Disclaimer : saya baru aja beli lisensi Naruto dari Masashi Kishimoto dan berencana mengakhiri serial yang panjangnya udah ngalahin Cinta Fitri ini.
Warning : AU, OOC, penistaan karakter.
Just My Luck
.: The Evil Genius :.
.
.
.
Kata cewek-cewek, Sasuke itu mahakarya. Struktur tulang muka yang sempurna, kulit putih bersih yang rutin dibawa ke dokter kulit satu bulan sekali, rambut hitam mengkilat yang butuh tiga puluh menit penataan setiap harinya (tapi hasilnya sepadan kok). Belum lagi otaknya yang encer, juga bakatnya di bidang atletis. Kok bisa ya ada orang kaya' gitu, nggak masuk akal. Tapi setiap Uchiha memang terlahir kece. Dunia ini seringkali nggak adil memang.
Cewek manapun kaya'nya rela mati buat ngedapetin Sasuke. Sebagian bahkan rela striptis di depannya. Denger-denger nih ada organisasi tidak resmi yang khusus didedikasikan buat Sasuke. Bahasa gaulnya sih fanclub. Klub yang digawangi Karin ini punya visi-misi serta tujuan yang mulia, yaitu berbagi informasi apapun yang menyangkut soal Sasuke, mulai dari tanggal ulang tahunnya, sampai foto setengah bugilnya yang entah didapat darimana. Sasuke heran kenapa organisasi haram ini belum diringkus polisi.
Pertanyaan besarnya sekarang adalah, siapa cewek beruntung yang berhasil menaklukan hati Sasuke? Kalau ditanya sih dia jawabnya masih single dan mau fokus dulu sama sekolah, tapi semua orang juga tahu itu jawaban klise buat mencegah para fangirl hilang kendali. Katanya sih, Sasuke nggak mau pacaran sama cewek yang ngefans sama dia. Jadi mungkin dia membuka audisi buat cowok yang ngefans sama dia.
Well, yang satu itu sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Sasuke ini cakep, terus juga populer, kaya'nya tinggal tunjuk cewek gitu aja langsung dapet, tapi masih aja lajang. Siapa pun pasti juga penasaran kan? Apalagi dia selalu sama Naruto kalau kemana-mana, udah gitu mesra lagi.
"Teme." Suara Naruto memecah keheningan di kamar Sasuke yang sepi.
Oke, pasti udah pada mikir macem-macem, tapi yang sedang mereka lakukan sekarang adalah pekerjaan yang mulia: ngerjain PR. Lebih tepatnya Sasuke yang ngerjain PR sementara Naruto tinggal copy-paste.
"Hn," jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tulis.
Naruto bimbang sejenak. "Lo... punya cewek yang ditaksir nggak?"
Bahkan Sasuke nggak butuh waktu lama untuk bilang, "Nggak."
"Serius?"
"Hn."
"Lo homo ya?"
Sasuke mendongak. Ekspresinya sulit ditebak. Naruto yang merasa kalau nyawanya terancam, cuma bisa meringis gaje.
"Ya nggak lah."
"Tapi masa' nggak ada gitu cewek yang menarik bagi lo?"
"Nggak."
Naruto mulai frustasi. Jangan-jangan Sasuke memang homo, tapi dia nggak mau ngaku. Jangan-jangan yang dikatakan orang-orang memang bener, Sasuke naksir dia. Jangan-jangan habis ini Sasuke mau melaksanakan aksi. Naruto bergidik.
"Teme, lo nggak naksir gue kan?"
Dan buku diktat setebal tiga ratus halaman sukses mendarat di kepala Naruto.
"Gue nggak homo, dan kalaupun gue homo, gue nggak bakal milih elo. Selera gue nggak sejelek itu."
Naruto nggak tahu apa dia harus kesal atau bersyukur.
"Tapi lo nggak capek gitu dirumorin homo sama gue?" Meskipun kepalanya masih cenat-cenut, Naruto nggak kapok buat kepo. Sasuke memang paling males ngomongin cewek, dan biasanya langsung diem kalau ditanyain pertanyaan yang menyangkut tentang cinta, perasaan, dan segala tetek bengeknya. Mungkin habis ini Sasuke bakal mengkremasi Naruto saking kesalnya, tapi Naruto berniat mengambil resiko itu.
"Emang kenapa sih lo peduli banget sama omongan orang?"
"Kenapa lo sama sekali nggak peduli?"
"Karena omongan mereka nggak berefek sama hidup gue."
"Tapi jelas berpengaruh sama hidup gue!" Naruto mengacak-acak rambut pirangnya yang memang udah acak-acakan. "Sakura-chan ngiranya gue homo beneran! Gimana gue mau ngedeketin dia kalau begini!"
"Nggak masuk akal. Jangan salahin gue kalau lo nggak laku-laku."
Naruto menggertakkan gigi gemes, sementara Sasuke dengan damai menyalin kalimat dari buku diktat ke buku tulisnya.
"Pokoknya lo harus cepet cari pacar, untuk kebaikan gue dan lo sendiri." Tapi sebagian besar emang untuk kebaikan Naruto sih.
"Apaan sih, terserah gue dong."
"Kakak lo aja bentar lagi nikah, lo masih jomblo? Nggak malu tuh?"
"Itachi mah emang kebelet kawin."
"Mending lo cari calon sekarang, Sas. Daripada nanti bokap lu nyariin calon yang nggak-nggak. Oom Fugaku itu temen bokapnya Karin loh. Lo nggak takut?"
Sasuke cuma diam.
"Nah, gue pilihin deh buat elo. Tenang aja, yang gue pilihin buat lo semuanya berkualitas kok."
Sasuke nggak menjawab, mungkin dia udah capek, lagipula adu argumen sama Naruto cuma buang-buang energi. Gimana mau menang kalau level IQ mereka aja udah beda? Adanya Sasuke malah capek ngejelasin konsep ke Naruto nanti. Makanya Sasuke memilih diam dan nurut. Hitung-hitung amal.
"Ino?"
"Berisik, coret."
"Matsuri.
"Pendek."
"Temari?"
"Nggak woles."
"Tenten?"
"Yang bukan pacar orang ada?"
"Sorry lupa. Karin?"
Sasuke facepalm.
Naruto menghitung jarinya. "Siapa lagi ya?" Dia mengingat-ingat. "Oh iya! Hinata?"
"Cewek aneh anti-sosial itu? Ogah."
"Hei, hei. Dia memenuhi persyaratan banget kan? Bukan anggota fanclub lo, nggak cerewet, dan cukup manis kok kalau menurut gue."
Sasuke memutar bola matanya. "Sekarang bayangin, kita lagi kencan berdua, terus dia tiba-tiba pingsan. Dia kan hobinya pingsan kalau olahraga."
"Ya lo kencannya model gimana dulu? Lo mau ngajak dia kencan sambil ngejar maling? Ya jelas jangan." Naruto menepuk bahu Sasuke. "Udah Sas, Hinata aja. Lagipula dia dari keluarga ningrat loh. Hyuuga gitu."
"Justru itu! Gue nggak mau jadi adik iparnya si Ketua OSIS songong itu!"
"Alah, itu kan gampang, bisa diurus seiring berjalannya waktu."
Sasuke mengernyit. "Lagian kenapa sih lo semangat banget?"
"Karena gue sayang sama elo." Sasuke melongo mendengarnya. "Dalam konteks sahabat! Gue pengen lo bahagia, gue pengen lo terbebas dari rumor homo yang mencoreng nama baik lo."
Sasuke mengerutkan kening.
Meskipun dia tahu inti dari rencana ini adalah buat keuntungan Naruto, dia juga bakal dapat hikmahnya. Jujur aja, capek juga denger kata-kata kaya' begini setiap hari: "Eh, itu Sasuke-kun! Cakep ya, tapi sayang... katanya homo." Belum lagi, dia juga capek dibanding-bandingin sama Itachi. Kata babenya, seorang lelaki belum sempurna kalau belum menemukan sosok perempuan yang mau mendampinginya. Cih, apaan. Maminya mau sama Fugaku juga karena dijodohin.
Tapi mungkin memang benar. Mungkin ini saatnya buat bergerak.
Hinata ya? Sasuke jarang merhatiin dia sebelumnya. Yang dia tahu, anaknya itu pemalu banget, ngomong aja gagap gitu. Tapi kaya'nya orangnya baik kok, sopan lagi, tipe-tipe istri idaman. Dia memang baru mau nyari pacar, tapi siapa tahu kan?
"Oke."
Naruto melongo.
"Gue coba," kata Sasuke. "Tapi gue nggak jamin kalau gue bakal sama dia beneran. Puas?"
Naruto udah kaya' mau meledak, dia menghambur ke Sasuke, memeluknya erat bikin Sasuke megap-megap nyari oksigen.
"Makasih Sasuke-kun! I love you, muach!"
Sekarang siapa coba yang homo?
-tbc-
Baru apaan nih, prolog yak istilahnya.
Sampai chapter 4 fic ini baru saya judulin "untuk sementara belum punya judul", dan setelah cekot-cekot selama beberapa hari, saya memutuskan untuk nyolong judul pilemnya Lindsay Lohan sama McFly itu. Lagian film-nya nggak sepopuler Pretty Woman kok, jadi nggak terlalu keliatan nyolongnya. Muehehe.
Semua karakter nista di sini, terutama Sasuke. Maaf fans, but I regret nothing bwahaha.
Review?
