Seokmin berjalan menuju sebuah gedung tua. Ia mengenakan setelan jas lengkap. Dibelakangnya ada beberapa pria bertubuh kekar yang diyakini sebagai pengawalnya.

Bruk'. Saat memasuki gedung, sesorang menubruk dan memeluk kaki seokmin.

"Ku-mohon. To-long akh-ku dan tem-teman teman ku" pinta orang itu.

Orang yang berlutut itu seorang pemuda dengan mata sipit yang bahkan tak terlihat lagi karena air matanya membuat mata itu semakin sipit. Ia hanya memakai kaos putih tipis dan celana bahan bewarna putih. Kedua tangannya dirantai. Begitu pula dengan kedua kakinya. Seokmin yakin itu berat.

"Khu-mohon tuan"suaranya terdengar kesakitan.

Seokmin membantu pemuda itu berdiri.

"Sial. Tempat ini benar-benar ada" umpat seokmin.

seokmin menyerahkan pemuda sipit itu pada pengawalnya. Lalu ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Coups hyung, aku akan membeli semua budak di distrik 7, siapkan uangnya. Akan ku kirim nomor rekeningnya nanti." setelah menutup telepon. Seokmin berjalan menuju sebuah ruangan.

Pengawalnya membukakan pintu besar itu dan mempersilahkan seokmin masuk.

"Lama tidak bertemu pak tua"sapa seokmin sarkastik.

"Lama tidak bertemu tuan penguasa" balas pria tua di hadapannya.

"Apa mau mu datang ke tempat kumuh seperti ini?" tanya pria tua itu.

"Kau sepakat untuk menjual gedung ini. Dan aku akan membelinya-" ucap seokmin.

"Beserta seluruh budak mu"lanjut seokmin lagi.

"Kau tau , budak-budak ku itu mahal"ucap pria tua itu.

"Dan kau tau aku ini orang kaya" balas seokmin.

"Jadi berapa yang kau minta pak tua?"tanya seokmin lagi.

"Aku punya 20 budak dan mereka dibawah umur. Kau harus membayar mahal atas itu" ucap pria tua itu.

"200 miliyar won" lanjut pria tua itu.

"Ku kira kau akan minta berapa" seokmin terkekeh

"Bahkan itu masih jauh dari seper-delapan kekayaan ku"

Setelah mendapat nomor rekening, seokmin langsung mengirimkan nya ke tangan kanan nya yang ia panggil coups tadi.

Seokmin keluar dari ruangan itu dengan setumpuk kunci. Lalu ia memberinya ke salah satu pengawalnya.

"Bebaskan semua budak dan kirimkan mereka ke yayasan ku yang ada di jepang" perintah seokmin.

"Baik tuan"

Seokmin terus melangkah , hingga ia kembali bertemu dengan pemuda yang tadi berlutut di hadapannya.

"Kau. Ikut aku"perintahnya.
Pemuda itu menatapnya bingung.
Seokmin melempar kunci yang ia dapat dari pria tua itu untuk membuka rantai di kaki dan tangan para budak.

Pemuda itu menangkap kunci itu.
"Aku sudah membeli mu dan teman-teman mu. Kau bebas" ucap seokmin.

"Be-narkah?" tanya pemuda itu.

"Buka rantai sialan itu dan ikut aku",perintah seokmin.

Seorang budak sudah dilatih untuk selalu menurut, dan itulah yang dilakukan pemuda ini.

"Dimana teman-temanku?" tanya pemuda itu dingin.

"Aku mengirim mereka ke jepang"jawab seokmin.

"Kenapa aku tidak ikut mereka?" tanya pemuda itu lagi.

"Karena kau akan ikut aku ke seoul"jawab seokmin.

Pemuda itu hanya diam.
"Aku pria baik-baik. Jangan takut okey?" ucap seokmin meyakinkan.

"Jadi siapa namamu?" tanya seokmin.

"Kwon soonyoung,17tahun" jawab pemuda itu.

"Jadi soonyoung , kau harus menuruti seluruh perintahku" ucap seokmin.

Soonyoung menatapnya datar "jadi aku masih berstatus budak?"

"Definisi budak menurut ku adalah mereka yang dikekang dengan rantai. Tapi kau tidak. Jadi kau bukan budak" ucap seokmin.

"Apa aku dipastikan hidup?" tanya soonyoung.

"Aku menjamin masa depan mu kwon soonyoung ssi"
Setelah itu keheningan menyelimuti mereka.

Distrik 7, seokmin baru saja menaklukan satu tempat terakhir di distrik itu. Apa lagi kalau bukan tempat perbudakan tadi. Distrik itu ada disalah satu negara di asia. Jangan heran kenapa semua manusia di negara itu hampir semuanya berdarah korea. Karena pada jaman dahulu saat terjadi perang besar antara korea selatan dan korea utara banyak warga yang mengasingkan diri kesebuah pulau di dataran asia.
Penduduk disana berkembang hingga menjadi sebuah negara.

Seokmin dan Soonyoung masuk ke sebuah apartemen mewah. Yang soonyoung lakukan hanya mengikuti kemana langkah Seokmin.
Hingga akhirnya langkahnya terhenti di sebuah kamar yang cukup besar.

Ia memandang seokmin dengan tatapan kosong.

"Buka seluruh pakaianmu"titah Seokmin.

Soonyoung melotot, ia pikir ia bebas. Ia ingin menolak tapi rasa terbelenggu dan terikat dengan sebuah perintah membuatnya menuruti permintaan Seokmin.

Soonyoung mulai melucuti satu persatu pakaiannya. Hingga ia tidak mengenakan sehelai benangpun.

"Astaga. Apa yang pak tua itu lakukan padamu!?" tanya seokmin marah.

Tubuh polos Soonyoung menjawab semuanya. Pemuda sipit itu mendapat penyiksaan.

Mata seokmin tak sengaja melihat celana Soonyoung, ada darah yang mengering disana.

"Apa kau di setubuhi juga!?"

Soonyoung menatap seokmin takut, ingatan buruk tentang bagaimana lubangnya di masuki dengan kasar membuatnya bergetar hebat. Soonyoung terduduk. Ia menangis.

"Sialan kau tua bangka!" umpat Seokmin.

Seokmin menelpon seseorang.

"Hancurkan si Tua itu. Jangan biarkan orang sepertinya hidup" ucap Seokmin. Ia mematikan sambungan telpon dan berjalan mendekati Soonyoung yang terduduk. Ia berjongkok melihat semua luka Soonyoung.

"Astaga, apa kau tidak kehabisan darah dengan semua luka ini!"

Seokmin kembali menelpon seseorang.

"Mingyu kau dimana!?"

"Aku sedang membedah perut pasienku"

"Kau menelpon sambil melakukan operasi. Yang benar saja!"

"Kan kau yang telpon"

"Kau bisa meninggalkan pisau bedah didalam tubuh pasien mu"

"Cepat katakan apa mamumu"

"Datang ke apartemen ku setelah operasimu. Bawa alat kedokteran mu juga"

"Kau dimana bodoh. Kalau kau diseoul percuma saja"

"Aku tidak akan menyuruhmu kalau aku di seoul."

Seokmin mematikan sambungan telpon nya.

"Dokter gila" umpatnya.

"Berdirilah. Aku akan membersihkan tubuhmu"

Soonyoung menurut, ia berdiri.

"Tunggu di kasur ku. Aku akan segera kembali"

Soonyoung berjalan menuju kasur Seokmin dan mendudukkan dirinya. Aneh rasanya berkeliaran tanpa busana dihadapan orang yang baru dikenal.

Seokmin kembali dengan seember air hangat yang sebelum nya sudah ia teteskan antiseptik dan handuk kecil.

Ia sudah mengganti pakaian berjasnya dengan pakaian yang lebih santai.

"Aku tidak akan melakukan apapun. Hanya membersihkan oke? Jangan banyak gerak"

Soonyoung mengangguk.

Seokmin mulai dengan membersihkan kaki Soonyoung. Ia meringis melihat bekas membiru disekitar pergelangan kaki kurus itu.

Seokmin mengelap kaki itu dengan hati-hati.

"Akh-" soonyoung merintih ketika handuk hangat itu mengenai lukanya.

"Tahan sedikit, Soonyoung. Kau pria kan"

"Berbaringlah" perintah seokmin. Dan Soonyoung hanya menurut.

Dengan telaten seokmin membersihkan tubuh soonyoung. Ia harus menahan pikirannya agar tetap bertindak rasional , ketika tangannya membersihkan selangkangan Soonyoung.

Sedangkan Soonyoung, ia menggigit bibirnya agar tidak mendesah.

Setelah selesai dengan membersihkan tubuh Soonyoung, seokmin mengambil bathrobe dan menyuruh soonyoung memakainya.

Setelah itu seokmin menelpon seseorang, "halo coups hyung, belikan baju pria sebanyak banyak nya. Kira-kira ukurannya sama dengan Joshua hyung"

"Kau tukang perintah" ucap Soonyoung pelan.

Seokmin terkekeh. "Karena aku berkuasa"

Tak lama setelah itu, Mingyu, yang tadi seokmin sebut sebagai 'dokter gila' datang lengkap dengan jas putihnya.

"Jadi , siapa yang harus aku obati?" tanya Mingyu.

"Dia ada dikamarku" jawab seokmin. Ia pun mengantar Mingyu menuju kamarnya dimana ada soonyoung duduk dikasur empuknya.

"Waw, ku pikir kau tidak tertarik dengan pria" sindir Mingyu.

"Aku bukan gay seperti mu. Cepat obati dia" perintah Seokmin.

Mingyu pun mulai membuka bathrobe yang dipakai Soonyoung sampai setengah pinggangnya.

"Badannya lumayan juga" ucap Mingyu sambil menjilat bibir bawahnya.

"Akan ku adukan ke Wonwoo kalau kau bertindak jauh Kim" ujar Seokmin dingin.

"Ck,bilangnya bukan gay tapi posesif" gumam Mingyu.

"Aku mendengarnya,Kim"

Mingyu pun mulai mengoleskan luka-luka itu dengan obat merah, Soonyoung meringis.

Mingyu melilitkan tubuh itu dengan perban. "Jangan sampai basah, ada beberapa luka yang mungkin akan membusuk kalau sampai basah. Seokmin, bantu dia mengganti perbannya nanti"

Seokmin mengangguk.

"Mingyu, bisa kau lihat hole nya?" tanya Seokmin.

"Hah!?" mingyu melongo sebelum akhirnya ia menyuruh soonyoung untuk menungging.

"Sialan, kau mau membunuhnya ya Seokmin?" umpat Mingyu.

"Bukan aku yang melakukannya,bodoh. Cepat obati"

"Err, kau yakin ingin aku yang mengobatinya? Bisa-bisa nanti ak-"

"Mana obat nya? Biar aku yang obati" mingyu tertawa puas mendengar jawaban temannya itu.

Mingyu pun mengambil sesuatu yang seokmin tidak tau apa itu. Semacam obat oles.

Mingyu pun mengajarkan Seokmin bagaimana cara mengoleskannya.

Seokmin menelan ludahnya kasar, ia mulai mengoleskan obat itu di bibir hole Soonyoung.
Soonyoung meringis. Sungguh rasanya sakit. Matanya sampai berair ketika obat itu menyentuh luka lecetnya.

"Sialan!" seokmin lagi-lagi mengumpat.

"Seokmin-ah aku bawa pakaiannya" suara lain muncul dari balik pintu dengan membawa sebuah koper besar bersamaan dengan selesainya seokmin mengobati Soonyoung.

"Kau bawa koper?" tanya seokmin.

"Terlalu banyak , jadi ku masukkan semua kedalam koper." ucap nya

"Err, kalian sedang tidak melakukan three-"

"Coups hyung berhenti berpikir negatif" ucap seokmin dingin .

Seokmin pun berjalan mendekati koper itu,membukanya lalu mengambil sepasang pakaian dan memberikannya pada Soonyoung.

"Pakai ini, setelah itu istirahatlah. Kalau lapar kau bisa ambil didapur. Aku akan membeli beberapa makanan" kata Seokmin. Soonyoung mengangguk. Ia mengambil pakaian itu lalu pergi menuju kamar mandi.

"Ayo kita keruang tengah" ajak seokmin.

"Jadi, kalau bukan kau, siapa yang melakukannya?" tanya Mingyu serius.

"Kau tau, penguasa distrik 7 bagian selatan. Lim xin wu. Pak tua sialan itu memperbudak 20 remaja" jawab Seokmin.

"Bagaimana nasibnya?" tanya Mingyu lagi.

Kali ini orang yang dipanggil Coups atau nama asli nya Seungcheol yang menjawab. "Orang suruhan ku meledakkan mobilnya ketika ia hendak meninggalkan gedung tua itu"

"Sudah dipastikan tewas" sambung seungcheol lagi.

"Bagus hyung!" seokmin mengangkat kedua ibu jarinya.

"Kalau begitu aku harus pergi. Pesawat ku akan terbang 2 jam lagi. Jangan merindukan aku seokmin-ah~~" ucap Mingyu berpamitan.
Seokmin menatap mingyu jijik ketika suara yang diimut-imutkan itu ia dengar.

"Kau mau kemana?" tanya Seokmin ketika mingyu berada diambang pintu.

"Tentu saja kembali ke Seoul. Wonwoo hyung sudah sangat merindukan ku" ucapnya lalu menutup pintu pelan.

Seokmin menatap Seungcheol.

"Hyung, siapkan 3 tiket ke Seoul besok. Kau juga mau pulangkan?" Seungcheol mengangguk menyanggupi permintaan seokmin.

"Aku permisi" pamit Seungcheol setelahnya.

.
.

Sebenarnya, seokmin bukan seorang gay, tapi ia juga tidak tertarik dengan wanita. Lebih tepatnya ia tidak punya gairah untuk menjalin suatu hubungan serius.

Yang ia pikirkan adalah menaklukkan seluruh daerah yang belum ia taklukkan. Yang ia pikirkan hanya bagaimana bisnis nya di seoul berlangsung.
Yang ia pikirkan bagaimana anak-anak diluar sana bahagia.

Ya. Seokmin sangat melindungi anak-anak. Karena dulu, ia adalah satu dari sekian anak di korea yang mendapatkan kekerasan fisik maupun mental. Ia anak yang ditelantarkan. Beruntung ia diadopsi oleh seseorang yang merupakan pemimpin mafia baik hati yang ada di seoul.

Seokmin punya beberapa yayasan di berbagai negara, salah satu nya jepang . tempat dimana ia menampung budak-budak yang ia bebaskan.

Tapi ada satu yang menarik perhatiannya ketika ia sampai di gedung tua waktu itu.

Pemuda sipit yang berlutut dibawah kakinya.

Ia tertarik dengan pemuda itu.
Pemuda bernama Kwon Soonyoung.

"Mereka sudah pulang?" suara itu membuyarkan lamunan Seokmin.

Seokmin bergumam sebagai jawaban.

"Besok kita berangkat ke Seoul"

.

.

.

.

to be continue...

cerita ini sudah rampung di wattpad.