Oke, rencana sih.. twoshots. RinxLen lagii~! *Rin dan Len: WHAATT?* diambil dari Evil Theatrenya mothy-P, which means kamu bisa menemukan tiga lagi lagu yang terdapat di series ini, yaitu Madness of Duke Venomania nya Gakupo, Epicurean Food Eater nya MEIKO, dan The Tailor of Enbizaka nya Luka~

Dapet inspirasi waktu sakit.. uukkhh.. pileekk.. sroott.. huaciiihh!

Enjoy~


Bioskop Iblis: Anaknya Iblis Sakit!- chapter 1

Di sebuah kerajaan, terbaring lemah seorang putri berambut kuning emas di dalam kamar tidurnya yang amat mewah. Seorang pelayan berwajah sama seperti dirinya datang dan membawakan makanan.

"Rin.. ayolah, makan.. Ini brioche pake selai jeruk kesukaanmu.." sang pelayan mulai merayu.

"Hei! Kita lagi di istana, jadi panggil aku Baginda Ratu..!" pekik sang putri lemah.

"Uhuk uhuk..! HUACIIIIHHH!" sang putri cepat-cepat mengambil tisu dan mengelap hidungnya yang basah.

"Elah, ya dah, KANJENG PUTRI KAGAMINE RIN YANG LAGI SAKIT, ayo makan dulu.." Len, pelayan itu memutar bola matanya dan membawa sepotong brioche itu ke hadapan sang Putri yang langsung menggeleng keras.

"Nggak mau! Aku nggak napsu makan… Haaaaaahh.." tiba-tiba sang putri, Rin, merasa napasnya berat dan sesak. Len menjadi panik.

"R.. Rin!" Len mencoba mengguncang-guncang bahu Rin. Napasnya yang berat juga bercampur dengan suara cairan dari hidung yang dihirup keras.

"Pa..Panggilin tabib, begooo! Ngapain.. haaa.. berdiri di.. haa.. sanaaa..!" Rin mengelus-elus dadanya, berusaha bernapas dengan baik dan benar. Len langsung keluar mencari sang tabib, Kiyoteru.

"'Bib! Pak Tabib!" Len berlari tergopoh-gopoh menghampiri sang tabib yang asyik merapal mantra. Gawat, ada yang lagi diguna-guna, bukan gua bukan gua bukan guaaa…

"Hoh, nggak ada panggilan yang lebih bagus lagi, Anak Muda?" sang tabib menoleh ke arah Len.

"Ada, Engkong Tabib!" Len berhasil meraih lengan jubah sang tabib sebelum ia jatuh terhuyung.

"Umur saya baru akhir 20-an, tahu!" sang Tabib menaikkan kacamatanya.

Len meringis. Aura jahat Kiyoteru menyebar.

"Betewe, ada apa kemari?" tanyanya melihat Len yang masih mengatur napasnya.

"Ri..eh.. Bagin.. eh.. KANJENG PUTRI kita lagi sakit.. hacih hacih srot srot terus napasnya sesak gituh.." Len mengusap keringat di dahinya. Sang tabib mengangguk-angguk penuh arti.

"Itu penyakit langka mah! Nggak ada sakit flu pake sesak napas segala!" sang tabib berdecak.

"Jadi gimana dong? Aku nggak mau kalau Rin sampe ke.."

"Nah!" jentikan jari sang tabib membuat Len menghentikan kalimatnya. Napa lagi ni tabib sableng? batinnya.

"Kamu nggak mau KANJENG PUTRI KAGAMINE RIN kenapa-napa kan?"

Jantung Len berdetak semakin keras. Aku nggak mau, biarpun tuh anak sombongnya minta maaf, biarpun tuh anak super narsis luar binasa, tapi gitu-gitu dia SAUDARA KEMBAR gua! Gua nggak mau dia kenapa-napa!

"Uh huh? Terus gua ngapain?" tanya Len sambil bengong.

"Noh, cari daun yang kayak ginian, punya Engkong habis," tabib berkacamata itu menunjukkan daun berwarna hijau –ya iyalah!- dan berbau khas. Len mengangguk-angguk ala anak metal.

"Tapi, Anak Muda! Ini bukan daun sembarang daun!" suara sang tabib menggelegar.

"O..o..oke?" Len agak ketakutan menghadapi tabib sableng satu ini. Nasiip..

"Daun ini adalah mint langka yang cuma ada seribu kopi, eh helai di luar sana, dan terakhir Engkong dapatkan di kerajaan tetangga, Venomania!"

Len speechless. Nggak salah dengar? Kerajaan Venomania? Kerajaan ITU? Len bergidik sendiri. Kerajaan itu kan terkenal sebagai pusat harem terbesar sedunia akhirat!

"Bagaimana? Mau KANJENG RATU kita selamat, kagak?" tabib itu memainkan daun itu di hadapan wajah Len yang memucat. Terima kagak terima kagak terima kagak terima kagak.. zzzzzzzzzzzz..

"Oke dah saya terima~" Len menghela napas.

"Ini peta menuju Kerajaan Venomania, semoga berhasil ya!" Len langsung berlari sambil membawa sampel daun dan peta itu.

"Makasih Eyang Tabib, Len pergi dulu!" Len masih sempat memekik ke arah tabib yang menaikkan kembali kacamatanya itu.

Len berlari menuju kamar Rin, Kanjeng Putri kesayangannya itu. Dibukanya pintu kamar yang dibentuk ukir super detail dengan sentuhan emas 24 karat murni itu perlahan.

Krieeett..

Len terkejut. Piring brioche yang ditinggalkannya kini habis tak bersisa. Len geleng-geleng kepala kayak anak dugem.

"Katanya nggak napsu makan?" Len mendekati Rin dan mengelus rambutnya perlahan.

"Aku laper~ emang nggak boleh?" katanya manja.

"Boleh, asal jangan sampe logistik kerajaan habis gara-gara kamu," timpal Len asal. Rin memanyunkan bibir.

"HHHHUUUUUUUUAAACCCCHHHHIIIIHH! Sroott.."

Len menatap tisu-tisu yang bertebaran di sekitar tempat tidur Rin. Dahsyat ini Kanjeng Putri, decak Len.

"Uh.. Rin.. aku.. mau pergi ke Kerajaan Venomania.." Len menelan ludah.

"AAAAAAAAPPPPUUUUAAAAAA?" jeng jeng jeng jeng! Wajah pucat Rin dizoom sampe close-up,

"Terus siapa yang nyiapin sarapan gua, rapiin tempat tidur gua, nyuciin baju gua, bersihin kandang Josephin, dan dan.."

Len menaruh telunjuknya di atas bibir putri bawel itu.

"Aku pinjam Josephin ya. Kudaku lagi sakit juga kayak kamu," Len menyebut nama kuda kesayangan Rin.

"NGGAK BOLEH! Itu kudanya aku! Pokoknya.."

"Aku harus cari obat yang sayangnya ada di kerajaan sebelah. Mau nggak mau aku harus pake kuda, kalau nggak.." Len menatap wajah pucat Rin dengan mata merah, hidung basah, dan pipi yang cekung. Ah, sungguh tak tega daku melihatnya.. Len berpuisi dalam hati.

"Nanti Rin bisa kenapa-napa.." Len menghela napas. Tangannya bergerak menelusuri garis rambut gadis itu.

"Sudah kubilang panggil aku dengan sapaan hormat, bego~" sahut Rin lemah. Ia mengusap hidungnya yang meler dengan tisu yang sudah keseribu helai jumlahnya.

"Aku.. pergi dulu, KANJENG PUTRI.." Len mengecup dahinya, lalu pergi keluar dari kamar itu. Sebelum melangkah lebih jauh, Len menghela napas lagi dan memantapkan hatinya.

Kali ini, aku harus berbuat yang terbaik untuknya..

Ia melompat ke atas punggung Josephin, si kuda cantik nan perkasa kesayangan Rin dan mengarahkannya menuju arah Kerajaan Venomania. Sesekali Len memerhatikan peta di tangannya.

"Kita melewati kerajaan berwarna merah yang.."

… Len sudah sampai di kerajaan merah yang dimaksud. Auranya cukup mengerikan, tapi tak ada jalan lain. Kerajaan itu menutup jalan yang bisa mereka tempuh. Tak ada jalan lain selain melewati kerajaan ini dan meminta izin untuk lewat. Elaahh.. repot amet~

Len mengetuk pintu istana itu dengan perlahan.

Tok.. tok..

Krieeett..

Pintu tersebut terbuka.

Len syok.

Apa yang terjadi?

"Kau tidak apa-apa?" sebuah suara lembut membangunkan Len dari pingsannya. Ia berada di dalam sebuah kamar yang.. mewah?

"Anda pingsan dan terlihat sangat menderita.." seorang gadis berbaju maid berambut oranye mengompres dahi Len dengan air es.

"Miki? Ini roti yang kau minta.." seorang laki-laki berbaju butler dengan rambut putih keperakan datang dan mengantarkan roti kepada Len.

"Selamat datang di kerajaan ini, saya Miki dan dia adalah Piko. Kami adalah pelayan Ratu Conchita.." sang maid tersenyum manis. Butler itu menyodorkan rotinya pada Len.

"Makanlah, kau pasti pengembara miskin yang sedang mencari rumah, kan?" tanya Miki heran sambil meneliti Len. Baju lusuh, muka setres, tatapan sayu, persis pengemis. *shot~*

APAAAAA? Ganteng gini dibilang pengemis! Nggak ada panggilan yang lebih tega lagi? pekik Len dalam hati tak terima.

"Miki, kurasa kita harus menyembunyikan anak ini agar tidak ketahuan Yang Mulia Conchita.." Piko, sang butler menyentuh rambut Len perlahan.

"Kurasa kau benar, Piko.." Miki menggandengnya menuju kamar mandi agar Len bisa mandi sendiri, lalu memberikannya baju a la Lolita.

The hell? Baju apaan ini?

"Anda harus menyamar sebagai salah satu dari boneka porselen koleksi Piko, kalau tidak, mungkin kau akan berakhir sebagai manusia yang kesekian kalinya menjadi korban Yang Mulia Conchita.." maid itu menghela napas.

"Me.. memangnya kenapa?" Len bergidik. Mereka meninggalkan Len sendiri saat mereka mendengar pekikan seorang wanita entah dari mana.

Mampos! Kok jadi aneh gini ceritanya? DX


Oke.. Ome mau istirahat, biar cepat sembuh.. Maaf kalau humornya garing~

Kalau ada yang mau diutarakan, boleh, silakan, akan Ome layani~

Oyasumi all~ met jumpa di chapter selanjutnya~