The Enchanted Memories
Chapter one
Old idea (the story which i've deleted), but new story, or maybe the real story of my idea. Full of change!
Pair : Kaito X Luka as the main character (and maybe there's other main character. But the important are Kaito and Luka)
The real genre : Fantasy, Romance, Hurt/comfort, friendship
Vocaloid owned by Yamaha, but this story is mine.
Warn: bahasa tdk ssuai dgn EYD maybe, OOC?
"Maafkan aku, Lucia.."
"Tidak Kyte.. Tidak.."
Harapan kami hanyalah.. Kami terlahir kembali. Dan mengulang semuanya kembali, menyelamatkan dunia ini..
Kaito POV
Aku terbangun dari tidur lelapku semalam. Sebenarnya juga tidak terlalu lelap, karena aku merasa pusing entah kenapa akhir-akhir ini, ditambah dengan mimpi-mimpi aneh yang mengunjungiku akhir-akhir ini.
"Hnnn.."
Aku merasakan pipiku sedikit basah. Dan benar, ternyata semalam aku mimisan. Bantalku pun kini menjadi bernoda merah..
Entah kenapa aku juga menjadi sering mimisan..
Melihat jam yang tergantung di dinding membuatku sadar jika aku harus segera bersiap-siap untuk ke sekolah. Akhirnya dengan malas aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi.
Kyte? Lucia?
Sebenarnya ada apa dengan nama itu? Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu memimpikan nama itu. Apa itu ada hubungannya denganku?
Setelah selesai aku segera menuju ruang tamu untuk sarapan. Disana sudah ada beberapa maid yang sedang menyiapkan makanan sementara kakakku juga memakan sarapannya.
"Selamat pagi Kaito"
"Pagi kak.."
Setelah itu aku duduk dan memakan makanan yang sudah disediakan.
Sebenarnya makanan ini enak.. Tetapi akhir-akhir ini lidahku seperti mati rasa. Makanan yang ku makan, menjadi sedikit hambar. Atau mungkin memang aku sudah kehilangan nafsu makanku.
Setelah itu aku pamit pada kakakku Taito dan melangkahkan kakiku menuju mobil dan berangkat sekolah bersama supir pribadiku. Sebenarnya aku malas untuk sekolah. Kepalaku sangat pusing, namun itu sudah berjalan beberapa hari dan kurasa tidak apa-apa, selama aku tidak pingsan..
Aku langsung memasuki gedung sekolahku begitu sudah sampai, dan mendapat beberapa sapa an dari gadis-gadis yang mengaku sebagai fangirlsku, tetapi aku tidak memperdulikan mereka. Bangunan sekolahku yang ala istana London dan besar itu, membuat aku lelah menaiki tangga besar dan panjang itu. Sebenarnya biasa saja, hanya karena sekarang kepalaku benar-benar pusing.
Aku berhasil menaiki setengah dari tangga sekolah, dan kemudian aku berhenti.
Aku memegangi kepalaku sesaat, dan.. Entah aku jatau tidak, yang pasti kemudian aku tidak sadarkan diri..
Saat sadarkan diri, yang kutahu aku tidak berada di sekolah lagi. Melainkan berada di rumah sakit, yaa!
Ini adalah ruang kerja kakakku. Dia adalah dokter syaraf. Kenapa aku bisa ada disini? Apa setelah kejadian tadi aku langsung dibawa ke rumah sakit?
Aku mencoba untuk duduk. Kepalaku terasa sangat pusing. Dan aku melihat bekas suntikan yang digunakan untuk tes darah. Apa itu tes darahku?
Samar-samar aku mendengar suara kakakku menelpon seseorang..
"Iya bu. Aku juga tidak mengerti mengapa Kaito sampai seperti ini! Aku berusaha mempercepat mendapat hasil dari tes darahnya, dan hasilnya positif Kaito menderita 'Kanker Darah!'. Memang akhir-akhir ini aku mengetahui bawa dia sering merasa tidak enak badan, namun dia selalu tidak pernah mau diperiksa dan berkata tidak apa-apa, untung saja pihak sekolahnya memberitahukan hal ini padaku. Aku bingung bagaimana harus mengatakannya.. Sungguh..", dan nada bicara kakakku terdengar frustasi dan sangat sedih.
Kanker? Jadi aku mengidap Kanker darah?
Pantas saja dia mau menelpon ibuku. Setahuku, dia sudah tidak sudi lagi berhubungan dengan anggota keluargaku. Ternyata dia melakukan itu untuk memberitahukan hal konyol ini. Hahahaa.
Aku jadi ingat. Akhir-akhir ini aku kan sering mimisan? Dan aku juga merasa pusing. Ternyata semua ini adalah kanker darah!
"Baru stadium awal. Aku akan berusaha semampuku.. Yaa.. Akan kuusahakan yang terbaik untuknya. Ini adalah bidangku, dan aku akan membuatnya sembuh.", lanjut kakakku lagi. Kemudian dia sedikit berbincang dengan ibuku.
Haaahh.. Jangan sampai jika kau terlalu bekerja keras dan hasilnya sia-sia. Jarang ada orang yang terkena kanker bisa sembuh. Aku tidak peduli dengan penyakit ini. Aku tidak menganggap penyakit ini mengancam hidupku dan memiliki misi untuk sembuh. Aku tidak peduli bisa sembuh atau tidak. Jika aku harus mati.. Ya jalani saja.
Kakakku mematikan teleponnya, lalu berjalan kearahku. Dan dia terkejut melihat aku yang sudah sadar sepenuhnya dari tadi..
"Ka-kaito..?", sepertinya dia tidak berani berkata.
"Apa?", tanyaku heran.
Dia menundukkan kepalanya. Entah kenapa, wajahnya sangat sedih.
"Kau pasti sudah mendengar semuanya kan? Tenang saja Kaito, aku akan mengusahakan yang terbaik untukmu! Aku akan membuatmu sembuh!", kata Kakakku.
Aku tidak menjawabnya.. Aku tidak peduli dengan penyakit ini.. Jadi ya, lakan sesukamu saja.
Dengan wajah kusut kemudian kakakku pergi meninggalkanku. Kugerakkan tanganku dan aku baru merasakan ada infus yang sudah tertancap di tanganku. Bagus!
"Uughhh.."
Memang aku sering keluar masuk rumah sakit karena kondisi badanku yang lemah. Namun untuk pertama kalinya, aku membenci rumah sakit. Biasanya rumah sakit sudah seperti hotel untukku. Namun sekarang? Bagai penjara~
Dan sekarang, aku adalah penghuni resmi di rumah sakit ini..
Aku menjadi ingat, pengobatan kanker mana ada yang cepat dan singkat? Semuanya selalu memakan waktu bertahun-tahun.
Sekarang umurku 16tahun. Kira-kira aku akan menjalani pengobatan kurang lebih setahun. Dan saat umurku 17 tahun, 'mungkin' baru bisa keluar dari rumah sakit ini.
Bagaimana... Dengan janji yang kubuat dengan gadis berambut pink itu?
Walaupun sudah berlalu bertahun-tahun, aku tetap menganggapnya benar-benar janji yang sangat penting. Dan terkadang aku juga memikirkannya, bahkan mengingat-ingat kenangan kita kembali.
Tetapi aku juga menyesal membuat janji itu.. Apakah ada kemungkinan dia tidak ingat padaku? Atau dia masih menungguku hingga saat ini?
Flashback
Malam ini adalah malam natal. Seharusnya malam ini menjadi malam yang indah.
Namun tidak untukku..
Aku dan kakakku Taito, baru saja keluar dari rumah kami.
Diusir? Tentu saja bukan. Kami 'kabur' dari rumah.
Kami tidak bertengkar. Kakakku hanya membentak beberapa anggota keluargaku karena pikirannya sudah kacau, namun mereka menjawab dengan santai. Ayahku malah membiarkan kakakku untuk melakukan semua yang dia inginkan, dengan nada bicaranya yang halus dan ramah seperti biasanya.
Sedangkan aku? Hanya diam sambil mengikuti apa yang akan kakakku lakukan..
Kakakku sudah muak dengan semua ini. Dia lelah dengan tradisi keluargaku, bahkan menyuruh kami untuk mengikuti jejak mereka.
Keluargaku adalah.. Pembunuh bayaran legendaris yang tidak pernah ketahuan dan tidak terlacak siapa sebenarnya. Kemampuan kami sangat diakui karena keahlian membunuh kami yang bisa membunuh orang tanpa senjata, bahkan membunuh seseorang tanpa membuatnya mengeluarkan darah. Hanya saja kami dikenal sebagai keluarga pembunuh bayaran misterius, bahkan untuk menyebutkan nama kami saja, sepertinya mereka tidak berani?
Dibalik semua itu, keluargaku menggunakan topeng. Ayahku adalah pemilik beberapa perusahaan ternama, dan ibuku adalah mantan seorang aktris terkenal yang hingga saat ini wajahnya masih cantik dan awet muda. Banyak orang yang mengenal keluarga Shion sebagai orang yang kaya raya dan dornatur terbesar di beberapa tempat. Tetapi, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya..
Kakakku Taito ingin menjadi seorang dokter, dan dia sangat muak dengan ajaran keluargaku. Semua yang ada di keluargaku dilatih keras menjadi kuat, dan diajarkan berbagai macam teknik membunuh yang hebat, sampai dengan membunuh tanpa mengeluarkan darah sama sekali.
Aku dan kakakku Taito sebenarnya bisa membunuh dengan mudah, bahkan melebihi pembunuh-pembunuh kelas kakap. Membunuh dengan satu tangan, itu adalah hal yang mudah bagi kami. Banyak sekali trik membunuh yang ada di otak kami walau kam tidak pernah menggunakannya. Kami juga menjalani latihan yang 'kejam' untuk dapat membunuh dengan mudah, dan membuat kami tidak bisa terbunuh dengan mudah. Namun kami benar-benar tidak ada yang ingin menjadi pembunuh bayaran, atau bisa dibilang kami membenci hal itu.
Kakakku selalu bermimpi untuk menjadi dokter dan menyelamatkan orang. Yang dia inginkan adalah menyelamatkan nyawa manusia, bukan mengakhirinya.
Aku yang tidak tau ingin menjadi apa, hanya mengikuti kakakku saja. Tetapi memang, aku tidak berniat untuk menjadi pembunuh bayaran. Aku tidak suka menghilangkan nyawa manusia. Dan lebih lagi, hal itu membuatku TRAUMA!
Akhirnya kami pergi dari rumah keluarga Shion. Ayah dan ibu tidak mencabut hak waris kami, bahkan kartu kredit dan tabungan tidak disita. Dan pergilah kami..
Sebenarnya kakakku masih bingung ingin kemana. Dia mengatakan akan pergi meninggalkan Jepang, namun dia juga memikirkan resikonya.
Karena kami bingung dan galau parah, pergilah kami ke gereja. Selain karena ini malam natal, dan kami juga bingung harus bagaimana lagi.
Pikiranku sangat kacau sehingga tidak bisa konsentrasi. Dan sayup-sayup, aku mendengar suara tangisan dari belakang gereja.
Aku penasaran dengan suara itu. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke belakang gereja.
Yang kudapat adalah pohon besar. Tetapi aku tau jika ada seseorang di belakang pohon itu.
Aku mencoba mendekatinya diam-diam. Dan ternyata.. Ada seorang gadis kecil yang sepertinya berusia denganku?
Rambutnya berwarna merah jambu, panjang dan indah. Halus sekali. Belum pernah kulihat rambut alami sebagus rambutnya (mungkin karena semua orang yang aku kenal sudah mengubah rambut aslinya?).
Kuamati gadis itu diam-diam. Dia terus menangis. Tetapi tangisannya beda dengan tangisan orang-orang biasanya.
Terlihat dari wajahnya jika dia benar-benar sedih. Ya, sangat sedih.
Kemudian dia menoleh ke tempat aku memperhatikannya. Hebat! Seorang Shion Kaito yang selama ini tidak pernah ketahuan jika mengamati seseorang, diketahui oleh seorang gadis berambut merah jambu.
"Sampai kapan mau menjadi stalker?", katanya ketus.
Aku pun keluar dari tempat persembunyianku. "Siapa juga yang ingin jadi stalker terus?", dan aku mendekatinya.
Kuambil sapu tanganku dari kantongku dan memberikannya padanya.
Sepertinya kami sama-sama kacau sekarang. Hanya saja aku tidak bisa mengungkapkannya.
"Terima kasih.."
Wow! Gadis yang baru saja sangat judes ini mengucapkan terima kasih? Hebat!
Aku tidak berminat untuk bertanya kenapa dia menangis, karena dia pasti tidak akan memberitahukannya.
"Kau hebat sekali.."
"Kenapa?
"Sudah lama aku menangis disini dan hanya ada satu orang yang menyadarinya.."
Ya memang wajar. Dia menangis di belakang pohon yang belakangnya menuju.. Hutan?
"Dan kau juga orang pertama yang menyebutku stalker. Karena selama ini aku tidak pernah ketahuan~"
Dia tersenyum. Aku juga..
Dan dia tertawa.. Dan aku juga menjadi tertawa.
Seperti baru kehilangan beban kami sepertinya?
Kami berbincang-bincang sedikit setelah itu.. "Hoi ini saatnya kita pergi..",kata kakakku yang sepertinya tidak kalah stalkernya denganku. Buktinya dia bisa menemukanku disini?
"Ah baiklah.. Maaf, aku harus pergi..", dan aku berdiri.
"Ah sapu tanganmu! Tapi...", dia melihat sapu tanganku yang sudah basah dengan air matanya itu.
Aku tersenyum.
"Kita akan bertemu lagi kan? Kembalikan saja pada saat itu~", kataku.
"Kapan?"
"Lima tahun lagi. Disaat seperti ini, malam natal. Di tempat ini. Setuju?"
Aku berpikir bahwa kita akan pergi hingga ke luar negri. Dan aku akan mendapat kebebasan sepenuhnya pada saat berumur tujuh belas tahun bukan?
Dia menatapku heran. Lalu menggenggam erat sapu tangan pemberianku, dan mengangguk.
"Ya. Akan kutunggu..", dan akupun pergi meninggalkannya.
Sampai didalam mobil, baru kusadari betapa bodohnya aku..
Aku lupa menanyakan namanya!
Flashback end
Dan mengingat hal itu, membuatku semakin sadar jika aku benar-benar bodoh. Kalau saja aku tau jika kita tidak akan pergi keluar negri, mudah bagiku untuk bertemu dengannya kembali! Bahkan setiap saat!
Ditambah dengan penyakit ini. Apakah aku mampu menepati janjiku pada gadis berambut merah muda itu?
"Lucia!"
"Ky-Kyte.."
"Bertahanlah!"
"Kau juga terluka, Kyte.."
"Jangan banyak bicara! Tunggulah Lucia!"
Arghhh! Ditambah lagi dengan ingatan suara yang merasuki otakku itu. Lagi-lagi!
Sejak bertemu dengan gadis itu, terkadang aku selalu dibayang-bayangi oleh kata-kata 'Kyte' dan 'Lucia' itu! Apa yang terjadi padaku sebenarnya? Kepalaku menjadi pusing! Dan semuanya gelap! Entah kenapa kepalaku semakin sakit hingga aku memeganginya.
Kyte? Lucia?
...
To be continued
Kyte dan Lucia akan dijelaskan di chapter-chapter berikutnya :D
Mind to review? thankyouu :D
