseran saking geroginya? Masa iya sih? Gak segitunya juga kale.
"Tolong panggilkan mempelai wanitanya." Ujar penghulu itu sabar.
"Saya akan memanggilkannya." Tier, ibu Nelliel berdiri.
"Dia ngakak di wc mungkin yak." Karin memakan roti yang di bawa Takeru.
"Kok lama sekali ya?" Yuzu mulai resah.
"Jangan bilang dia pingsan karena riasannya sendiri." Takeru memakan keripik milik Yuzu.
"Ichigo-kun." Gumam Orihime cemas.
.
Ichigo yang sudah gugup level langit semakin gugup saat Nelliel belum juga datang. Ia khawatir akan Nelliel. Apakah terjadi sesuatu pada sang kekasih? Ia berharap Nelliel baik-baik saja.
'Ku mohon Nelliel. Datanglah.' Doanya.
Seorang penata rias berlari tergesa-gesa menuju lokasi akad nikah.
"Pengantin wanitanya..." wanita itu mengatur nafasnya susah payah.
Tier yang berada di dekatnya segera membantunya.
"Ada apa dengan Nelliel?" cemas Tier.
"Katakan! Ada apa dengan Nelliel?" Grimmjow, ayah Nelliel tak sabaran.
"Pengantin wanitanya melarikan diri. Dia membuat saya pingsan dan meninggalkan surat ini." Wanita itu menyerahkan selembar kertas berisikan sebuah pesan.
'Aku tidak bisa menikah dengan Ichigo. Rasanya aku belum siap. Maafkan aku.'
Kertas yang awalnya utuh itu berubah menjadi sobekan-sobekan kecil oleh Sosuke Aizen. Dengan wajah datar dan dinginnya membuat Grimmjow dan tamu undangannya bergidik ngeri. Grimmjow menelan ludahnya susah payah. Sosuke Aizen Kurosaki sedang marah level atas. Gawat!
Ichigo yang mendengar isi surat itu hanya bisa mematung di tempatnya. Bukankah mereka dari awal sudah saling sepakat untuk melanjutkan hubungan mereka ke arah yang serius? Lalu mengapa Nelliel malah meninggalkannya di saat ia benar-benar butuh akan dirinya? Dunia Ichigo terasa berputar dengan cepatnya. Air mata mulai menggenangi matanya.
"Lelucon macam apa ini?" Sosuke berkata dingin.
Unohana dan anak-anaknya hanya bisa terdiam. Sang kepala keluarga kalau sudah marah tandanya bahaya. Bagi anak-anaknya, jika sang ayah sudah marah lebih baik mengasingkan diri ke zona aman selagi bukan mereka incarannya.
"Ma.. Maafkan saya Kurosaki-san. Sa.. Saya bisa menjelaskannya." Grimmjow meneteskan keringatnya.
"Penjelasan apa lagi, Grimmjow-san?" Sosuke menatap bengis kepala keluarga itu.
"Sayang..." Unohana berusaha memgendalikan amarah sang suami. Ia juga terluka. Tapi untuk saat ini bukankah saatnya untuk menenangkan anak mereka dulu?
Brughh...
Ichigo pingsan dan teman-teman dekat Ichigo langsung membawanya ke dalam rumah untuk di beri pertolongan. Ichigo butuh obat jasmani dan hatinya. Ia sudah lelah menjalani hari sebelum pernikahan dan harus di hadapkan dengan gagalnya impian-impiannya.
Ichigo di angkat oleh Ikkaku, Yumichika, Shuhei dan Toushiro. Takeru, Karin, Yuzu dan Orihime segera menyusul ke dalam. Situasi benar-benar kacau. Beberapa tamu undangan memilih pergi karena takut akan kemarahan dari kepala keluarga Kurosaki itu.
"Kita harus menenangkan Ichigo dulu. Dia pasti sangat terluka." Unohana berusaha untuk menjauhkan Sosuke dari Grimmjow yang sangat ketakutan.
"Sky Corp dan perusahaanmu tidak memiliki hubungan kerja apapun. Dan kami tidak akan membantu perusahaan mu yang di ambang kebangkrutan itu." Sosuke meninggalkan Grimmjow yang mulai jantungan. Padahal kedekatan anaknya Nelliel dan Ichigo memberikan keuntungan bagi perusahaan milik mereka.
Sejak gagalnya hari pernikahan yang di nanti-nantikan, Ichigo berubah. Sikapnya yang sedari awal ceria dan suka mengganggu adik-adiknya pun berubah. Ia sering melamun dan menutup dirinya. Dia tampak berbeda dan sangat rapuh. Ia menjadi pribadi yang dingin dan tak mau tahu. Keluarganya pun di buat bingung. Harus bertingkah atau bersikap seperti apa pada Ichigo.
"Nii-san, temani aku ke game center yuk." Takeru merangkulnya erat seperti biasa. Dan biasanya Ichigo akan membalasnya dengan pukulan kecil di kepala pirang si adik. Tapi kali ini berbeda.
"Ichi-nii, temani aku latihan sepak bola yuk. Dari pada menemani Takeru-nii yang suka menghabiskan waktu di game center itu." Karin ikut-ikutan.
"Ichi-nii mau makan apa hari ini? Yuzu punya menu spesial loh." Yuzu menyodorkan buku masakan yang baru di belinya.
Ichigo memaksa senyumannya dan mereka semua tahu itu.
"Aku mau istirahat dulu." Di lepaskannya rangkulan Takeru pelan.
Sosuke dan Unohana yang melihat dari jauh hanya bisa menatap dengan kesedihan. Tidak biasanya si sulung bertingkah aneh seperti itu.
"Sudah 10 bulan lamanya sejak kejadian itu tapi Ichigo belum juga kembali seperti yang dulu." Unohana meletakkan gelas tehnya pelan.
Sosuke hanya diam menatap raut sedih Takeru, Karin dan Yuzu.
'Aku tidak akan membiarkan orang-orang yang berani menyakiti anak-anakku hidup bahagia. Aku akan membuat perhitungan.' Sosuke menahan amarahnya dan telah menyiapkan rencana terburuk untuk keluarga Nelliel.
.
.
Ichigo merebahkan dirinya cepat. Lelah hati dan fisiknya masih terasa berat. Ia tahu ada yang salah pada dirinya. Ia ingin kembali seperti dulu dan melupakan semua kenangan pahit yang terbuat oleh Nelliel. Tapi rasanya hati miliknya belum mampu untuk berdiri tegak saat ini.
Jemari panjangnya menari cepat di atas keyboard menuliskan pesan singkat untuk seseorang di seberang sana. Setelah pesan itu terkirim, Ichigo memgambil kunci mobilnya dan bergegas menuju halaman depan. Mobil sedan mewah putih meluncur dengan cepatnya membuat 3 adik-kakak yang sedari tadi sibuk memikirkan cara untuk mengembalikan si sulung mengedipkan mata dengan polosnya.
"Yah.. Pergi deh. Padahal kita lagi usaha." Karin menjatuhkan pensil yang ia gigit.
"Ichi-nii pergi lagi." Yuzu menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"NELLIEL BAKAAA! KEMBALIKAN KAKAK KUUUUU!" para penghuni rumah bak istana itu langsung menutup telinga mendengar teriakan tak berperasaan dari Takeru.
Pluuuuk...
Sendok nasi mendarat di atas kepala kuning Takeru.
"Kenapa berteriak begitu, nak?" Sosuke bertanya dengan penuh penekanan di setiap katanya. Membuat Yuzu dan Karin melarikan diri ke dapur.
"A... Aku terbawa suasana kok, tou-san. He he he." Takeru memggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia berdoa dalam hati supaya tou-san tercintanya tidak merebusnya hidup-hidup.
.
.
Ichigo memarkirkan mobilnya di sebuah taman dekat Taman Kanak-Kanak. Seorang wanita berambut orange datang membawakan minuman hangat di dalam cup. Siapa lagi kalau bukan Orihime.
"Bagaimana kabarmu, Ichigo-kun?" sekedar basa-basi. Sudah 8 bulan lamanya Orihime tidak mendengar suara pemuda di sampingnya itu.
"Baik. Seperti yang kamu lihat." Ichigo menatap lurus ke depan.
"Takeru-kun, Karin-chan dan Yuzu-chan baikkah?"
Orihime kehabisan kata-kata. Semenjak kejadian itu, 2 bulan setelahnya Orihime harus pindah tugas ke tempat lain. Itulah yang membuat ia tidak bisa menemani Ichigo saat kerapuhan hatinya. Tapi ia tak pernah lupa mengirim pesan untuk Ichigo walaupun sahabatnya itu tak pernah membalasnya.
"Orihime." Ichigo menatap langit sore.
"Ya?"
"Cinta itu... Bohongkan?" mata milik Ichigo tak lepas dari warna indah di sore itu.
"Tidak. Itu tidak benar." Orihime berdiri dari duduknya.
Ichigo menatap sekilas.
"Cinta itu nyata. Cinta memang membuat kita bahagia dan juga membuat kita terluka. Tapi cinta mengajarkan kita untuk saling merangkul dan melengkapi satu sama lain. Jika memang kesedihan yang kita rasakan di awal, itu bukan berarti kita gagal dan berakhir begitu saja. Tapi kepahitan itu mengajarkan kita untuk menghargai cinta sesungguhnya yang akan datang menyelamatkan kita."
Orihime menahan sedih dan amarahnya. Apa sedalam itukah kesakitan yang di rasakan Ichigo? Sampai-sampai pemuda itu hampir menutup hatinya? Ia juga terluka, tapi apa Ichigo juga tahu tentang perasaannya?
"Jika Ichigo-kun sakit, ingatlah ada aku disini. Aku akan mendengar semua keluh kesahmu. Jika kamu tak percaya dengan cinta, maka aku masih tegap berdiri disini sebagai sahabatmu."
"Orihime, aku takut melihat bebas ke depan karena angin kencang akan membuat pandanganku kabur." Genangan air mata mulai terlihat jelas di pelupuk mata Ichigo.
Orihime berdiri tegap di hadapan Ichigo. Gadis itu merentangkan tangannya.
"Jika angin ini terlalu menyakiti Ichigo-kun, maka aku akan menghalangi angin kencang yang membuatmu susah. Semuanya akan baik-baik saja, Ichigo-kun." Orihime tersenyum dan tanpa ia sadari air mata yang jatuh dari kelopak matanya membuat Ichigo terpana.
.
.
Ichigo membawa ransel dan berpamitan pada Sosuke dan Unohana.
"Apa perlu di temani, sayang?" Unohana membelai lembut wajah tampan si sulung.
"Tidak usah, kaa-san. Aku ingin mencari suasana yang lebih ringan saja. Adik-adikku harus sekolah, mereka kan ada ujian." Balas Ichigo tersenyum tipis.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu. Pekerjaanmu akan di gantikan oleh Toushiro. Bantu juga kakek dan nenekmu disana." Sosuke menepuk bahu Ichigo tanda memberikan semangat.
"Terima kasih tou-san. Sampaikan salam ku pada Toushiro-nii." Ichigo membuka pintu mobilnya.
"Nii-chan!" Secepat kilat 3 adik Ichigo menghampiri sang kakak yang akan pergi ke desa tempat kelahiran kaa-san mereka.
"Ka.. Kalian kenapa? Kok wajahnya kusut begitu?" Ichigo jantungan melihat pelototan dari ke 3 adik-adiknya.
"Ichi-nii mau kemana?" Tanya Yuzu duluan.
"Kenapa tidak bilang pada kami?" Karin mendesak.
"Apa kami tak penting lagi bagi nii-san?" Takeru memasang wajah paling sedihnya.
Di tatap dengan pandangan kucing terbuang seperti itu membuat Ichigo menyerah.
"Nii-san hanya mau ke desa kaa-san. Membantu kakek dan nenek untuk beberapa minggu. Setelah itu nii-san akan balik lagi. Kalian belajarlah dengan giat. Nilai ujiannya tidak boleh gagal ya?" Ichigo berharap agar adik-adiknya mengerti kemauannya.
"Nanti kami akan menyusul. Boleh?" Tanya Yuzu.
"Setelah ujian kami akan kesana juga." Karin mengiyakan usulan saudari kembarnya bersemangat.
Ichigo menatap keduanya bingung. Ia tidak tahu harus menjelaskan seperti apa pada si kembar. Tangan hangat milik Takeru yang mendarat di bahu mereka membuat keduanya tersentak. Takeru menggeleng pelan.
"Kali ini biarkan nii-san mencari ketenangan dulu. Kita tetap disini sampai ichi-nii pulang. Paham?" Ichigo tersenyum. Unohana dan Sosuke lega karena anak nomor dua mereka itu telah dewasa.
Karin dan Yuzu mengangguk kecewa. Apa yang di katakan Takeru-nii memang benar. Itulah pikiran mereka.
"Hati-hati di jalan ya."
Ichigo membalas lambaian keluarganya. Setidaknya hatinya mulai cerah lagi meski belum seperti dulu.
.
.
Perjalanan malam di tempuh Ichigo sendirian. Hanya musik mp3 yang menemaninya menuju tempat tujuan.
"Kenapa rasanya ada yang aneh ya?" gumamnya pelan.
"Tidak seperti biasanya."
Musiknya tiba-tiba mati. Ichigo berusaha memperbaiki cd nya.
"Kenapa susah sekali?"
Ichigo tidak fokus dan cahaya silau dari arah lawan membuat Ichigo panik. Sebuah truk harus ia hindari dan akhirnya Ichigo tak bisa mengendalikan laju dan kemudi mobilnya.
Braaak..
Ichigo tak sadarkan diri ketika mobilnya masuk ke semak-semak dan berakhir di sungai.
Unohana hanya bisa mendoakan keselamatan untuk putra sulungnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
T B C
.
.
.
Untuk sementara sampai disini dulu. Minna-san rolong kritik dan masukannya yak. Dan yang baca tinggalkan jejak dan follow nya jangan lupaa.. XD.
