Hallo ketemu lagi! xDD *lambailambai*
Fict baru, dengan suasana hati yang sedaaaaang gembira.
Oke lupakan.. Happy reading! :)
BRAAAAAAK
Pintu rumah dibuka secara kasar oleh seorang gadis yang baru saja pulang entah dari mana. Seorang ibu yang terlihat muda, yang sedang duduk di ruang tengah lantas menoleh kaget ke arah pintu masuk. Terlihat putrinya yang masuk dengan wajah yang sembab. Ia yang mengetahui masalah yang sedang menimpa putrinya itu, hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
Ibu itu menghampiri putrinya yang langsung naik ke kamarnya tanpa memberi sapaan kepadanya seperti biasa.
TOK TOK
"Sakura? Bunda masuk, ya?" Izin Bunda Sakura –Rin dengan suara lembut.
"Masuk aja, Bunda.." Terdengar respon Sakura, gadis tadi. Sang bunda-pun langsung membuka pintu kamar putrinya dan masuk ke dalam.
Dilihatnya, gadis berambut soft pink sedang duduk di depan meja riasnya. Lalu dihampirinya anak gadisnya itu. Dielusnya rambut putrinya dengan lembut.
"Kenapa, sih? Ko datang-datang langsung badmood gitu?" tanya Rin. Ia menatap putrinya.
Sakura menelan ludahnya. Antara bercerita atau tidak, ia bingung. Ia menoleh kearah Bunda-nya yang tengah menatapnya dengan pandangan penasaran.
Kalo gue kasih tau, Bunda pasti marah!, pikirnya.
Rin mendengus pelan. "Cerita dong sama Bunda!" Sakura semakin bingung. Gadis itu mendesah pelan dan menjambak rambutnya frustasi.
"Aku kalah taruhan sama Ino.."
Krik
"HARUNO SAKURAAAAA!"
Oh, God! HELP ME!
She's My Baby!
Chapter 1
Semua mata tertuju pada gadis cantik itu. Terutama kaum adam. Ada yang berdecak kagum, ada yang melongo, ada yang geleng-geleng kepala, bahkan ada yang sampai memeluk teman di sebelahnya atau tembok di sebelahnya sebagai pelampiasan(?)
Sedangkan gadis yang diperhatikan hanya diam saja, memasang muka tembok, alias masam. Ia tak memperdulikan itu. Sebenarnya dalam hati ia merasa sedikit risih dan aneh. Padahal kemarin saat MOS, ia tidak menjadi pusat perhatian seperti ini.
Akhirnya ia sampai juga di dalam kelas barunya, X-1. Di dalam kelas itupun, semua masih memperhatikannya. Namun, ia kembali tak memperdulikannya. Dengan acuh, ia memilih tempat yang masih kosong. Dan reaksi reaksi menjijikanpun kembali terlihat.
Ada yang menawarkan duduk di sebelahnya, ada yang mengusir teman sebangkunya dan mempersilahkan gadis itu duduk di sebelahnya. Ada yang rela memberikan tempat duduknya, dan lain lain. Tentu saja yang bereaksi seperti itu adalah kaum adam.
Gadis bernama Sakura hanya memaksakan sebuah senyum kepada mereka semua. Namun, ia tidak tertarik untuk menerima tawaran-tawaran itu.
Matanya tertuju pada bangku paling pojok dekat jendela yang mengarah ke lapangan. Meja itu hanya terisi oleh satu orang perempuan yang sedang duduk membaca bukunya. Ify sedikit menyipitkan matanya untuk melihat gadis itu.
Masih ada ya anak kayak gitu.. pikir Sakura heran.
Sakura menghampiri gadis yang sedang membaca bukunya itu. Setelah berada di samping gadis itu, ia memperhatikan lagi. Kacamatanya yang sedikit tebal itu tergantung di wajahnya. Rambutnya yang dikuncir dua menampah kesan culun pada gadis itu.
"Hai? Gue duduk di sini ya?" Teman-teman sekelasnya yang lain melongo melihat Sakura menyapa gadis 'cupu' itu dengan ramah.
Gadis yang disapa Sakura itu menoleh. Ia tersenyum lalu mengangguk.
Diam-diam, gadis berkacamata itu menoleh pada Sakura yang sekarang sudah duduk di sebelahnya. Ia kagum, gadis di sampingnya ini sangat cantik.
"Nama kamu siapa?" Tanya gadis berkacamata itu, mengajak kenalan. Sakura tersenyum manis.
"Sakura. Haruno Sakura! Lo?" Gadis itu tersenyum dan menjulurkan tangannya. "Hyuuga Hinata.."
Sakura berjalan ke arah kantin diikuti dengan teman barunya, Hinata. Dan lagi-lagi, Sakura kembali menjadi pusat perhatian kaum adam satu sekolah. Dan lagi-lagi, ia memasang muka tembok andalannya.
Hinata juga sama. Ia-pun risih karena dari tadi semua mata tertuju ke arahnya dan Sakura. Meskipun ia tau pasti, yang menjadi pusat perhatian mereka bukanlah dirinya melainkan gadis cantik yang berjalan di sebelahnya, Haruno Sakura.
"SAKURAAAAAA!" seseorang menyerukan nama Sakura dari ujung koridor sana. Sakura dan Hinata menoleh kebelakang, melihat siapa yang telah menyerukan namanya. Meskipun baru satu hari bersekolah di sana, entah darimana asalnya, para kaum adam sudah mengetaui namanya.
Gadis bermata emerald itu melongo, melihat seorang siswa beralis tebal membawa bunga di tangannya dan berlagak seperti adegan yang ada di film-film India. Dengan pedenya, siswa itu berlari ke arah Sakura sambil merentangkan kedua tangannya seolah ingin memeluknya.
Sakura bergidik ngeri melihat kelakuan siswa stres itu.
"HUUUUUUAAAAAAAAA!" Sakura teriak dengan keras. Ia membalikan badannya dan melirik ke arah Hinata.
1
2
3
"LARI!"
Hinata mengerutkan keningnya. Dengan tiba-tiba, Sakura berlari. Gadis bermata lavender itu ikut berlari di belakang Sakura.
"JANGAN PERGIIII! AKU INGIN MEMPERSEMBAHKAN SESUATU UNTUK BIDADARI SEPERTI KAMU!" seru siswa tadi sambil mengejar Sakura. Gelak tawa langsung pecah memenuhi koridor itu.
Sakura terus berlari menjauhi siswa itu. Namun, karena ia tidak melihat ke depan saking paniknya dan kecepatan larinya yang tak terkendali(?), Sakura tak bisa menghentikan laju kakinya ketika ada tiga orang laki-laki yang berjalan melewati lorong di koridor tersebut.
"AWAAAAAS!"
BRAAAAK
"Awww!" Sakura memkik. Ia terjatuh sesaat setelah menabrak salah satu dari tiga pemuda itu.
Semua melongo melihat kejadian itu. Siswa 'stres' tadi menghentikan langkah kakinya, ketika insiden tabrakan itu terjadi. Hinata yang juga ikutan berlari tadipun ikutan behenti. Ia melongo melihatnya.
"Sakura!" Hinata segera menghampiri gadis itu. Sakura diam tak menjawab. Ia mengipas-ngipaskan lututnya yang terlihat memar karena terbentur lantai tadi.
Pria yang tadi tak sengaja ditabrak Sakura itu langsung berdiri. Ia merapihkan bajunya dan menatap sinis pada gadis itu. "Kalo lari, liat-liat dong! Punya ata ga sih, lo?"
Sakura mendongak menatap pria yang memarahinya itu. Sedangkan kedua pria lainnya, hanya berdiri di belakang pria itu dengan tangan yang terlipat di dada.
Sakura mengusap lututnya. "Heh! Jangan seenaknya marah-marah gitu, dong! Gue kan ga sengaja!"
"Udahlah, Sasuke.. Dia kan ga sengaja.." Ujar laki-laki dibelakang pria yang bernama Sasuke itu.
Sasuke mendekati Sakura dan berjongkok dihadapan gadis itu. "Bukannya minta maaf, malah balik marahin gue? Lo lupa siapa gue?"
Mata mereka bertemu, masih dengan tatapan sinis. Sakura berdiri dan merapihkan bajunya. Lelah berdebat dengan pria ini, ia memasang muka datar sambil memegang lututnya.
"Maaf! Oh iya, lo kan pembantu baru di rumah gue! Gue LUPA!" Langsung saja, Sakura berjalan melewati Sasuke dengan acuh. Hinata yang melihat itu langsung berlari kecil menyusul sahabat barunya.
Pria itu hanya melongo menatap Sakura yang acuh terhadapnya. Ia tak percaya, ada adik kelas yang berani kepadanya. Bahkan tak terpesona sedikitpun.
"Pembantu?"
Tawa geli dari anak-anak yang sedang lewat di sana pun terdengar, meski samar-samar.
Sakura berdiri di depan kaca toilet. Tangannya memegang ujung wastafel untuk menumpu tubuhnya. Ia lemas sekali. Terlebih saat bertemu dengan pria tadi. Ya, ia mengenal Sasuke
Hinata yang sedari tadi hanya memperhatikan Sakura, akhirnya membuka mulutnya.
"Kamu kenal sama kakak kelas tadi?" tanya Hinata yang bingung sekali melihat Sakura yang tiba-tiba saja kesal setengah mati melihat laki-laki tadi itu.
Sakura membalikan badannya. "Lo harus dengerin gue baik-baik.. Gue ga akan ngulang yang kedua kalinya. Oke?"
Hinata membekap mulutnya dengan tangan kanannya. Ia shock, tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Sakura hanya mendengus kesal dan berakali-kali mencoret-coret kertas.
"Amazing, banget!" Bisik Hinata pelan dan tersenyum bangga. Sakura mengerutkan keningnya. "What? Apanya yang 'amazing'?" Sakura memutar bola matanya bosan dan berjalan keluar WC. Hinata mengikutinya, masih dengan senyum yang terukir manis di bibirnya.
Baru saja mereka berjalan ke arah kantin, tiba-tiba saja seseorang dengan sengaja menumpahkan minuman yang dibawanya ke baju seragam Sakura yang masih sangat baru itu. Sakura melongo meratapi bajunya yang kini berwarna kuning basah akibat ditumpahkan jus jeruk oleh orang dihadapannya.
"NO!" seru Sakura kesal. Ia mengibas-ngibaskan kemejanya yang terasa dingin diperutnya itu.
"Ups! Ga sengaja!" Ujar seorang wanita yang dengan sengaja menumpahkan jus itu ke baju Sakura. Sakura menatapnya dengan marah.
Karin –wanita tadi hanya terkekeh dan menaikkan sebelah alisnya. "Ini 'primadona' sekolah kita ya? Wow, kampungan!" Sakura melotot. Ia mengepalkan tanganya. "ELO! APA-APAAN?" sakura menunjuk muka Karin dengan jari telunjuknya. Tepat di hidungnya.
"Listen to me.. Haruno Sakura! KAMSEUPAY!"
Krik
Sakura mendengus. Menatap Karin dengan malas. Ia menarik nafas dan memejamkan matanya.
"KAKA KURANG AJAR!"
Hinata melongo (lagi). Entah sudah berapa kali ia mendapat kejutan dari Sakura. Ternyata berteman dengan gadis itu sungguh luar biasa.
Karin yang tersenyum penuh kemenangan segera menarik hidung Sakura, adiknya. "Elo! Jaga sikap di sekolah! Jangan coba-coba ngajak ribut ke Sasuke!"
Gadis berambut pink itu melotot. Ia tersenyum sinis. "Halah! Ngapain sih takut sama anak ayam itu?"
Hinata bingung. Ia menarik-narik lengan seragam Sakura. Sakura menoleh, menatap wajah Hinata yang seolah bertanya 'ada apa sih?'.
"Nih kenalin.. Kaka gue, namanya Karin.." Hinata melongo, again.
"Ka Karin itu kaka kamu? Jadi Sasori juga kaka kamu?" Sakura mengangguk.
"Tapi, kenapa ka Karin numpahin jus jeruk di seragam kamu?" Sakura menatap Karin.
Cari sensasi! Suka gangguin orang dan ga pedulian sama adik!
Suasana tak sama seperti beberapa jam yang lalu. Sekolah menjadi sepi. Semua siswa dan siswi sudah pulang sejak 15 menit lalu. Namun berbeda dengan gadis yang satu ini. Ia duduk di bangkunya sambil membaca buku kesukaannya, novel.
"Hinata! Gue ketemu sama si alis tebel!" Sakura duduk di samping gadis tadi, Hinata. Ia terengah-engah karena berlari. Sakura menarik nafas dan menghembuskannya kembali. "Rock Lee?" Sakura mengangguk. Ia mengikat rambutnya asal-asalan dengan karet yang ia pegang.
Sakura berjalan ke arah pintu kelas. Menengok ke kanan dan ke kiri. Ia menarik nafas lega. "Amaaaaaaaaan..." Sakura duduk berselonjor di depan kelas. Sepatunya dan kaus kakinya ia lepas. Hinata memperhatikannya sambil tertawa kcil dan membetulkan posisi kacamatanya.
"Gue bisa gila kalo ketemu dia tiap hari!" Ujar Sakura. Hinata tersenyum penuh arti. "kamu pasti bakal jadi primadona di sekolah.." Sakura mendengus untuk ke sekian kalinya. Dia bosan dibilang sebagai 'primadona'. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya.
Gadis itu berjalan mendekati Hinata. "Pinjem kacamata elo, dong.." Sakura menarik kacamata itu secara perlahan lalu memakainya. Hinata memiringkan kepalanya. "Bahkan kamu lebih cantik kalau pakai kacamata.." Ujar gadis indigo itu dengan jujur. Sakura mendesah pelan.
Sakura berjalan ke depan kelas, menyenderkan tubuhnya ke pinggir pintu, menghadap ke arah papan tulis. "Gue pengen jadi orang jelek! Ga diteriakin cowo-cowo! Ga diikutin para orang-orang aneh yang bawa –bawa mawar! Iuh!" Hinata geli mendengarnya. Bahkan gadis yang sekarang menjadi temannya itu sangat risih dengan kepopulerannya.
Seorang pria berjalan pelan ke lantai atas. Seragamnya tidak rapih, dasi yang ia pakai-pun hampir terjatuh karena tidak diikat dengan benar. Namun, itu yang membuatnya menjadi pangeran di sekolah. Matanya yang tajam dan sikapnya yang cuek, membuatnya tampak 'keren' dikalangan para gadis.
Sasuke –pria tadi terus berjalan. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar suara seseorang. "Masih ada yang belum pulang?" Tanyanya heran, entah pada siapa.
Sasuke melihat sebuah bayangan di dekat pintu kelas X-1. Ia berjalan sangat pelan, tidak ingin orang itu menyadari kehadirannya.
"Pokoknya gue benci! Gue benci dengan apa yang gue punya! Gue pengen hidup kayak cewe normal lainnya! Tanpa FANS! Tanpa orang-orang aneh kayak mereka itu!"
Pemuda berambut emo itu menaikkan sebelah alisnya. Samar-samar, ia kenal dengan suara itu. Ia melangkah lagi, tepat di belakang gadis yang tengah bersender di pintu itu. Hinata menyadarinya, ia menatap kaget ke arah Sasuke. Sasuke menaruh telunjuk di bibirnya, meminta Hinata tak memberitahu Sakura tentang keadaannya.
"Oh iya! Satu lagi! Gue benci juga sama Uchiha Sasuke! Anak ayam, seenaknya aja-"
"Ehm!"
Ah, Haruno Sakura. Kau memang tak pandai membicarakan orang.
Sakura meneguk ludahnya. Menoleh ke belakang. Menampakan sosok Uchiha Sasuke yang memandangnya dengan penasaran sambil tersenyum licik. Ia melipat kedua tangannya di dada. "Lo benci siapa tadi?"
Sakura menggeleng. Mundur ke belakang. Ia kini berada tepat di tengah kelas. Hinata yang sedari tadi diam, hanya dapat menonton adegan di depannya.
Sasuke maju beberapa langkah, mendekati Sakura. Ditatapnya gadis itu dengan tajam. Sakura yang ditatap seperti itu seikit merinding. Ia bersumpah, ia akan memanggil semua nenek moyangnya, atau cara yang lebih cepat adalah dengan membunuh Sasuke kalau saja pria itu berani macam-macam. Tapi, ia juga tidak alan takut semudah itu. Akan ia lawan laki-laki di hadapannya itu semampunya.
Sasuke menyentuh wajah Sakura, dan berhenti sampai di dagunya. Ia menatap dalam mata gadis itu. Sakura semakin merinding. GOD! Siapa aja! Bunuh ayam di depan gue ini!
"Lo itu sebenernya cantik. Apalagi-" Sasuke menjulurkan tangannya ke belakang kepala Sakura. Menarik karet yang mengikat rambut pink itu. Ia tersenyum, tepatnya menyeringai. "Lo mau ngapain?" Sakura mengepalkan tangannya, bersiap menghajar wajah 'sok' polos dihadapannya. Namun tak dapat ia pungkiri. Jantungnya berdetak cepat.
"Anggap aja, ini balasan kenapa lo bilang gue 'pembantu', dan lo mengabaikan 'perjanjian' kita tempo hari lalu.."
Sasuke semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura.
Hinata? Dia melongo, lagi lagi dan lagi.
TBC~
Selesai! Tanpa hasil pengeditan sama sekali, saya nekat publish fict yang udah berumur 6 bulan ini(?)
Authors, readers, reviewers? RnR please? ;;)
