The Blue Sea

Chapter 00 : Prolog

Semua karakter Naruto yang berada disini milik Masashi Kishimoto

Dan jika ditemukan karakter OC (Original Character) mohon dimaafkan, karena untuk hal itu untuk kepentingan alur cerita.

SasuFemNaru

Warn! OC! OOC! Typo(s)

Cerita ini hanya fiksi belak, jadi jangan sangkut pautkan dengan keadaan dunia yang sebenarnya. Bila ada kesamaan mohon dimaafkan, itu murni kesalahan Dian tanpa unsur atau motif apapun juga.

...

Di sebuah tepi pantai yang tertutup tebing-tebing tinggi, ada sepasang insan tengah duduk diatas pasir putih, kedua ekor milik sepasang insan itu bergerak-gerak ketika ombak mengenai ekor indah mereka.

"Kau yakin akan melakukan ini, sayang?" seorang wanita berambut merah menatap seorang pria berambut kuning dengan tatapan mata yang sulit diartikan.

Pria berambut kuning dengan mata yang sebiru lautan itu tersenyum begitu menawan, "Aku sangat yakin, ini demi kebaikan dia," jawab pria itu sambil memandang lembut seorang bayi yang tengah tertidur dengan pulasnya di dekapan sang wanita.

Wanita itu merunduk, seorang bayi peremuan dengan ekor kecilnya sedang tertidur lelap di pelukannya. Rambut bayi itu berwarna kuning keemasan terlihat sangat indah dan menawan, sinar mentari pagi yang membuat rambut bayi itu terlihat berkilauan. Iris mata bayi itu berwarna biru, seindah lautan yang menjadi tempat kelahirannya.

Bayi itu tetap terpejam kala sang wanita yang merupakan Ibunda mengeratkan pelukannya, seolah tak ingin berpisah dengan sang anak yang akan tinggal di dunia manusia, meninggalkan tempat kelahirannya, pergi dari lautan yang menjadi rumah bagi para duyung seperti mereka.

"Sayang, sudah waktunya," si pria kembali menginggatkan.

"Tunggu sebentar, sayang,"

Wanita itu melepas pelukannya, ia mengambil sebuah keranjang kecil yang sudah dihias dengan sangat rapih. Keranjang itu terbuat dari sulur akar yang mereka ambil dari tanaman yang berada dilaut, menghiasnya serapih mungin, dan menaruh sebuah selimut kecil dan sebuah bantal kecil disana.

Wanita itu menaruh sang bayi yang sedang terlelap dikeranjang itu. Mengambil sesuatu disebuah kantung berukuran sedang yang sedari tadi ia bawa, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Ada tiga buah benda yang ada di dalam kantung itu. Benda yang pertama adalah sebuah kalung dengan bandul kerang berwarna biru yang sangat cantik, diatas kerang tersebut terdapat lima buah mutiara berwarna putih susu yang melengkapi.

Benda yang kedua adalah sebuah hiasan kepala yang terbuat dari besi yang bergaya seperti sulur-sulur daun, pada bagian tengahn terdapat sebuah permata berwarna hijau kebiru-biruan yang menjadi pusatnya di lindungi oleh besi yang melingkari permata itu. Sementara disisi kanan-kirinya terdapat beberapa buah permata kecil berwarna ungu yang menjadi pelengkap.

Benda yang ketiga adalah sebuah kerang dengan bentuk yang rumit. Kerang itu memiliki banyak warna, ada biru, cokelat hingga hitam, membuatnya terlihat sangat indah.

Kantung berukuran sedang itu ditaruhnya di salah satu sisi kosong yang berada di keranjang itu setelah mengembalikan memasukkan kembali isi darinya yang sempat dikeluarkan tadi.

Si bayi terbangun ketika merasakan ciuman Ibundanya, kedua bola safir cantik miliknya bersinar setenang lautan di samudra. Tangan mungilnya terulur keatas—meminta untuk digendong—namun tak dihiraukan oleh sang Ibunda.

Si pria yang sedari tadi hanya melihat akhirnya mendekati mereka. Pria itu mencium kening anaknya dengan sayang, lama.

"Ayo kita pergi, sayang. Dia akan segera datang sebentar lagi," ajak pria itu sambil memeluk pinggang si wanita yang tengah menahan tangis sambil sesekali melirik kearah laut yang tampak ada sebuah perahu yang tengah mendekat ke daratan, walau masih jauh.

Dengan berat hati mereka meninggalkan anak mereka disana, di tepi pantai. Secara perlahan ekor bayi itu berubah menjadi kaki layaknya seorang bayi manusia pada umumnya. Hingga akhirnya sebuah perahu mencapai daratan, seorang pria paruh baya dengan rambut berwarna putih turun setelah menurunkan jangkar agar si perahu tidak terbawa ombak.

Bayi itu mulai menangis karena kelaparan, karena memang hari sudah mulai beranjak senja. Semburat jingga memenuhi angkasa, matahari mulai terbenam di barat, memperindah suasana. Pria paruh baya yang mendengar suara tangis bayi itu mulai menyisir tepi pantai, hingga akhirnya menemukan seorang bayi yang di letakkan di dalam keranjang yang sudah dihias dengan baik.

Bayi itu menghentikan tangisnya ketika merasakan ada seseorang di sekitarnya. Ketika mata bayi itu terbuka, terlihatlah dua buah iris safir yang luar biasa indahnya, sampai-sampai membuat pria paruh baya yang tengah memperhatikan bayi itu terlena, terlalu terpesona akan kecantikan kedua iris safir yang seindah lautan itu.

Tanpa pikir panjang, pria paruh baya itu membawa bayi tersebut ke kediamannya.

.

.

.

"Tsunade.. Tsunade.. Kemarilah!" pria itu berujar ribut setelah memasuki kediamannya yang terbilang kecil itu.

Seorang wanita paruh baya keluar, "Ada apa Jiraiya, mengapa kau ribut sekali?" tanya wanita itu yang ternyata bernama Tsunade.

"Lihatlah bayi ini, cantik bukan?" tanya pria paruh baya itu yang bernama Jiraiya sembari menunjukkan seorang bayi yang tengah berada di dalam keranjang kecilnya.

Tsunade menyipitkan matanya, "Bayi siapa itu, Jiraiya? Kau berselingkuh?" tanya Tsunade dengan tatapan tajam.

Jiraiya meneguk ludanya susah payah, "Tidak, aku tidak berani. Bayi ini kutemukan di tepi pantai sana, bolehkah jika kita merawatnya?" tanya Jiraiya. "Aku berani bersumpah, demi Dewa, Tsunade, aku tidak berbohong!" kata Jiraiya lagi, membela diri, setelah menerima tatapan lebih tajam dari sebelumnya.

Tsunade menghela napasnya pelan lalu melihat kearah bayi yang sedang melihat kearahnya dengan tangan yang dimasukkan kedalam mulut. Tsunade tersenyum ketika melihat wajah polos bayi itu. Sedetik kemudian, Tsunade menggendong bayi itu lalu menciumnya dengan gemas.

"Baiklah, kita akan merawatnya. Dan sebelum itu mari kita beri nama dahulu," kata Tsunade dalam senyumnya.

"Mari kita mulai dari Aki? Aiko, atau Kimi? Jiraiya, kau pilih mana?"

"Clarissa? Atau Fumiko? Ah, tidak-tidak, bayi ini terlalu cantik, tidak sesuai dengan nama mereka,"

"Ah, bagaimana dengan Fuyumi? Musim dingin yang indah, sepertinya cocok untukmu,"

Jiraiya meringis ketika mendengar nama-nama buatan Tsunade, sepertinya tidak cukup baik.

"Bagaimana jika Naruto?" tanya Jiraiya sambil menunjukkan secarik kertas yang terbuat dari daun, bertuliskan 'Naruto N.'

Tsunade mengambil secarik kertas itu lalu mengerutkan keningnya, "Naruto N? N siapa?" Tsunade mengangkat kedua bahunya tidak peduli, "Entahlah, tetapi namamu sekarang adalah Naruto. Ya, hanya Naruto, sebelum nama belakangmu terungkap kebenarannya~"

"Mengapa tidak memakai nama belakang Senju saja, seperti dirimu?" Kali ini Jiraiya yang bertanya dalam kengenyritan dalam.

"Aku sudah membuang marga Senju setelah memutuskan menikah denganmu, ingat?"

"Ah, baiklah," Jiraiya menyudahi percakapan tentang Senju, karena pria itu tahu bahwa istrinya sangat sensitif dengan pembahasan itu. Jiraiya tersenyum kearah Tsunade, pria itu memeluk pinggang Tsunade "Mari kita besarkan Naruto dengan sebaik-baiknya!" Jiraiya berseru lalu mengecup kening Tsunade serta Naruto bergantian.

.

.

.

"Kau akan baik-baik saja bersama mereka, Naruto,"

"Ayah akan menjemputmu. Jadi tunggulah, dan jadilah anak yang baik agar kedua orang tua angkatmu tidak kesulitan."

"Ayah, Ibu, dan Kakakmu sangat-sangat menyayangimu, hanya itu yang perlu kau tahu."

.

.

.

TBC~~

Maaf pendek, baru prolog T.T Ini chapter percobaan. Klo banyak yang nggak minat, nggak bakal Dian lanjut di FFN. Tapi bakalan Dian publish di Watty dengan Karakter Original milik Dian sendiri.

Watty punya Dian : diandransh

Lanjut?

Or

Delete?

Review kalian sangat berarti untuk kelangsungan cerita ini.

Diandra Nashira

28-12-2016