"Reinkarnasi, saat dimana orang dialhirkan kembali. Prosesnya tak tentu dan bersifat misteri.

Hari ini jadi raja besok jadi rakyat jelata.

Hari ini jadi manusia besok jadi hewan.

Bahkan jenis kelamin dapat berubah, hal itu berlaku pada watak juga.

Ada yang percaya, nasib dikehidupan berikutnya ditentukan oleh kebaikan di masa kini.

Kalau buruk, akan turun kasta. Kalau baik, akan naik kasta dan berakhir di realm of endless—tempat para dewa, disana reinkarnasi berhenti.

Tapi itu hanyalah sebuah kepercayaan,

belum ada manusia yang dapat mengungkapnya, atau mungkin ada, tapi kesaksian itu tak masuk akal sehingga disangkal masyarakat."

Itu kata Deis, kakak Ershin, seorang cenayang…

Single Chapter: Reinkarnasi

Dihadapanku rambut itu dihembus angin seakan menari dengan anggun. Rambut itu perak, panjang, dan terikat seperti buntut kuda. Yang punya rambut itu mengenakan jeans yang robek akibat perkelahian tadi dan sabuk merah dengan gesper besar menyerupai setan bertaring, luka di sekujur tubuhnya dan kain pada torsonya yang terkoyak itu sudah jadi pemandangan yang biasa. Sudah dua bulan aku kenal dia, yah dia lumayan juga. Maksudku lumayan: hatinya baik meski terkesan 'songong'. Itu kesan pertama yang kudapat.

Mungkin deskripsi ini kurang jelas ya? Bisa, bisa, si pemilik rambut itu dianggap cewe lagi. Ha Menggelikan! Bukan cewe kok. Yang terang dia cowo. Cowo…yang membingungkan. Tapi, misalkan si rambut perak itu jadi cewe, mungkin dia akan menjadi cewe gahar yang memimpin sekampung geng motor. Ha Ha Ha…tentu saja yang barusan itu…hiperbola...? Soalnya dia sudah jadi ketua sebuah clan di area yang kami tinggali. Dia ketua di distrik satu. Dia ketua sekaligus pendiri Clan Yorae—nama clan kami.

Hei, Namamu siapa?

Namanya Fou-Lu. Nama kuno yang membuat image kuno tersendiri bagi dirinya.

Entah itu nama asli atau julukan dalam clan, aku tak pernah tanya lebih lanjut…dan aku tak ingin bertanya—apapun kondisinya. Lagian, nama dia sudah cukup aneh untuk kuingat. Nama dia juga memberikan sebuah efek keren pada pribadinya yang…ganda…entahlah, suatu kala kami sedang tertawa dan bercanda (bahkan dialah yang memulai) dalam singkat waktu ia bisa diam lalu pergi dengan senyuman pahit. Entah hanya aku atau gimana, tapi aku yakin senyum itu pahit.

Yah, intinya, aku tak mau tanya lebih lanjut mengenai namanya itu. Hn aku akan mati ketawa seandainya aku bertanya dan nama asli si rambut perak itu adalah Paijo atau Bejo atau Arjo.

Eits! Jangan salah ya, aku TIDAK mendiskriminasi nama orang. Selucu apapun itu terdengar, nama punya harapan tersendiri bagi orang yang memberikannya. Hanya ketiga nama yang baru kusebut memiliki kesan kuno yang berbeda - nama-nama itu terlalu baik untuk keanehan Fou.

Tinggal dimana kamu?

Sebuah rumah di pinggiran kota kecil di pulau antah berantah yang jauh dari kerajaan. Tepatnya di atas bukit terpencil. Anak-anak kampung yang sering bermain di situ berkata kalau mereka melihat adanya hantu, naga, phoenix, alien beserta UFOnya, dan lain-lain, dan sebagainya. Banyak lah. Aku sih cuek aja selama makhluk itu tak mengusik kehidupanku.

Kamu tinggal sendiri?

Kata Won-Qu, Fou-Lu itu seorang yatim piatu. Tak ada keluarga dan kebanyakan dari mereka sudah meninggal kecuali pamannya. Sebelum datang ke pualu ini dia tinggal di panti asuhan kecil di sebuah kota yang kecil pula bernama Synestia.

Kata Scias dan Ershin, dia tinggal bersama pamanya hingga beberapa tahun lalu, sebelum pamannya dipanggil oleh Kerajaan pusat untuk menghentikan sekelompok pembunuh bayaran yang menamakan diri mereka Charonade. Pamannya tidak kembali hingga sekarang, tapi Fou-Lu masih tinggal sendirian di puncak bukit 'keramat' itu.

Kata A-Tur dia masih meneruskan kebiasaan pamannya—berteman dengan alam dan masih merawat bukit itu dengan baik. Merawat bukit itu bersama Nina—burung Phoenix peliharaanya dan Ursula—rubah licik yang sensi.

Batu-batu nisan itu, milik siapa?

"Yang di ujung kiri itu Cray, dia harimau kesayangan paman. Kukunya tajam." Fou-Lu nyengir sambil menunjuk wajahnya yang terluka karena dicakar Cray. Begitu dia pernah cerita dulu.

"Yang di tengah itu milik ayah dan ibu." katanya sambil menunjuk makam yang ada di tengah. Wajahnya tidak menunjukkan kesedihan sedikitpun. Dia malah tersenyum konyol secara tiba-tiba, membuatku terkejut dan mengambil satu langkah menjauhinya, "tentu saja dua kuburan yang itu kosong hahaha... Paman dulu bilang kalau aku tak bisa membayangkan seperti apa ayah dan ibu, lebih baik aku menghadirkan mereka lewat barang atau hal lain. Yak! aku memilih membuat dua kuburan ini, hahahah."

Taukah kalian? aku langsung berusaha cari topik baru. Penjelasan dia tidak membantu menenangkanku sama sekali.

Err.. oh! lalu kalau yang itu? nisan siapa lagi yang kau buat?

"Makam itu aku yang buat, untuk Ryu, saudara kembarku…Mungkin."

Aku melongo melihat reaksi dia yang tiba-tiba nyengir tidak jelas lagi.

"Paman pernah mempertanyakan hal yang sama denganmu hehe. Menurutku, aku tak pernah tahu kalau aku punya saudara kembar. Aku tak pernah bertemu dengannya. Hehehe…tapi…Kau tahu, dia memiliki rambut biru alami? Katanya, itu akibat dari penyakit langka. Apa kau tahu nama penyakitnya?"

Aku menatap dia datar. Apa maksudnya?

Fou-Lu…kamu itu…tolol…atau…idiot…?

Tunggu, dia itu…tolol…DAN…idiot... Dia sendiri yang berkata kalau tak pernah bertemu dengan saudara kembarnya itu. Malah sekarang dia bercerita bahwa Ryu pernah berbicara padanya!

Melihat reaksiku dia hanya mengangkat bahunya dan kembali terdiam.

"Ryu dan aku, kami bertukar nasib…" katanya memecah keheningan, "…aku sudah sering hidup sebelumnya. Rasanya tidak adil kalau kamu selalu saja menjadi yang menghilang…" dia menatapku dengan cengir khasnya itu, "…itu kata Ryu."

Aku menghela nafas mendengar ceritanya yang makin absurd.

"Tapi aku yakin aku memiliki saudara kembar! Aku punya bukti!" Dia nyengir lagi, "Nina, dia peliharaan Ryu…mungkin…. Dia selalu bertengger di makamnya dari pagi buta lalu pergi saat matahari mulai terbenam…. Nina adalah bukti kalau Ryu itu ada. Tampaknya Ryu bahagia aku jadian denganmu, Mami!" Lanjut Fou-lu

Sesaat aku sulit bernafas. Kaget. Aku bisa membayangkan betapa merah wajahku sekarang. Kenapa dia bisa berkata-kata seperti itu dengan santai sih? dasar Fou-Lu tolol dan idiot!

Tapi aku menyukainya...

Aku merasa bila rasa suka ini datang karena sendirinya karena takdir…ah, jadi ingat percakapanku dengan Deis tadi.

Sial! Mikir apa barusan?! Penyakit mistis aneh Fou-Lu sepertinya menular.

…Ah…tapi…tak apa…itu yang kusuka dari dirinya… Aku menyayangi Fou-Lu, seabsurd apapun dia.


SELESAI

Akhirnya ditulis ulang setelah bertahun-tahun! LOL~

Terimakasih reviewnya zephyrus 123 :3

yah semoga tulisan ini lebih enak dibaca.