Aku Namikaze Naruto, kelahiran Jepang 17 tahun lalu. Anak pertama dari Namikaze Minato, ayahku dan Namikaze Kushina, ibuku. Aku memiliki adik perempuan bernama Namikaze Naruko. Tentang diriku… rambut pirang model spike dan mata biru karena ayahku blasteran Jepang-Jerman yang terlihat bule 'banget'. Aku perfeksionis, penyendiri, berotak cerdas dengan banyak kelebihan dari akademis sampai dengan non-akademis serta berjuta pesona, dengan kelemahan berkomunikasi. Bersekolah disebuah sekolah swasta favorit. Konoha Senior High School. Kelas 2-B.

Sebelumnya aku tinggal dan bersekolah di Amerika selama 3 tahun hanya berdua dengan ayahku karena ayahku memimpin sebuah proyek disana, mungkin untukku pribadi itu adalah waktu untukku mendapatkan ijazah Junior High School diluar negeri saja. Aku dan ayahku tidak tinggal bersama ibu dan adikku yang tinggal di Jepang, dengan kata lain kami terpisah bukan karena mereka bercerai, mereka harmonis dengan ikatan yang erat seperti dalam drama-drama keluarga bahagia. Aku ikut dengan ayahku karena aku sangat dekat dengan ayah. Hingga saat kelulusan dari Junior High School aku kembali ke Jepang yang merupakan tanah kelahiranku karena ayahku memimpin sebuah proyek di Jepang, namun kini aku hanya tinggal bersama dengan adikku karena 2 bulan lalu ayahku mendapatkan proyek kembali diluar negeri dan ibuku memutuskan untuk berhenti dari karirnya untuk menemani ayahku, lebih cocoknya mengawasi ayahku karena sekretaris ayahku yang baru adalah seorang wanita pirang lajang sexy dengan maksud lain 'A blonde women with Hot-Big-Boobs' bernama Samui. Membayangkannya… Oh man. She has the biggest boobs I ever seen in the world. Mengertilah karena aku laki-laki normal.

Sebelumnya aku menulis kekurangan dalam berkomunikasi? Akan kujawab, itu bukanlah masalah bagiku. Baiklah, itu akan terjawab alasannya dalam tugas esai dari sensei cantik namun masih lajang yang juga wali kelasku ditahun ajaran keduaku ini.

Kehidupan sekolah? Berteman, berkomunikasi, menjalin hubungan dekat dengan seseorang atau beberapa yang akan menjadi temanmu untuk selamanya, membuat kelompok dimana kau bisa menghabiskan waktu yang lama bersama dan saling menjahili untuk kesenangan. Tetapi kehidupan sekolah yang kualami? Oh, Man. Could you imagine it? It's so fucking freak.

Kehidupan remaja sekolahan pastinya tidak akan selalu menyenangkan seperti yang terlihat dari anime-anime bertema school life maupun slice of life yang pernah kutonton. Mengapa demikian? Kembali pada definisi dari berteman. Berteman? Seperti slogan dari The Three Masker, yaitu 'One for all.' Yang bagiku itu berdefinisi 'Satu ditumbalkan untuk kebaikan semua.' Itulah yang sering kulihat dari mata kepalaku sendiri saat berada disekolah. Kenyataan tidak seperti pada anime, bukan?

Kehidupan sekolah berhubungan dengan masa remaja penuh semangat. Masa dimana melakukan banyak kesalahan, membuat relasi yang menyenangkan, membuat mimpi yang tinggi, saling membuat rahasia bersama, melakukan hal bodoh yang bagi mereka terlihat sangat menyenangkan bagaikan memutar kutub utara dengan kutub selatan, hal yang salah menjadi benar dan benar menjadi salah. Mereka beralasan itu adalah bumbu dari masa remaja yang meyenangkan.

Apakah aku kurang bergaul yang menyebabkan aku berpikir demikian? Mungkin jawabannya adalah iya. Tidak ada yang bergaul denganku disekolah yang lebih mirip dengan rumah sakit jiwa yang banyak sekali orang-orang berpikiran bodoh dan bukannya aku tidak mencoba untuk bergaul tetapi saat aku mencoba aku sudah bisa merasakan efek dari slogan The Three Masker yang membuatku urung untuk bergaul dan lebih memilih menyendiri hingga saat ini. Kehidupan sekolah yang dimana mereka yang berada didalamnya memakai topeng tersenyum tetapi tidak tahu apa yang sebenarnya. Jadi kekurangan dalam berkomunikasi bukan masalah karena lebih baik menyendiri daripada bergaul disekolah yang menurutku seperti rumah sakit jiwa ini.

Naruto's point of view

"Yosh, tugas selesai kini saatnya berperang!" Ucapku dengan penuh semangat lega karena sebuah tugas yang menurutku adalah tugas yang termerepotkan. Mengapa merepotkan? Karena itu hanyalah esai untuk perkenalan dengan wali kelasku dengan menambahakan sedikit opini tentang kehidupan sekolah, padahal perkenalan cukup dengan memberitahu nama masing-masing itu sudah bisa dibilang saling mengenal.

Hah~ aku lebih memilih untuk mengerjakan pelajaran kalkulus sesulit apapun daripada tugas Pengetahuan Sosial karena aku tak pandai bersosialisasi.

Tugas Pengetahuan Sosial itu adalah tugas laknat yang membuatku yang merupakan laki-laki perfeksionis, cerdas dan ganteng maksimal dengan segala kelebihan serta berjuta pesona, kecuali komunikasi ini harus bergabung dengan klub sosial disekolah yang berisikan seorang kouhai 'Fujoshi' bersurai seperti warna jeruk, dan seorang gadis 'Tsundere' pirang pucat yang aneh meski harus kuakui kedua gadis itu manis dan cantik tetapi tetap saja prespektifku adalah They are so fucking freak.

Sejujurnya aku bisa saja lepas dari klub dengan syarat aku ikut berpartisi pasi selama setahun penuh dalam tahun keduaku disekolah ini dalam klub atau memperbaiki esai yang kutulis berdasarkan kisahku pribadi namun tetap saja untuk opsi kedua aku tetap harus menjadi bagian dari klub sembari membuat perbaikan esai.

Bangkit dari meja belajar menuju meja komputer untuk bermain game perang favoritku. Call Of Dirty. Meski aku sudah menyelsaikan 3 seri Modern Warfare yang merupakan trilogy yang menurutku adalah game perang terbaik sepanjang masa, peduli setan karena grafik dari game itu masih kalah dengan game Battle killed 4, karena menurutku sebuah game tidak harus menampilkan grafik yang memukau tetapi harus memiliki jalan cerita yang menarik.

"Yosh, saatnya bertempur!"

"Nii-Nii, besok antar aku kesolah ya. Bantu aku membawa barang-barang untuk klub." Terdengar suara malaikat yang meminta pertolonganku untuk besok.

"Iya, besok Nii-Nii bantu" Jawabku pada malaikat itu. Malaikat itu adalah adikku. Namikaze Naruko. Gadis manis bersurai pirang panjang dengan model twin-tail dan iris mata yang sama denganku. Aku dan Naruko terlihat seperti kembar tetapi percayalah dia berusia 1 setengah tahun dibawahku. Gadis manis yang sedikit tsundere yang selalu kujaga dari laki-laki yang mencoba mendekatinya. Masa bodoh aku disebut 'siscom' karena aku lebih memilih disebut seperti itu daripada adikku tersayang tersakiti.

"Yosha. Ayo bertempur." Ucapku semangat sambil memulai game perang favoritku.

Naruto's point of view. End

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Story: Baka DimDim

Damn! It's So Fucking Freak!

Drama/General(Campuran)

Warning: AU, OOC, Typo, No-EYD, SmartNaru, SchoolLife, SliceOfLife, Harem(Maybe). etc

~Don't Like, Don't Read~

Seorang laki-laki bersurai pirang berseragam berupa kemeja putih berdasi yang dibalut blazer hitam dan celana hitam panjang serta sepatu hitam yang merupakan ketentuan dari sekolah. Ia berjalan santai masuk kedalam sekolah itu. Laki-laki dengan surai pirang, mata biru yang terlihat malas, datar atau mungkin mengantuk. Berjalan dengan santai dengan tangan kiri yang masuk kedalam saku kiri celana dan tangan kanan yang menggantungkan tas sekolahnya dibahu kanannya.

'Ah, ya aku membawa tugas perbaikan esai itu.' Batinnya ketika terlinatas kalau ia tidak membawa tugas perbaikan esai yang ia buat semalam namun ia membawanya.

'Semoga perbaikan pertama esai ini bisa diterima.' Ia mengingat sebuah tugas perbaikan esai pengenalan diri dan tentang pandangan pribadi tentang kehidupan sekolah yang diberikan sang guru yang menyebabkannya terlibat dalam klub.

Didepan pintu masuk gedung sudah terdapat seorang gadis cantik bersurai indigo dengan model pony-tail dengan seragam sailor hitam bersama seorang laki-laki bersurai hitam dikuncir seperti nanas dengan serangam yang sama persis dengan milik laki-laki bersurai pirang itu. Di bahu kiri gadis dan laki-laki berkuncir nanas itu terdapat sebuah pita merah besar bertuliskan 'Kedisiplinan'

Naruto's point of view

Ini adalah hari pertamaku terlambat untuk sekolah. Entahlah bagaimana aku harus menghadapi ini. Aku hanya seorang laki-laki perfeksionis dengan otak cerdas dan ganteng maksimal dengan segala kelebihan lainnya dalam bidang apapun ya mungkin dengan sebuah kekurangan, yaitu berkomunikasi.

Aku memandang kearah depan, tepatnya kearah komite kedisiplinan sekolah. Apa aku akan mendapat hukuman? Aku tak terbiasa bahkan tidak pernah dihukum disekolah.

Aku berhenti beberpa langkah didepan dua orang komite kedisiplinan sekolah. Mengeluarkan tangan kiriku dari saku celana lalu menlihat kearah jam yang melingkari pergelangan tangan kiriku. Jam 8 kurang 10 menit. Andai aku tidak mengantar adikku kesekolah aku pasti tidak terlambat meski aku sedikit kesiangan karena bermain game perang favoritku itu, tetapi aku tidak akan menyalahkan adkikku tersayang karena memang salahku yang bermain game sampai pagi.

Naruko, sekolah yang rajin ya meski kau agak tsundere seperti Kaa-san tetapi Nii-Nii percaya Naruko cerdas seperti Nii-Nii.

'Nii-Nii, Okaeri.'

'Nii-Nii, Oyasumi.'

'Nii-Nii, Ohayou.'

Oh, astaga, aku terbayang wajah imut adikku disaat-saat seperti ini. Siscom milikku kumat meski tidak ada adikku.

"Kau bisa melihat kearah jam besar yang ada diatas pintu masuk ini. Namikaze Naruto-kun." Terdengar suara feminim masuk kedalam pendengaranku. Sejujurnya aku tidak mengenal dua orang komite kedisiplinan didepanku ini. Tetapi mengapa gadis itu mengenalku? Apa aku ini cukup terkenal? Who care? Harus kuulangi aku adalah laki-laki perfeksionis, cerdas dan ganteng maksimal dengan segala kelebihan serta berjuta pesona, sudah pasti banyak yang melihat kagum padaku serta banyak gadis yang jatuh hati padaku namun memilih diam karena aku selalu menatap datar siapa yang mau mengenalku lebih. Masa bodoh aku dibilang narsis dan sok jual mahal tetapi tak ada yang menyebutku demikian kecuali adikku tersayang.

Kuperhatikan kearah kedua komite kedisiplinan didepanku. Kulihat gadis itu tidak tersenyum sama sekali padaku dan hanya menatap datar padaku seperti aku menatap kearahnya, sejujurnya aku tidak ingin menatap datar tetapi apa mau dikata, aku mengantuk dan opiniku kurasa ia akan manis bila tersenyum karena wajah juteknya sudah memancarakan pesona imut tersendiri dan bila tersenyum bisa saja aku jatuh hati padanya, mata dengan iris bagai mutiara berwarna lavender, surai indigo model pony-tail, poni rata, anak rambut yang berada disisi kiri dan kanan wajahnya, bibir sewarna peach, hidung yang pas dan pipi gembil serta tubuhnya yang… cukup, ini masih pagi.

Lalu mengalihkan sedikit pandanganku untuk melihat orang komite kedisiplinan yang laki-laki itu… Oh my God, Ini sudah hampir jam 8 pagi tapi wajahnya mengantuk sekali, lebih mengantuk dariku. Tidur jam berapa dia semalam atau dia tidak tidur?

"Maaf, kalau aku melihat kearah jam yang ada disana akan mensia-siakan jam tangan yang sudah kubeli." Ucapku jujur, bila kutidak melihat kearah jam tanganku itu akan mensia-siakan uang yang kugunakan untuk membelinya.

Kulihat kearah gadis komite kedisplinan sekolah itu menatapku sinis. Oh ayolah, apakah aku salah dengan ucapanku?

Laki-laki berkuncir itu maju beberapa langkah lalu memberikan sebuah buku hitam yang kuterima dengan heran.

Apa ini? Death Note? Aku harus menulis namaku sendiri dalam Death Note? Kau gila? Atau aku yang mulai gila karena mengantuk ini?

Aku menatap laki-laki berkuncir itu untuk memberi tanda aku harus apa.

"Tulis namamu dan tanda tangani itu, itu adalah catatan pengakuan pelanggaran. Ini pertama kali untukmu, poin sanksimu kini bernilai 10 poin. Sangsi akan diberikan bila poin sudah mencapai 80 dan pra-sangsi akan diberikan bila poin sudah mencapai 75. Merepotkan."

Aku hanya menatapnya heran. Jika bagimu ini merepotkan mengapa kau tidak berhenti melakukan tugas ini?

"Aku mengerti." Ucapku lalu segera menandatangani buku hitam yang sebelumnya kuanggap ini Death Note.

Kukembalikan buku itu pada laki-laki berkuncir itu.

"Boleh aku masuk sekarang?" Ucapku santai. Aku ingin segera duduk dan bersandar dikursiku.

Kulihat laki-laki itu mengangguk. Kemudian aku berjalan melewati laki-laki itu dan tanpa sengaja aku melihat mata dari gadis komite kedisiplinan yang juga sedang menatap kearah mataku.

"Namikaze-kun. Kuharap kau tidak melupakan tugas perbaikan esaimu yang diberikan Mei-sensei minggu lalu. Itu bisa membuat kita bertemu lagi diruang konseling." Ucapnya dengan nada biasa. Aku hanya heran menatapnya. Apa ia sekelas denganku? Oh, mungkin sensei juga memberikan tugas yang sama pada kelas lain lalu ia juga senasib denganku dan tentu saja aku tidak melupakannya tugas itu karena tugas itu yang membuatku harus menulis sebuah kata-kata dengan pandanganku yang mengerikan tentang kehidupan sekolah serta masuk kedalam klub sosial disekolah yang berisikan 2 gadis aneh.

'Tenang saja nona komite kedisiplinan, kita tidak akan bertemu diruang konseling karena tidak mengumpulkan esai, karena Mei-sensei memperlakukanku dengan spesial. Dengan kata lain aku harus mengumpulkan esai pribadiku tiap bulan mengenai kegiatan klub.' Ingin aku mengucapkan itu padanya, namun aku terlalu malas sehingga aku hanya menganggukan kepala lalu berjalan menuju kelas. Sialnya aku lupa untuk melihat name tag dari dua komite kedisiplinan itu namun biarlah.

"Jangan mengganti warna rambutmu. Kau seperti brandal bila rambutmu pirang seperti itu."

What the… hei ini rambut asli. Bicaralah pada ayahku tentang rambut pirang ini. Aku berhenti sejenak tanpa menoleh kebelakang.

"Please, talk to my father about this." Ucapku sambil mengusap rambutku sendiri. Pagi yang indah untuk bersantai meski sedikit menyebalkan.

"Fuuki Iinchou, Ini bukunya. Soal rambut laki-laki itu, dia blasteran jadi itu rambut asli."

"Ah. Iya-ya-iya aku tahu itu. Tidak perlu kau beritahu, Nara-san."

'Fuuki Iinchou?' Berjalan santai namun aku masih bisa mendengar pembicaran kedua orang dari komite kedisiplinan dan ternyata gadis itu ketua komite kedisiplinan. Sejujurnya aku tidak tahu siapa saja siswa yang menjadi bagian dari komite bahkan aku tidak tahu siapa yang menjadi Seito Kaichou (Ketua OSIS) disekolah ini.

Berbicara dengan tatapan sinis lalu saat tahu kenyataannya ia salah tingkah dan berbicara dengan gaya sedikit malu serta gengsian. Tipikal gadis Tsundere seperti Kaa-san.

Naruto's point of view. End

Drtt… Drtt…

Getaran ponsel dari saku blazer hitam Naruto menjadi atensi Naruto. Selagi belum berada dikelas ia berniat untuk membacanya sekarang. Berhenti sejenak lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponsel pintar yang menunjukan ada sebuah pesan masuk.

"Fujoshi." Gumam Naruto membaca siapa pengirim pesan.

'Naruto-kun, saat istirahat kita akan rapat.'

'Oh, astaga… baru berkenalan kemarin tetapi dia sudah memanggilku dengan suffix seperti itu. Apakah ia lupa kalau aku ini senpainya?' Batinnya setelah membaca pesan dari seorang gadis dengan nama 'Fujoshi' pada kontak ponsel pintarnya.

Flashback

Sebuah ruangan dengan cat serba putih dengan sofa yang nyaman untuk diduduki. Terlihat seorang wanita bersurai cokelat kemerahan panjang tengah duduk sambil menyilangkan kaki kanannya menyilang diatas kaki kirinya sehingga paha dari wanita itu terlihat cukup jelas karena rok pendek yang digunakan wanita itu. Tangan wanita terlipat didepan dada, dengan dada besar yang tercetak akibat tekanan dari lipatan tanganya sehingga kemeja putih dan blazer hitam yang membalut tubuh wanita itu terasa 'penuh' (?).

Didepan wanita itu terdapat seorang laki-laki bersurai pirang dengan mata biru yang memandang dengan malas. Laki-laki itu terlihat tidak tertarik dengan alasan mengapa ia ada ditempat itu.

Suasana yang sebenarnya terasa sejuk karena AC ruangan yang masih berkerja dengan baik seolah tidak mampu menyejukan tubuh laki-laki yang terlihat 'gerah' karena wanita didepannya itu.

'Oh, astaga 'gerah'nya. Mimpi apa aku semalam sehingga dijam istirahat yang mengharuskan aku untuk bersantai sendiri menjadi seperti ini, tak pernah terpikir olehku menghabiskan jam istirahat didalam ruang guru yang 'hum…sexy' seperti ini.'

"Jadi kau sudah menyadari alasan apa aku memanggilmu?" Wanita dengan name tag Mei Terumi yang tertempel pada blazernya.

"Sensei, itu hanya esai yang kubuat untuk menyelesaikan tugas yang sensei berikan. Apakah sensei memanggilku keruangan ini karena esai yang kubuat tidak sesuai dengan keinginan? Jika aku sudah tahu akan seperti ini baiknya aku tidak membuat esai yang sensei minta." Ucap laki-laki itu dengan santai.

Seketika nada santai yang dibuat oleh laki-laki bersurai pirang itu membuat suasana menjadi terasa mencekam. Terasa hawa tidak mengenakan terpancar dari guru bernama Mei Terumi.

'Astaga hawa ini sama menyeramkan dengan Kaa-san saat marah. Pantas dia belum menikah sampai melewati usia matang bila dia pemarah seperti ini. Sensei, laki-laki seperti ayahku sangat langka, karena mau menerima wanita yang menyeramkan.'

"Namikaze Naruto, kau tidak mengikuti klub apapun, bukan? Bagaimana kalau nilai pelajaran pengetahuan sosialmu sensei ganti dengan kontribusi yang kau berikan untuk klub dan membuat esai yang harus kumpulkan tiap bulan tentang kegiatan klub? Ah, dan kau bisa juga membuat perbaikan esai yang sesuai dengan keinginan sensei bila kau ingin berhenti dari klub kurang dari setahun."

'Oh, astaga. Pandangan matanya seperti psikopat.' Batin laki-laki bernama Namikaze Naruto itu.

"Bagaimana?" Tanya sang guru tentang persetujuan Naruto.

Naruto menelan ludahnya dengan paksa entah mengapa dan entah dari mana ada sebuah pisau yang terlihat bertengger manis dalam genggaman Mei Terumi.

Naruto menatap langsung mata Mei. Mei masih tersenyum pada Naruto.

'Senyum manis serta pandangan yang mengerikan bagai psikopat, aura yang mencekam dari tubuh 'sexy'nya dan rasa panas 'gerah' karena penampilan 'Bitchy' yang kulihat darinya… Oh. 'Bitchy-sensei' mungkin bisa menjadi panggilan yang cocok untuknya.'

"A-a-aku me-meno-no–"

"Ah bagus sekali Namikaze, sensei tidak pernah menerima penolakan. Sekarang ikut sensei keruang klub." Naruto melihat Mei yang sudah berdiri lalu berjalan keluar ruangan.

'What the hell?! Ia tidak membiarkanku menyelesaikan ucapanku dan… ia kembali normal? Mode untuk Mei-sensei yang Bitchy sebelumnya kemana?'

Kini terlihat seorang guru sexy dan seorang siswa bersurai pirang tengah berdiri didepan sebuah klub yang bertuliskan klub sosial pada bagian atas pintu.

Guru sexy itu membuka pintu lalu segera masuk disusul oleh siswa bersurai pirang itu.

"Sensei, ada apa? Are? Siapa dia sensei?" seorang gadis bersurai oranye seperti jeruk bertanya pada sang guru sexy.

"Perkenalkan dirimu. Kau akan menjadi bagian dari klub ini. Bangun komitmen untuk klub dan berlatihlah untuk bersosialisasi diklub ini." Ucap sang guru sexy itu pada siswa bersurai pirang.

Siswa bersurai pirang itu menatap sekeliling ruang klub yang terlihat sederhana namun seperti terasa nyaman untuk beristirahat. Sebuah sofa untuk 2 orang dan 2 sofa untuk 1 orang, 1 set komputer, sebuah lemari, dispenser, papn tulis, dan sebuah papan yang bertuliskan visi dan misi dari klub ini. Siswa itu menatap pada 2 objek hidup yang tengah duduk nyaman disebuah sofa.

Ia melihat kearah siswi bersurai oranye seperti jeruk yang tengah tersenyum manis kearahnya. Namun senyum manis itu terasa aneh bagi siswa itu.

'Gadis manis dengan senyuman manis yang menatapku penuh khayalan.'

Lalu ia menatap pada seorang gadis bersurai pirang pucat yang sedang membaca buku lalu menutup buku kemudian menatapnya dengan sinis.

'Gadis jutek yang cantik.'

"Siapa dia sensei? Murid brandalan tidak pintar dan bermasalah yang harus belajar bersosialisasi?" Ucap gadis pirang pucat itu.

"Shion, kau seperti biasa selalu sinis." Ucap sang guru sexy pada gadis bernama Shion itu.

"Ano. Shion-san, kau bisa menyebutkan nama 3 orang dengan nilai tertinggi pada hasil ujian kenaikan kelas? Atau kau tidak pernah peduli dengan itu? Tetapi dari kau menilaiku sepertinya kau memiliki nilai-nilai yang bagus dalam akademik." Ucap siswa bersurai pirang.

"Tentu saja aku bahkan bisa menyebutkan 7 siswa dengan nilai tertinggi itu. 7. Sabaku Gaara. 6. Uzumaki Karin. 5. Itu aku. Senju Shion. 4. Hyuga Hinata. 3. Namikaze Naruto. 2. Uchiha Sasuke. 1. Nara Shikamaru." Ucap Shion tanpa sadar bahwa laki-laki didepannya sudah ia sebut namanya.

"Souka. Hajimemashite, ore wa Namikaze Naruto desu. Kelas 2-B. Aku lebih pintar dari Senju Shion-san dan maaf untuk Senju-san karena aku tidak memanggil dengan nama margamu." Ucap Naruto setelah memperkenalkan diri dan meminta maaf karena memanggilnya dengan bukan marga karena dari buku pengetahuan sosial memanggil dengan bukan marga itu tidak sopan.

Sedangkan Shion yang sebelumnya Shion menatap sinis langsung membuang muka kearah lain dengan pipi merona malu.

"Ja-jangan panggil aku Senju. Pa-panggil aku Shion. Aku sedang tidak ingin dipanggil dengan margaku." Ucap Shion dengan rona diwajah sambil membuang muka.

'Hee. Dia merona malu? Kemana sikap sinis yang tadi? Tipikal gadis Tsundere.' Batin Naruto prihal Shion.

"Namikaze, dia tidak akur dengan ibunya yang selalu mengaturnya. Sekedar tips mudah berkomunikasi dengan Shion adalah panggil dia dengan namanya bukan nama keluarganya. Tips itu juga bisa berguna untuk lebih dekat dengan orang lain." Mei membisik pada telingan Naruto namun saat Naruto menoleh kearah sang guru, guru itu tersenyum jahil yang tidak Naruto ketahui maksudnya.

"Aa. Baiklah, Shion dan eto…" Ucap Naruto santai. Toh saat ia masih sekolah di Amerika ia selalu memanggil orang lain dengan namanya bukan dengan nama keluarga namun ia tetap memikirkan hal lain tentang panggilan, seperti beradaptasi dengan budaya karena ini bukan Amerika.

"Fuuma Sasame desu. Kelas 1-C. Yoshiriku ne. Panggil aku Sasame dan itu perintah, Naruto-senpai. Ano… Naruto-senpai suka BL?" Ucap Sasame sambil tersenyum seperti sebelumnya dan bertanya pada Naruto.

'BL? Oh, astaga. Fujoshi? Fujoshi yang bersifat bossy. Aku kira fujoshi hanya ada dalam anime dan baru kali ini aku bertatap langsung dengan fujoshi dan tatapan penuh khayalan tadi pasti dia menghayalkan aku melakukan adegan percintaan sesama lelaki dengan laki-laki lain yang ada dipikirannya.' Batin Naruto tentang pertanyaan Sasame.

"Yoshiriku. Sasame-san, dan aku tidak suka BL." Ucap Naruto secukupnya.

'Hidupku yang sudah terasa damai saat disekolah kini mulai terganggu.' Batin Naruto.

Flashback. Off

Sedikit mengingat saat-saat ia mulai bergabung dengan klub yang entah masih belum ia tahu visi dan misi dari klub itu.

'Rapat untuk tujuan apa? Aku bahkan tidak tahu visi misi dari klub itu.'

"Hah~" Menghela nafas sejenak lalu kembali berjalan santai menuju kelasnya meski waktu sudah menunjukan hampir jam 8. Masih dengan melihat ponsel pintarnya, Naruto membuka sebuah aplikasi jejaring sosial bernama Funbook hanya untuk melihat-lihat saja meski teman yang dimilikinya sangatlah sedikit dan dari sedikit itupun mereka hanya teman dunia maya yang tidak saling berinteraksi.

Ia melihat sebuah postingan baru dari sebuah fanspage bernama Baka DimDim Learns To News! yang memberikan informasi tentang anime, game dan musik.

'Apa ini?! "Civil War Is Not Over! Really?!" : Setelah perang dingin selama beberapa tahun, Team Chitoge berhasil memenangkan perang atas Team Onodera. Namun setelah perang dingin itu berakhir Team Chitoge maupun Team Onodera terpecah hingga membuat sebuah peperangan baru antara Team Emilia dengan Team Rem!

'Astaga, bahkan didunia Otaku juga sudah ada konspirasi perang dengan siasat politik adu domba untuk memulai perang baru.' Batin Naruto setelah membaca sebuah postingan dari fanspage yang memberikan informasi seputar anime, game dan musik itu.

Tak terasa kini Naruto sudah berada didepan kelas dengan tulisan '2-B' pada bagian atas pintu. Membuka pintu lalu langsung melangkah masuk kedalam kelas yang sudah penuh dengan banyak murid dari kelas 2-B yang sedang duduk sambil sesekali mengobrol karena belum adanya guru yang datang.

'Ah, Kakashi-sensei selalu terlambat itu bukan sesuatu yang mengejutkan seperti sianida dalam kopi dari sebuah kedai kopi disebuah mall besar maupun harga rokok yang katanya akan membesar seperti ikan buntal.' Batinnya lalu segera berjalan menuju bangkunya yang berada paling belakang dekat jendela. Tanpa memedulikan tatapan beberapa orang yang menatapnya tanpa arti.

Sesampainya dibangkunya Naruto langsung menggantungkan tasnya pada gantungan tas yang berada disisi meja lalu menruh kepalanya diatas lipatan tangan diatas meja.

..

Naruto's point of view

Astaga. Aku tertidur?

Tanpa sadar aku tertidur. Apa Kakashi-sensei tidak mengajar? Aku melihat kearah papan tulis. Hanya ada tulisan.

Kerjakan halaman 23 kumpulkan minggu depan.

Well, dia tidak masuk hari ini dan hanya memberikan tugas. Kulihat kearah sekitar dan ada sebuah objek hidup yang sepertinya tidak asing. Ia duduk pada kursi yang paling dekat dengan pintu sambil memakan bentonya. Dia… seorang gadis bersurai indigo panjang, poni rata, mata seperti mutiara berwarna lavender dan tubuh yang… oke cukup. Dia ketua komite kedisplinan. Ternyata dia sekelas denganku.

Ah ya, cukup dengan pikiran terkejutku. Aku harus keruang klub demi nilai. Aku tidak ingin gadis jutek atau kouhai fujoshi itu mengadu pada Mei-sensei bila aku tidak berkontribusi pada klub dan membuat nilai Pengetahuan Sosialku yang sudah diambang kehancuran sejak awal menjadi lebih cepat hancur.

Segera aku mengambil bento yang sudah dibuatkan adikku tersayang dari dalam tas lalu berjalan menuju pintu keluar kelas.

"Namikaze-kun. Tidur saat jam pelajaran bisa membuatmu berurusan denganku diruang konseling." Segera aku menoleh kearah suara. Astaga ketua komite kedisiplinan itu berbicara padaku? Dia memperhatikanku selama jam pelajaran? Dan apakah itu ancaman? Ok, itu memang ancaman.

"Thank you for your attention." Sengaja aku menggunakan bahasa inggris agar ia tahu kalau aku memang bule yang punya rambut pirang asli karena jujur aku merasa kesal saat ia menilai rambut pirangku ini bukan asli karena menurutku itu adalah tindakan rasis.

Aku melirik sedikit kearah name tag yang ada pada seragamnya untuk tahu siapa namanya. 'Hyuga Hinata.' itu namanya.

"Semoga makan siangmu menyenangkan." Ucapku asal lalu segera berjalan keluar menuju ruang klub namun aku sadar bahwa ketua komite kedisiplinan itu melihat kearahku yang sedang berjalan keluar kelas.

Berjalan santai dan sesekali aku bisa melihat beberapa orang melihat kearahku namun aku menghiraukannya. Hingga tak terasa aku sudah berada didepan ruang klub sosial. Membuka pintu tanpa mengetuknya lalu segera masuk.

Kini aku dapat melihat 2 orang gadis yang sudah kuketahui namanya tengah duduk santai sambil membaca buku. Gadis bersurai pirang pucat yang sedang membaca buku yang sepertinya novel lalu gadis bersurai sewarna warna jeruk sedang membaca manga yang bisa kutebak itu adalah BL manga.

Kualihakan pandanganku untuk melihat visi dan misi namun aku langsung melihat kearah misi, karena bagian visi pasti tentang menjadi klub yang membanggakan dan .bla.

'1. Membimbing siswa-siswi Konoha Senior High School dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.'

'2. Membantu menyelesaikan masalah siswa-siswi Konoha Senior High School dalam lingkup sekolah.'

Poin kedua seperti hal yang dilakukan komite kedisiplinan dan konseling.

'3. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dalam lingkup internal maupun eksternal.'

'4. Membantu mensosialisasikan kegiatan sekolah dalam lingkup internal maupun eksternal.'

Aku mendengar suara buku yang ditutup dengan sengaja agar terdengar suara tertutupnya buku itu lalu kulirik kearah gadis bersurai pirang pucat yang baru saja menutup bukunya.

"Baiklah rapat dimulai." Hei aku bahkan belum duduk. Segera aku mendudukkan diri pada sebuah sofa yang kosong setelah mendengar ucapan Shion.

"Tidak lama lagi akan ada festival budaya disekolah. Kita harus segera memikirkan kontribusi apa yang akan dilakukan klub kita saat festival budaya. Sekarang kita akan menyatukan pendapat. Ada yang punya usulan? Namikaze, saat perkenalan kau mangaku lebih pintar dariku. Boleh aku tahu usulan apa yang kau punya?" Astaga, sinis sekali nada bicaranya, sebelumnya aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang rapat ini.

"Sen–"

"Shion." Ia memotong ucapanku yang akan memanggil nama keluarganya.

Hei kau memanggilku dengan nama keluargaku, sedangkan aku memanggimu dengan namamu, itu membuat kesan aku yang sok akrab denganmu. Kau tahu itu?

"Biarkan aku menjadi yang terakhir untuk memberitahu pendapatku." Ucapku mencoba bersikap santai namun sejujurnya aku tidak memiliki pendapat.

Kulihat kearah Shion yang kini menatap Sasame yang kini hanya diam dengan raut wajah yang tengah berpikir keras.

"Hehehe. Shion-senpai, Aku tidak punya pendapat." Ucapnya sambil tertawa canggung namun Shion hanya diam tidak memedulikannya. Hey, kalau aku tahu bisa seperti itu aku juga bisa.

"Pendapatku–"

"Pendapatku, kita membuat dokumentasi yang akan dipasang dimading sekolah." Ucapku memotong ucapan Shion dan sedikit memiliki pendapat yang entah mengapa terlintas dipikiranku.

"Nami–"

"Naruto." Ucapku cepat memotong ucapan Shion. Bagaimana? Aku tidak ingin terlihat sok akrab denganmu bila memanggilmu dengan namamu namun kau memanggilku dengan nama keluargaku.

"Na-naruto, untuk urusan mading sudah ada klub berita sekolah yang akan melakukannya." Kau tergagap saat memanggil namaku? Kemana nada sinis saat memanggil nama keluargaku? Tidak biasa memanggil orang lain dengan namanya?

"Tahun lalu aku sempat melihat mading yang berisikan foto-foto dan hanya sedikit pembahasan yang ada tentang festival budaya. Itu membuatku menarik kesimpulan bahwa sumber daya manusia yang ada pada klub itu masih kurang kompeten untuk membuat konten-konten lainnya karena dikejar waktu. Bagaimana bila sebagai kontribusi dalam festival budaya klub ini bekerja sama dengan klub berita sekolah dalam festival budaya tahun ini? Untuk pembagian kerja, klub ini melakukan bagian konten pembahasan yang berhubungan dengan sosialisasi internal sekolah guna menunjukan eksistensi klub yang masih baru ini dan juga sosialisasi ekternal sekolah untuk melakukan sosialisasi eksternal tentang kegiatan sekolah yang tahun lalu tidak ada. Aku sempat membaca misi dari klub sosial, klub sosial juga sebagai public relation untuk sekolah." Shimatta! Apa yang kukatakan? Ini bisa merepotkanku.

Dapat kulihat Shion yang sepertinya tercengang dengan ucapanku dan kemudian tersenyum misterius lalu kualihkan pandanganku pada Sasame yang juga tersenyum misterius.

"Rapat selesai. Pendapatmu diterima. Aku akan mengurus persetujuan dari klub berita sekolah. Sasame, kau urus proposal pengajuan untuk Seito Kaichou." Kenapa dia menjadi aneh seperti ini?

"Hai."

"Naruto. Sebagai ketua klub sosial aku menunjukmu sebagai perwakilan klub sosial mewakilkanku untuk rapat festival budaya besok lusa bersama seluruh ketua klub dan OSIS." Hey, keputusan sepihak seperti itu tidak bisa diterima… dan kenapa kau tidak tergagap memanggil namaku seperti sebelumnya? Seperti inikah sikapmu bila bersemangat?

"Kenapa aku? Ketua klub ini adalah kau." Ayolah, aku tidak pernah ikut hal seperti itu.

"Naruto-kun, ikuti saja perintah Buchou."

"Hey, Kouhai, aku ini senpaimu panggilah aku dengan sopan." Berada diantara dua orang aneh ini membuatku lebih sering untuk menghela nafas.

"Terima atau aku akan melapor pada Mei-sensei bahwa kau tidak berkontribusi pada klub. Itu adalah pendapat darimu maka dari itu kaulah yang harus membawa ide itu pada rapat." Shion, terkadang aku heran padamu, apa kau memiliki dendam pribadi padaku?

"Hai. Hai." Membiarkan ia melapor pada Bitchy-sensei akan membuat spekulasi aneh tentangku yang membuatku semakin sulit untuk lepas dari klub aneh ini dan belum diprediksi juga bahwa Shion akan melapor sesuai dengan fakta aku tidak ingin menjadi perwakilan, bisa juga ia akan melapor hal yang tidak-tidak yang membuatku tidak lepas dari klub ini.

"Itu baru anggota yang baik." Terserah padamu Buchou.

Uhh... perutku mulai lapar.

Naruto's point of view. End

Selesai dengan rapat aneh yang tidak melakukan tukar pendapat kini hanya tersisa Naruto dan Shion yang berada diruang klub karena Sasame segera keluar tepat setelah persetujuan Naruto. Terlihat Naruto yang tengah menikmati bento yang dibuatkan adiknya. Melahap tempura lalu melahap nasi. Ia melirik kearah Shion yang hanya diam sambil membaca buku.

'Ia tidak makan siang? Atau diet?' Pikir Naruto pada Shion.

Tak ingin berlama-lama diruang klub ia mempercepat makan siangnya. Hingga tinggal setengah dari bento yang berisikan nasi, 4 tempura, 3 potong telur gulung dan salad.

Naruto hendak melahap makan siangnya yang sudah setengah namun ia mendengar suara aneh berasal dari Shion. 'Hee? Suara apa itu?'

Naruto melihat kearah Shion yang menutupi wajahnya dengan buku seolah membaca buku dengan jarak yang cukup dekat.

Naruto bangkit dari duduknya lalu membawa makan siangnya yang sudah setengah habis kearah Shion dan meletakannya dimeja tepat didepan Shion.

"Makanlah. Kau tidak membawa bekal dan tidak membawa uang saku, bukan?" Ucap Naruto lalu berjalan santai keluar menuju kantin untuk membeli minum. Meninggalkan Shion yang terdiam dengan perasaan aneh.

"Baka, dari mana kau bisa tahu itu?" Ucap Shion sambil tersenyum lalu memakan setengah bento yang diberikan Naruto padanya.

..

Jam pelajaranpun telah usai, terlihat banyak siswa dan siswi berhamburan keluar, banyak dari mereka yang berjalan secara berkelompok dan ada juga yang berpasangan. Terlihat juga laki-laki bersurai pirang model spike berjalan sendirian sambil menggantungkan tasnya pada bahu kanannya.

Berjalan santai lalu mengeluarkan ponsel pintar dari saku blazernya.

"Pesan masuk. Naruko." Gumamnya entah pada siapa.

Nii-Nii, bahan makanan dirumah sudah habis dan tolong belikan daging dipasar swalayan Kumo yang sedang ada diskon, itu berjarak 1 stasiun setelah stasiun biasa Nii-Nii turun dan sebelum pulang makan malam dulu, hari ini Naruko tidak masak.'

Membalas pesan dari adiknya lalu segera saja berjalan menuju stasiun untuk berbelanja persediaan makanan. Uang yang selalu dikirimkan orang tua mereka memang tidak bisa dibilang sedikit namun mereka tetap harus berhemat untuk tabungan mereka berdua dihari libur yang biasa mereka berdua gunakan untuk jalan-jalan.

'Lumayan jauh dari sekolah. Berarti 5 stasiun.' Pikirnya tentang lokasi pasar swalayan tempat ia akan berbelanja.

Berjalan santai menuju stasiun, sambil berjalan ia mengeluarkan era phone untuk mendengarkan lagu yang menjadi kebiasaannya.

Tak terasa ia sudah berada distasiun langsung saja ia masuk dan menunggu kereta yang mengarah pada destinasi yang ia tuju. Keretapun datang namun atensinya sedikit teralihkan ketika ia melihat objek yang seolah ia kenal.

"Fuuki Iinchou?" Gumamnya pelan ketika melihat seorang gadis yang berjarak 2 pintu kereta darinya, seorang gadis bersurai indigo panjang berseragam Konoha Senior High School masuk kedalam kereta yang akan dinaikinya. Seorang gadis komite kedisiplinan, seorang gadis yang entah mengapa menurutnya memperhatikan dirinya. Hyuga Hinata.

"Sudahlah." Bergumam sendiri lalu masuk kedalam kereta.

..

Tak terasa ia sudah berada distasiun yang menjadi tujuannya. Segera ia berjalan menuju pasar swalayan untuk berbelanja. Mencari bahan makanan yang sudah tercatat pada catatan dalam ponsel pintarnya lalu memasukan dalam keranjang yang sudah ia ambil sesaat setalah masuk kedalam pasar swalayan itu.

Selesai dengan berbelanja Naruto mencari tempat untuk makan malam meski sekarang masih sore. Mengalihkan pandangannya melihat sekeliling ia menemukan sebuah caffe yang memilki nama yang cukup unik menurutnya.

'Moe-Moe Maid Caffe. Moe-Moe itu artinya apa?'

Ia berjalan menuju caffe itu. Mungkin sembari menunggu malam ia bisa menikmati kue dan kopi di caffe itu. Setelah berada didepan pintu dari caffe yang menarik perhatiannya karena nama dari caffe itu, ia segera mendorong pintu lalu segera masuk kedalam caffe.

"Okaerinasaimase Goshujin-sama!" Sapa seorang maid bersurai indigo dengan amat teramat sangat ramah pada Naruto ketika Naruto masuk kedalam caffe itu.

"Hee… Fuuki Iinchou? Eto… Hyuga Hinata-san desu ka? Ah… Souka." Ucap Naruto terkejut namun dengan tatapan tanpa semangat dengan ekspresi yang datar yang aneh.

"Ehh! Su-sumimasen, watashi wa Hina desu." Maid itu terkejut dengan ekspresi yang sangat lucu. Wajah jutek malu-malu melihat kearah Naruto namun rona merah menghiasi kedua pipi gembil dari gadis itu.

"Ah silahkan Goshujin-sama, kursi untuk 1 orang atau lebih?" Ucap maid itu pada Naruto yang masih menatapnya aneh.

"Kursi untuk 1 orang saja." Ucap Naruto. Naruto masih memandang aneh kearah maid yang ada didepannya.

"Si-silahkan ikuti saya." Ucap maid itu meminta Naruto mengikutinya yang berbejalan menuju kursi kosong untuk 1 orang yang berada didekat kaca yang mengarah jalanan.

"Hina-chan, tolong antarkan pesanan meja nomor 4."

"Hai." Balas maid itu dengan nada imut pada maid lain.

"Silahkan tentukan pesanannya, Goshujin-sama. Saya akan kembali." Ucap maid itu dengan nada yang aneh sembari memberikan buku menu pada Naruto yang masih memandang aneh maid itu.

Naruto memandang maid itu dengan tatapan aneh, heran dan tidak percaya mengabaikan menu yang diberikan maid itu.

'Apakah aku salah orang?' Batin Naruto. Ia masih melihat kearah maid yang sebelumnya melayaninya untuk duduk.

.

TBC

Authornya muncul dengan cerita baru setelah terlena liburan, tentang cerita ini saya baru banget sekitar 2 jam yang lalu buatnya sambil nunggu Naruto Shippuden episode 475.

Untuk fic saya 'Love and Lust' udah dibuat chap 2 kemungkinan besar besok bisa up bareng dengan chap 3 'Orenji' karena harus saya baca ulang sekalian revisi takut gak nyambung sama chap sebelumnya dan untuk chap 6 'White Heart' saya masih cari referensi untuk penulisannya jadi mungkin masih lama tapi saya masih komit untuk fic itu ko walau lama.

yang mau review silahkan, yang gak mau juga gapapa. authornya mau ngebawa suasana RomCom di fic ini jadi mohon koreksinya untuk yang mau review.