Umbrella X Sword (OkiKagu Drabbles)
by Collaboration of Vongola Sherin & D.N.A. Girlz
Gintama by Sorachi-sensei
We just own this fic, the prompts are from the OkiKagu Event on LINE & FB. The disclaimer belongs back to its own.
Warning: First chap—NEED SOME TISSUES!
Pairing: Okita X Kagura 4EVER
Rating: T+
Genre (this chapter): Romance/Angst/Drama
Asli dari pemikiran author. Jika iya, itu dikarenakan oleh ketidak sengajaan, mohon dimaklumi. Kalau ada typo, kritik dan saran, tolong bilang ya~
Long Live Gintama Fandom and be creative in any supporting way ^_^
Suka tapi mau review? Yah silahkan review x3
Suka tapi gak mau review? Silahkan Fav~ :D
Gak suka tapi mau review? Ampun jangan flame xC
DLDR! WDGAF LOL
Happy reading guys~
BGM for this Chapter: T-ARA ft. Davichi – We were in Love
.
.
.
[Edo, Kabukichou...]
Siang itu, Kagura sedang berjalan-jalan dengan Sadaharu di tengah cuaca yang lumayan terik. Angin sepoi-sepoi berhembus—membuat cuaca hari itu sangat nyaman untuk dijadikan waktu bersantai. Seperti biasa bocah Yato itu memakan camilan kesukaannya, sukonbu.
"Aku bosan..." gumamnya singkat sambil menoleh ke sekitar, berharap sesuatu yang menarik muncul di depan. Namun sialnya Kagura—hari itu dia tidak menemukan hal apapun yang bisa membuat hatinya terlepas dari rasa bosan.
Biasanya pangeran sadist yang sangat dia cinta—Uhm, maksudnya benci—selalu tiba-tiba muncul di hadapannya lalu mengganggu ketenangannya. Kagura sebenarnya sangat menyukai saat-saat ketika mereka beradu mulut atau pun bertarung untuk membuktikan siapa yang lebih kuat, dan dia merasa sangat nyaman berada disisi orang itu. Tetapi—sudah sekitar seminggu ini, sang Wakil Divisi 1 Shinsengumi tidak pernah memperlihatkan diri di hadapan dirinya.
Apa wajar jika seorang lelaki tidak mengabari pasangannya sendiri selama seminggu penuh?
Tidak wajar bukan?
Kagura sudah berpacaran dengan Sougo sejak lama; sembunyi-sembunyi dari Gintoki tentunya. Kalau Gintoki sampai mengetahuinya, seorang Okita Sougo bisa ditemukan mengalir di sungai alias mati.
Tidak, dia tidak bercanda kali ini. Demi Sadaharu pelirahaannya.
Gadis Yato itu menghela nafas panjang dan menatap lesu langit biru di atasnya. Kehidupan Kagura tanpa Sougo itu terasa hampa dan tidak menyenangkan. Kagura merindukan sosok pangeran sadist yang selalu mengganggunya.
"Wan~"
Sadaharu menjilat pipi pemiliknya—mencoba untuk menghibur sang penilik yang terlihat melamun dan suram.
"Aku baik-baik saja, Sadaharu. Ayo ke taman." Kagura menaiki Sadaharu dan langsung pergi menuju taman.
.
.
.
[Di Taman...]
Sougo berbaring santai di bangku taman sambil menatap langit. Dia lelah, pekerjaannya di Shisengumi bertambah banyak sehingga dia tidak bisa beristirahat sama sekali.
Shinsengumi dan Mimawarigumi sedang bekerja sama untuk menangkap pasukan Joui Roushi yang semakin liar dalam membuat pemberontakan. Keseharian Sougo diisi dengan rapat, patroli, bertarung. Terus saja begitu seperti situs daur ulang. Dia sudah muak dengan keseharian itu.
Untuk mengurangi rasa bosannya, Sougo selalu mengajak jalan wakil komandan Mimawarigumi—Nobume—untuk makan atau pun sekedar jalan-jalan.
Dia tidak berniat untuk mendekati Nobume, sungguh. Sougo hanya membutuhkan hiburan.
Ya, awalnya hanya seperti itu.
Namun karena semakin sering dia bersama dengan si pecinta donat itu, perasaan spesial untuknya pun tumbuh di hati Sougo.
Dia sendiri mengerti bahwa dirinya tidak boleh merasakan perasaan itu, namun Sougo juga tidak bisa melepaskan Nobume. Dia ingin memiliki Nobume.
Bayangan wajah tersenyum kekasihnya—Kagura—terlintas di kepalanya.
Sudah terasa lama sekali semenjak dia bertemu dengan gadis China kesayangannya.
'Apa kabar dia sekarang?' pikirnya demikian.
Sougo bangkit lalu duduk sambil bersandar di bangku. Entah karena takdir atau hanya kebetulan, Kagura muncul di hadapan Sougo.
Hampir saja membuat Sougo jantungan.
Dia berdiri di belakang bangku dan menatap Sougo dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
Sougo mendongak, membalas tatapan Kagura.
"Sadist." panggil Kagura pelan. Dia hendak menyentuh kepala Sougo, namun dia mengurungkan niatnya. Jangan salah sangka, Kagura lebih memilih untuk menarik Sougo lalu melemparkannya ke tanah walau diejek jadi sok pemalu
Dan hal itu pun dia lakukan.
GUBRAAKK!
"Ugghhh!"
Sougo mengerang kesakitan karena serangan dadakan Kagura.
"Apa yang kau lakukan, sialan?!" serunya sambil meringis, tengah memegang kepala sendiri dengan seringai kesal.
"Aku yang seharusnya bertanya. Kau kemana saja, Chihuahua?" tanya Kagura dingin.
Tak biasanya.
Bahkan tatapan dingin itu sangat jarang diperlihatkan padanya.
Sougo berusaha untuk berdiri dan berhadapan dengan Kagura.
"Aku sibuk bekerja, China." jawab Sougo singkat sambil membersihkan seragamnya yang kotor.
"Hmm... Benarkah? Kau tidak berselingkuh dariku kan?"
DEG
Sougo tidak bisa menjawab pertanyaan Kagura. Seketika rasa bersalah menyelimutinya. Dia sadar bahwa dirinya sudah berselingkuh dari Kagura. Yang lebih parah lagi, Sougo berselingkuh dengan Nobume, salah satu teman dekat kekasihnya itu.
Kagura memiringkan kepalanya bingung karena Sougo tidak merespon pertanyaannya.
"Sadist, kau... Tidak benar-benar selingkuh 'kan?" tanya gadis Yato itu sekali lagi dengan gelisah.
Sougo mengangkat salah satu tangannya lalu menyentuh lembut pipi Kagura.
"Kenapa kau bertanya seperti itu, China? Aku tidak mungkin berselingkuh darimu 'kan?" Jawab Sougo sambil tersenyum palsu.
Bohong...
"Benarkah? Kalau begitu aku lega..." Kagura tersenyum lembut dan menarik Sougo untuk ikut duduk di bangku.
"Tenang saja, aku hanya menyukaimu yang ceroboh dan tsundere jika bersamaku ini." ucap Sougo yang berhasil membuat semburat merah terlihat di pipi Kagura.
Bohong...
"A-aku tidak menanyakan itu, Chihuahua." Kagura memalingkan wajahnya. "Oh iya. Apa pekerjaanmu begitu sibuk—sampai tidak bisa mengabari atau memberitahuku?"
"Ah, aku terus membantu Kondo-san dan Hijikata-san."
Bohong...
"Kalau begitu maka baiklah —aku mengerti." Kagura tersenyum kecil sambil terus memakan sukonbu. Dia senang karena akhirnya bisa bertemu dengan Sougo dan menanyakan hal ini.
"Apa kau merindukanku, ha?" tanya Sougo dengan senyuman licik seperti biasanya.
"A-apa maksudmu?! Hmph, a-aku tidak mungkin merindukan pangeran sadist sepertimu."
Kagura gelagapan, wajahnya terasa panas. Apa semuanya terlihat jelas?
Kagura menunduk karena malu. Dia tidak mau melihat Sougo dengan ekspresi wajahnya yang sekarang ini.
Sougo terus memperhatikan tingkah Kagura yang salah tingkah karena pertanyaan yang dilontarkan olehnya tadi. Pemuda itu merasa kekasihnya itu sangat lucu.
Dia masih menyukai Kagura, tapi rasa sukanya ke Nobume lebih besar daripada ke Kagura.
Kenapa? Karena yang selalu ada di sisinya ketika dirinya jenuh adalah Nobume.
Sougo tersenyum miris lalu menarik kepala Kagura.
"Oi sadist, apa yang mau kau lakuka—Mmph!..."
Omongan Kagura terpotong karena Sougo membungkam nya dengan ciuman. Kagura membelalakkan mata sesaat sebelum dia menerima dan membalas ciuman itu dengan malu-malu.
'Maafkan aku China. Maafkan aku.' batin Sougo dalam hati, merasa ruang bersalahnya makin lama makin melebar.
Ciuman lembut itu berlangsung lumayan lama. Jujur, Sougo memang merindukan Kagura, begitu juga Kagura. Mereka berdua hampir saja melupakan semua hal lain dan melimpahkan semua kerinduannya selama ini—
Kalau saja ponsel Sougo tidak berdering.
Dengan malas, Sougo melepas tautan bibir mereka dan melihat siapa yang menelepon.
Di layar ponsel tertera nama yang sangat dia kenal.
Nobume.
Sougo refleks langsung berdiri dan bersiap untuk pergi. Tetapi sebelum itu—
"China, aku akan mengangkat panggilan ini dulu. Dari Kondo-san." ucapnya dengan kebohongan untuk yang kesekian kalinya; entah agar sang gadis tak curiga atau ikut campur urusannya.
Kagura yang masih terbengong hanya merespon dengan anggukan kecil.
Tanpa membuang-buang waktu, Sougo langsung pindah ke tempat yang lumayan jauh dari pendengaran Kagura dan mengangkat teleponnya.
[Ada apa? Apa Joui Roushi bergerak lagi?]
[Hmm—tidak, Kondo dan Isaburo sudah menanganinya. Selain itu, aku menelepon bukan untuk membahas pekerjaan.]
Sougo mengerjap-ngerjapkan matanya. Kalau bukan karena pekerjaan, terus untuk apa si pecinta donat itu meneleponnya?
[Okita? Kau masih disana?]
[Ohh—A-Ah, aku masih disini. Jadi, apa urusanmu meneleponku?]
[Apa kau mau menemaniku makan malam ini? Kalau kau mau, temuilah aku di Oedo Restaurant malam ini jam 7. J-jaa na.]
Telepon itu diputuskan sepihak dari Nobume. Sougo yang masih kebingungan hanya berdiri terpaku di tempatnya.
"Makan malam dengannya huh? Tidak buruk." gumamnya kecil. Senyuman kecil terukir di wajah tampan Sougo.
"Kenapa kau tersenyum-senyum sendiri seperti itu? Kimochi warui-aru." sahut Kagura yang muncul di belakang Sougo, memasang wajah bosan.
"Sejak kapan kau disitu, China?" Sougo bertanya datar. Agar Kagura tidak mencurigainya, Sougo harus bersikap seperti biasanya.
"Baru saja—karena kau lama jadi aku menyusulmu-aru. Apa sesuatu terjadi dengan Gorila?"
"Tidak, hanya saja aku dipinta segera kembali ke markas. Sepertinya ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
"B-begitukah?.. Padahal aku ingin bersamamu lebih lama..." gumam Kagura sambil menunduk memainkan jari.
"Eh? Apa kau bilang tadi, China?" Sougo terkejut dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut Kagura.
Tidak seperti biasanya gadis Yato itu berkata jujur seperti ini.
Sougo menatap Kagura heran sementara yang bersangkutan kelabakan dengan wajah merah.
"B-bukan apa apa, kau Chihuahua bodoh! K-kalau begitu aku pergi!"
Kagura dengan kecepatan luar biasa berlari meninggalkan Sougo di taman itu sendiri.
"Dia kenapa?" tanya Sougo kebingungan pada diri sendiri. "Yah, tu tidak penting—aku harus segera kembali." sambungnya sambil pergi menuju markas.
.
.
.
[Malam Hari, Yorozuya...]
Ketiga anggota Yorozuya sedang berdebat satu sama lain. Gintoki baru saja menang dalam bermain pachinko dan mendapat banyak uang.
Kagura merengek ingin memakan yakiniku, Shinpachi tidak setuju dan ingin memakan seafood, sedangkan Gintoki yang tidak ingin mengeluarkan banyak uang mengusulkan untuk makan di warung oden favoritnya.
"Gin-chan, aku ingin yakiniku! Kau tidak biasanya mendapat uang sebanyak itu. Berbagilah-aru!~~~" rengek Kagura sambil menarik rambut keriting Gintoki.
"Berisik kau, Kagura. Gin-san hanya ingin mengirit uang ini agar kita tidak kelaparan seperti waktu itu."
Gintoki melepaskan jambakan tangan Kagura dari rambutnya lalu menggetok kepala jingga Kagura lumayan keras. Alhasil Kagura meringis kesakitan.
"Omong kosong Gin-san, kau pasti akan menghabiskannya. Karena itu kita harus ke restauran seafood. Aku ingin memakan kepiting!" kompor Shinpachi sambil angkat bicara. Kacamata bertubuh manusia pun memiliki kesempatan untuk memberi usul 'kan?
"Tidak. Tapi kalau kalian ingin memakan makanan mahal seperti itu carilah uang sendiri. Aku akan memakan oden sepuasnya." Gintoki langsung melesat pergi meninggalkan kedua bocah Yorozuya yang masih berdebat.
"AAAAHHH GIN-SAN/CHAN LICIK! TUNGGU SEBENTAR KAU KUSOTENPA!" teriak Kagura dan Shinpachi bersamaan.
Mereka berlari mengikuti Gintoki. Karena Gintoki yang tetap keras kepala ingin memakan oden, Shinpachi dan Kagura pun terpaksa mengikuti keinginan bos Yorozuya itu. Mau bagaimana pun juga uang yang dipegang Gintoki tetap ludes tidak tersisa karena Kagura terus memesan oden lebih dari sepuluh mangkuk. Dengan wajah kecewa mereka pun berjalan pulang.
"Gin-chan, aku akan berkeliling sebentar-aru. Aku ingin menghirup angin malam." sahut Kagura sambil mengelus oerutnya yang kenyang.
"Lakukan sesukamu. Tapi jangan terlalu malam." balas Gintoki acuh dengan gibasan tangan dan mengupil sambil berjalan terus meninggalkan Kagura. Shinpachi pun cerewet menasehati Kagura panjang lebar yang akhirnya hanya mendapat pukulan hebat dari gadis Yato itu.
"Hmph, aku hanya mau berkeliling. Jangan berlebihan seperti itu, kuso megane!"
Kagura pun pergi meninggalkan Shinpachi yang sudah dalam keadaan tidak sadar.
Dia terus berjalan dan tidak sengaja melewati Oedo Restaurant yang memang terlihat begitu mewah.
'Aku ingin coba makan disini-aru..." pikirnya dalam hati dan sedikit penasaran. Air liur mengalir di ujung bibirnya. Dengan cepat Kagura menyusutnya dengan lengan baju.
"Ah.. Aku tidak mungkin bisa makan disini, huh? Itu hanya akan membebani Gin-chan." Kagura bergumam kecil sambil berniat untuk terus berjalan.
Baru saja dia maju beberapa langkah, kakinya pun terhenti karena melihat pemuda bersurai coklat pasir yang sangat dia kenal baru saja keluar dari restoran mewah tersebut bersama wanita lain.
Sadist...? Lho, bukannya dia bilang kalau malam ini dia harus bekerja? Kenapa dia ada disini? Dan siapa perempuan itu?, batin Kagura bertanya-tanya dalam hati.
Dia tidak bisa melihat sosok perempuan itu dengan jelas karena dia tertutupi oleh Sougo. Rasa penasaran dan rasa cemburu berkecamuk di hati Kagura. Gadis Yato itu membulatkan tekad untuk mengikuti Sougo.
Kagura dengan hati-hati mengikuti Sougo dari belakang. Dia heran kenapa pemuda yang juga Kapten Divisi itu bisa tertawa bebas jika bersama perempuan itu. Selama mereka berdua berpacaran, Sougo belum pernah memperlihatkan ekspresi langka itu ke Kagura.
Tapi kenapa dia memperlihatkannya ke perempuan itu?
Siapa perempuan itu sebenarnya?
Kagura terus memperhatikan perempuan yang bersama Sougo.
Aku merasa seperti mengenalnya, pikir Kagura.
Perempuan berambut biru dongker panjang terurai di Edo hanya ada satu, yakni...
Nobume?
Tidak tidak. Itu tidak mungkin. Bisa saja dia salah lihat warna. Kagura menggelengkan kepalanya—mencoba membuyarkan pikiran asal itu.
Nobume adalah salah satu teman dekatnya. Tidak mungkin Nobume merebut pacar sahabatnya sendiri? Selain itu, Nobume dan Sougo tidak pernah akur.
Baru saja Kagura mengalihkan fokusnya sejenak, kedua orang itu sudah menghilang dari hadapannya.
"Sial... Kemana arah mereka pergi?" Kagura langsung berlari sambil memperhatikan sekitarnya. Dia harus menemukan Sougo dan meminta penjelasan sebenarnya kenapa dia berbohong.
Kagura sudah menduga bahwa dia berbohong padanya.
Kagura menoleh ke arah gang-gang kecil di sekitar sana.
Ketika melewati salah satunya, sepasang mata biru cerah itu membelalak akibat syok melihat apa yang dia temukan.
Di ujung gang, dan sedikit jauh—dia melihat pemandangan yang tak semstinya ia lihat.
Tapi telah terbongkar di depan mata kepalanya sendiri.
Tubuhnya membeku seketika ketika melihat orang yang sangat dia cintai berciuman dengan perempuan yang bersamanya tadi.
Dan benar saja, perempuan yang dicium Sougo adalah Nobume; teman dekatnya sendiri.
Gadis Yato itu dengan cepat bersembunyi di bangunan terdekat.
Kagura terduduk di bawah sambil menutup mulutnya sendiri dengan satu tangan. Dadanya mendadak terasa sesak, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Dicengkramnya baju oriental miliknya yang berwarna kontras berlawan langit dengan kuat.
Kenapa?
Kenapa Sougo mencium Nobume?
Kenapa mereka bertemu di belakang Kagura?
Kenapa dia berbohong selama ini?
"Sougo, kau ternyata benar selingkuh..." bisik Kagura pelan dan lirih.
Air mata yang sudah tidak bisa terbendung lagi—mengalir deras dari kedua pelupuk matanya.
Kagura kecewa.
Sangat... Sangat kecewa.
Bukan hanya karena Sougo yang selingkuh, tapi karena Nobume juga tega menusuk dirinya dari belakang.
Teman dekat semacam apa itu?
Kagura perlahan-lahan berdiri sekuat tenaganya yang tersisa, lalu berlari secepat mungkin daru lokasi tersebut.
Dia tidak ingin menoleh ke belakang.
Kagura ingin pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Perasaannya saat ini bagaikan kaca yang hancur berkeping-keping. Dia terus berlari sampai di kediamannya sendiri.
Sesampainya di tempat yaitu Yorozuya, gadis berambut jingga tersebut mendobrak pintu dengan keras sebelum masuk ke ruang tamu dan langsung memeluk Gintoki dengan erat—seperti menubruk ke tubuhnya.
Hingga akhirnya pecahlah tangisnya saat itu juga.
"O-oi... Kagura, kau kenapa?" tanya Gintoki kebingungan melihat sang gadis menangis keras. Kagura tidak menjawab dan terus menangis. Gintoki menghela nafas panjang lalu mengelus lembut kepalanya pelan.
"Sudah, sudah... Menangislah sesukamu. Bocah sepertimu tidak seharusnya berlaga kuat. Menangislah..." ucap Gintoki sambil menepuk-nepuk pelan punggung Kagura. Dia membiarkan Kagura melampiaskan semua kesedihannya sambil tetap memeluk erat pada badannya yang tegap.
Setelah beberapa jam menangis, Kagura pun tertidur di pelukan Gintoki.
"Yare yare, aku tidak mengerti perempuan." gumam Gintoki pelan seraya mengangkat Kagura dan menidurkannya di lemari tempat tidurnya. Gintoki menatap sendu anak angkatnya itu. Dia mengelus kepala Kagura sekali lagi.
"Tidurlah Kagura dan lupakan semuanya." Gintoki tersenyum lemah sambil menyelimuti Kagura agar dia tidak kedinginan.
Keesokan harinya, Kagura terbangun dengan mata bengkak dan rambut yang acak-acakan. Wajahnya sudah tidak karuan. Dia berjalan ke ruang tamu dan menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Ohayou-aru." ucap Kagura lesu. Dia merasa lelah karena semalaman menangis.
"Ohayou, Kagura—Whoa... Apa yang terjadi dengan wajahmu?"
Shinpachi terkejut melihat wajah Kagura yang sangat kacau.
Bocah berkacamata itu berhenti melakukan kegiatannya menata makanan di meja dan mendekati Kagura.
"Kagura-chan, kau kenapa?" tanya Shinpachi smabil menatap sedikit khawatir padanya.
"Hiraukan saja dia, Pattsuan. Perempuan itu memiliki masalah yang rumit." ujar Gintoki dari meja kerjanya.
"Eh? Uhm, tapi—"
"Berisik, Shinpachi. Aku baik-baik saja. Berikan aku makanan." Kagura duduk di sofa sambil mendongakan kepalanya melihat langit-langit.
"Hm...Baiklah, aku mengerti. Kita makan sama sama. Gin-san, kau jangan duduk disana."
"Aku tahu itu, Pattsuan."
Gintoki beranjak malas dari kursi kerjanya lalu duduk samping Kagura. Shinpachi menyiapkan makanannya dan memberikannya satu persatu ke Kagura dan Gintoki.
Keheningan tercipta di antara mereka. Tidak ada satu pun yang mau berbicara. Aura suasana disana terasa berat.
"Etto... Gin-chan, Shinpachi. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan kalian." ucap Kagura memecahkan keheningan. Gintoki dan Shinpachi berhenti makan. Mereka langsung menatap lurus manik safir Kagura.
"Sepertinya aku akan pergi dari Edo dan membantu Papi di luar angkasa."
PRAAAAANNGGG!
Mangkuk yang dipegang Shinpachi terjatuh ke bawah lantai. Gintoki dan Shinpachi membelalakkan matanya, tidak percaya dengan perkataan Kagura.
"K-kau bercanda 'kan, Kagura-chan?" Shinpachi bicara duluan, dia sedikit meninggikan suaranya. Kagura menggelengkan kepalanya pelan—menandakan bahwa dia sedang serius.
"Tapi kenapa, Kagura-chan?! Kenapa kau tiba-tiba mau meninggalkan Edo dan juga kami berdua? Apakah terjadi sesuatu?!" teriak Shinpachi sambil mengguncang-guncangkan badan Kagura, namun sang empunya hanya diam saja dengan menggeleng lemah.
Gintoki menghela nafas panjang. Dia bisa langsung mengetahui kalau ini ada hubungannya dengan Kagura yang menangis kemarin.
"Sudahlah Pattsuan, itu keinginan Kagura. Kita tidak punya hak untuk melarangnya." ujar Gintoki datar dan monoton.
"Tapi Gin-san..."
"Shinpachi, itu bukan berarti aku tidak akan datang ke Edo lagi-aru. Aku akan tetap mengunjungi kalian. Karena itu, tolong... Jangan melarangku." Kagura tersenyum lemah padanya sambil meyakinkan sang pemuda berkacamata.
Melihat itu, Shinpachi berhenti berbicara. Dia menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Pemuda itu tidak rela kalau harus berpisah dengan adik angkatnya.
Gintoki menepuk pelan pundak Shinpachi dan menatap lembut Kagura.
"Kagura, habiskan sarapanmu. Siap-siap, lalu berpamitanlah dengan semuanya sebelum kau pergi."
"Iya... Aku tahu-aru."
Hari itu juga, Kagura berkeliling Edo untuk berpamitan dengan semua kenalan dan warga yang dikenalinya.
Reaksi semua orang yang di datangi Kagura sama semua.
Mereka menangis—tidak ingin berpisah dengan Kagura. Apalagi Soyo-hime, sahabat terdekat Kagura. Soyo sampai memeluk erat Kagura dan menangis tanpa henti.
Kagura sebenarnya tidak ingin meninggalkan Edo. Dia sudah terlalu cinta dengan kota itu.
Tapi, dia tidak akan sanggup lagi kalau harus tinggal di kota yang sama dengan orang-orang yang sudah mengkhianatinya.
Tidak, hatinya tidak sekuat hati Ibunda yang telah berada di surga.
Selama berkeliling, Kagura berusaha untuk tidak bertemu dengan Sougo. Dan untungnya takdir memihak Kagura. Dia tidak melihat Sougo sama sekali. Walau dalam hati kecilnya dia ingin bertemu untuk yang terakhir kalinya —tapi mungkin saja tidak akan kuat untuk menatap mata rubi pemuda yang berkhianat padanya itu.
Tidak, dia tidak salah sama sekali. Sougo patut menerima kenyataan bahwa Kagura tak menginginkannya lagi.
Kagura bahkan bisa bernapas tanpa pemuda itu.
Dia akan maju dan takkan melihat ke belakang lagi —untuk yang terakhir kalinya.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Kagura pulang ke Yorozuya. Dia mempersiapkan semua barangnya dan pergi ke terminal diantar oleh Gintoki dan Shinpachi.
.
.
.
[Terminal...]
Setelah sampai dan semuanya telah siap, Kagura memeluk mereka berdua—menghambur dengan senyuman tipis.
"Gin-chan, Shinpachi, aku pergi dulu-aru. Jaga kesehatan kalian, ya. Tolong jaga Sadaharu untukku."
Kagura memeluk erat kedua orang yang sudah menjadi keluarganya selama di bumi. Dia terisak, sedih sekali karena harus meninggalkan Gintoki dan Shinpachi—apalagi jaraknya dari Bumi yang sangat jauh.
"Ah... Iya, kau juga jaga dirimu disana, Kagura." Gintoki membalas pelukannya sambil mengelus kepala sang gadis dengan lembut. Begitu juga dengan Shinpachi.
"Khuh... Hiks... Sering-seringlah mengunjungi kami, Kagura-chan." kata Shinpachi sambil menahan tangis. Kagura melepaskan pelukannya lalu tersenyum lemah pada mereka berdua—tapi ia kuatkan.
"Aku berjanji. Oh iya—Gin-chan, bisakah kau berikan ini kepada orang itu? Tolong." Kagura memberikan sepucuk kertas yang diikat dengan tali hitam di amplop kepada Gintoki. Tanpa diberitahu pun dia bisa langsung mengetahui siapa orang yang dimaksud.
"Tenang saja, aku pasti memberikannya." Gintoki mengambil sepucuk kertas itu lalu menyimpannya di saku.
"Sudah cepat, kapalmu akan segera berangkat. Nanti mogok." tambahnya sambil tersenyum.
Kagura mengangguk dan langsung masuk ke kapal.
.
.
.
Di sisi lain...
Entah kenapa, hari ini Sougo merasa gelisah. Perasaannya tidak enak. Semenjak terakhir bertemu dengan Kagura di taman, semenjak itu pula dia belum melihat kekasihnya lagi.
"Kemana dia?" gumamnya pelan.
Dia merindukan Kagura. Sougo merasa bersalah karena sudah membohongi Kagura kemarin dan malah pergi makan bersama Nobume hingga tidur bersama.
Penyesalan datang di akhir? Ha. Sudah wajar.
Lucu sekali.
Dan inilah yang dirasakan oleh Sougo sekarang ini.
Pemuda itu berlari mencari Kagura di setiap tempat. Di taman, di jembatan, dan tempat-tempat pertemuan mereka yang lain. Namun hasilnya nihil, dia tidak menemukan gadis Yato itu dimana pun. Sougo terengah-engah karena terus berlari mencari Kagura.
"Sougo." panggil seseorang dari belakang.
Sougo menoleh ke arah sumber suara.
"Oh Hijikata-san, jangan menggangguku. Aku tengah ada urusan." balas Sougo masih dengan nafas yang tidak beraturan.
"Urusan? Dan kau akan membiarkan dia?" tanya Hijikata datar.
"Apa maksudmu? Dia siapa?" Sougo mendongak dan menatap Hijikata bingung.
Dia tidak mengerti sama sekali.
Hijikata menghela napas, tatapannya seperti akan sedih dan prihatin pada juniornya tersebut.
"Sudah kuduga, dia tidak berpamitan denganmu. China. Dia pergi meninggalkan Edo." Hijikata menjawab datar dan monoton sambil menghisap Mayoboro kesukaannya.
Mendengar itu, seketika manik rubi Sougo membesar.
Dengan kasar dia menarik baju Hijikata.
"Apa maksudmu, Hijikata-san?! Jangan bercanda denganku atau aku akan membunuhmu!"
Hijikata menepis tangan Sougo dengan kasar dan mendorongnya sampai terjatuh ke tanah yang dipijak mereka berdua.
"Kalau kau tidak percaya, pergilah ke terminal. Yorozuya dan Megane pasti masih ada disana." Hijikata pergi meninggalkan Sougo yang terpaku di tempat.
Kenapa? Kenapa kau tidak memberitahuku, China?
Sougo menggigit bibir bawahnya keras dan mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak akan membiarkan Kagura pergi begitu saja.
Tanpa memikirkan apapun lagi, Sougo langsung berlari secepat mungkin ke terminal.
Beberapa menit kemudian, Sougo sampai di terminal. Dia langsung mencari sosok samurai berambut perak yang kontras tersebut di tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang.
Dari kejauhan terlihat Gintoki dan Shinpachi yang berjalan mendekati Sougo.
"Danna,.. dimana China?" tanya langsung Sougo tanpa basa basi ketika Gintoki sudah ada di hadapannya.
"Untuk apa kau kesini, ha? Kagura sudah pergi." jawab Gintoki dingin sambil menatap tajam pada sang pemuda.
Sougo langsung menarik yukata Gintoki dengan tertawa palsu. "Haha... Lucu sekali—Jangan berbohong kepadaku, Danna. Dimana China—"
"Sudah kubilang... DIA SUDAH PERGI, BRENGSEK!"
BUAAAKKKK!
Gintoki memukul keras wajah Sougo sampai dia terpental beberapa meter dari tempat sebelumnya. Bahkan Shinpachi pun hanya bisa diam saja terpaku dengan wajah sendu.
Pemuda berambut perak itu menghiraukan tatapan semua pengunjung terminal yang menyaksikan dan berjalan mendekati Sougo.
Dia menarik seragam milik bocah Shinsengumi itu dengan kasar.
"Dengarkan aku, bocah sialan. Kagura sudah pergi dari Edo. Kau dengar? Tidak tuli 'kan? Dia. Sudah. Pergi."
DEG
Sougo terperangah.
Apa...?
Mata sang Yorozuya menatap tajam dengan dingin dan amarah terpendam dibalik tatapan maniknya yang melotot.
"Kau tahu kenapa sebabnya? Karena itu salahmu. Kenapa dia menangis semalaman waktu itu? Karena dirimu. Dia juga terluka karena apa? Juga karena dirimu. Selagi anak itu tersiksa, apa yang kau lakukan, ha? Bersenang-senang dengan perempuan lain?"
Sougo terbelalak shock.
Jadi selama ini... dia menduga akan mengetahuinya?
"Sadist, kau... Tidak benar-benar selingkuh 'kan?"
Kata-katanya terpintas di pikirannya saat itu juga.
Gintoki mengumpat dengan senyuman ejekan. "Kau benar-benar sampah tak berguna. Enyahlah dari hadapanku dan jangan pernah memanggil nama Kagura atau aku akan membunuhmu!"
Gintoki mendorong Sougo keras untuk melepaskan dirinya lalu berdiri, bersiap untuk pergi dari situ.
"D-Danna, tunggu dulu! Aku belum selesai—UGHH!..."
Belum selesai bicara, ia meringis lagi karena rasa sakitnya tiba-tiba. Rasa sakit di wajah Sougo semakin terasa jika dia berbicara atau menggerakkan mulutnya.
Tanpa banyak kata, ternyata itu adalah sebuah tendangan keras yang menjadi hadiah dari Shinpachi yang tengah menahan emosi.
Sougo terkapar di tanah sambil merasakan sakit, meringin pelan karena sakit di perut. Dia dipukul oleh keduanya.
Impas sudah.
Gintoki berhenti melangkah beberapa saat smabil melirik singkat.
"Ah, iya. Aku hampir lupa."
Setelah merogoh saku celananya, ia lemparkan sepucuk kertas rapi itu di hadapan wajah Sougo.
"Aku sudah berjanji kepada Kagura untuk memberikan surat itu kepadamu. Jangan pernah berani lagi—Ayo pergi, Pattsuan." lanjut Gintoki sambil pergi pulang bersama Shinpachi dan berjalan menjauh, sebelum menghilang di kerumunan orang-orang.
Sougo perlahan duduk sambil memegang perutnya, menatap sepucuk kertas yang terjatuh di hadapannya.
Penasaran akan isinya, perlahan-lahan dia buka kertas itu lalu membaca apa isinya.
Mnik rubi Sougo seketika membesar, rasa kesal dan sedih tiba-tiba muncul—ditambah air mata lolos dari pelupuk matanya, tumpah menuruni pipinya.
"AAAAAAARRRRRRRRGGGGGGHHHHH!"
Teriakan keras Sougo menggema di terminal yang tersamarkann oleh ributnya lalu-lalang orang. Sambil menangis serak, kedua tangannya ia kepalkan dan memukul lantai terminal sekuat tenaga.
Tangisnya bercampur rasa emosi dengan amat sangat.
Kesedihan, kekesalan, kebodohan—serta rasa penyesalan teraduk menjadi satu.
Merasa sedih karena Kagura meninggalkannya...
Merasa kesal karena dia tak bisa bertemu dengannya untuk terakhir kalinya...
Merasa bodoh karena mempermainkan perasannya yang suci—...
Serta menyesal karena telah berbohong padanya selama ini.
Dia menyesal, amat sangat menyesal.
Sougo sudah menyia-nyiakan kasih sayang yang tulus dari Kagura.
Dia sudah terlambat.
Waktu tak bisa diputarbalikkan bagaikan timer.
Kagura sudah pergi dari hidupnya—bagaikan balon gas yang sudah terlepas ke udara.
Yang hanya bisa dia lakukan hanyalah menerima kenyataan—
Bahwa Kagura tidak bisa kembali lagi ke dalam kehidupan Sougo...
Untuk selamanya.
.
.
.
.
.
Sementara itu di kapal, Kagura menangis tanpa henti. Kapal meluncur tanpa lambat dan terus menembus atmosfer luar galaksi.
Tapi itu tak menghentikan dirinya untuk menangis.
Sakit hatinya karena harus meninggalkan semua orang di Edo. Gintoki, Shinpachi, Sadaharu, Puteri Soyo... Hingga termasuk Sougo—orang yang dicintainya dulu.
Sebelum akhirnya dikhianati.
Dia menatap kosong langit luar angkasa yang pekat dengan mata yang sembab dari jendela.
Kagura menyadari; kini bahwa jarak dirinya dengan Sougo sudah terpisah jauh sekali.
Bermil-mil.
Berjuta-juta mil.
Bahkan ratusan planet jaraknya.
Sebelum pergi, dia memberikan surat itu pada Gintoki dan memintanya untuk diberikan pada Sougo.
Gadis Yato itu mengingat isi surat yang dia tulis untuk pemuda berpedang tersebut. Dengan suaranya yang serak, Kagura mengatakan kata kata yang dia tulis di kertas itu.
"Selamat tinggal, sadis... Berbahagialah dengan dia, jaga perasaannya, dan jangan pernah kecewakan dia. Jaga kesehatanmu dan yang lainnya. Aku sangat mencintaimu... Okita Sougo."
Kagura tersenyum lirih, menutup pelan matanya untuk terpejam—membiarkan air mata terus mengalir—berharap bahwa dengan itu akan menghapus semua luka di hatinya yang rapuh.
Padahal sebenarnya ia sendiri tahu—
Bahwa hatinya sudah hancur dan terluka parah menunggu maut menjemput...
Dan tak mencinta lagi untuk selamanya.
.
.
.
-END-
Thank you for reading~
===D.N.A. Girlz===
HAIIIIIII~~~ DNAgirlz aka Shinju desu~~~
Udah lama saya ga ngetik dari kapan-kapan karena sibuk kuliah dan ini juga dikarenakan teman saya Shena memang satu hati dan satu pairing wkwkwk jadi ya gitu dech~
Bagaimana? Apakah sudah menguras air mata atau makin angst? Wkwkwkwk aduh maafkan saya ya. Ini pendek banget AN nya dah wkwkwk
Oke oke jadi gini, kami bakalan bikin sampe ke hari keenam aka 6 September atau last prompt yaitu Kiss~~~ Nantikan chap kedua alias Cohabitation ya!~
Semoga kami bisa tetap melaksanakan drabbles ini dengan tuntas ya! Makasih buat support, review, hingga advice dari teman-teman kami!~ Ganbatte yang berjuang seperti kami XD Untuk Shena yang bantu saya, makasih banyak ya qwq
Dan untuk yang baca, LOVE YOU FULL!~~~
Regards,
D.N.A. Girlz
edit: ternyata sampai tgl 7 dengan jealousy lol maaf ya ^^" tetep ganbarimasu!
.
.
.
===Shiroyasha Shena===
Hollaaaaaaa Shena desu~~~
Setelah beberapa tahun memiliki akun ini, baru kali ini aku mempublish fanfiction buatan aku sendiri disini.
Semua ini karena semangat juangku demi mengikuti OkiKagu Week yang dimulai hari ini. Hahaha so serius banget ya.
Yah intinya aku mempublish disini karena ingin mengikuti OkiKagu Week sekaligus mengisi akun ku sendiri yang kosong melompong bagaikan hatiku yang hampa ini. /slap
Oke sampe disini aja bercandanya wkwk.
Bagaimana menurut kalian ff diatas? Aku membuat ff ini collab dengan partner kesayanganku, D.N.A Girlz. Baca deh cerita cerita buatan dia, keren pokoknya. *promosi
Bagaimana reaksi kalian OKIKAGU FANDOM?
Apa aku berhasil membuat kalian sakit hati dan menangis? Kalau aku sendiri sih nangis, padahal aku yang bikin ya.. Haha.. Terlalu mendalami.
Maafkan aku yang sudah membuat ff menyakitkan ini. Ketika prompt buat OkiKagu week sudah fix dan untuk hari pertama prompt nya "Breaking Up", entah kenapa aku langsung berpikir kalau Nobume cocok dijadikan alasan untuk menghancurkan hubungan okikagu.
Kenapa? Karena aku tidak suka sewaktu di Baragaki ARC, Nobume dan Sougo bertarung sampai wajahnya dekat-dekat seperti itu.
Kesel sekali liatnya.
Tapi karena berkat itu juga aku berhasil membuat ff ini.
Aku masih pemula dalam membuat ff, maka dari itu akan sangat membantu kalau kakak kakak Author yang sudah pro mereview ff pertamaku ini. Mohon bantuannya kakak kakak sekalian.
OkiKagu Week masih panjang, untuk yang mengikutinya...
SEMANGAT SEMUANYA!
AYO KITA TUNJUKKAN SEBERAPA BESAR RASA CINTA UNTUK PAIR FAVORIT KITA YANG SATU INI.
Makasih banget pokoknya buat partnerku yang sabar banget menunggu ff ini beres dan langsung mengeditnya. LOVE YOU!
Buat para reader pun LOVE YOU ALL...
Untuk prompt hari kedua, GANBARU ZOOOOO!
Sampai ketemu lagi besok~~~~~~ Bai Bai...
.
.
.
JANGAN LUPA REVIEW YAK BUAT KRISAR~ THANKS!~
Love,
Shena & Shinju
