Kaga: minna… ohisashiburi da na… Kaga modorimashita… xD kali ini Kaga pengen buat cerita tentang ayah dan paman Kardia dulu… xD sudah lama sekali.
Degel: apa yang mau kau lakukan Kaga?
Kaga: eh? Ehehehe ayah… ^^" itu loh… ano itu…
Yaaahh here we go
Tahukah kamu tentang keberadaan sihir dan monster? Nyatakah mereka? Disuatu tempat, di pulau tersembunyi nan misterius hidup beberapa kekuatan supranatural dan juga penggunanya, naga, penyihir dan juga monster. Semua itu nyata dan tersembunyi di suatu tempat.
Dan itu semua menunggu untuk segera diungkapkan.
The Misterius Island
"Buku ini, setiap kali kubaca tetap saja membuatku ingin tahu lebih banyak. Seperti apa ya pulau misterius itu?" tanya lelaki dengan surai hijau toska panjang yang sedang duduk bersantai di pelataran rumah. Mengenggam sebuah buku bersampul merah, dengan kacamata yang bertengger di wajah tampannya.
Tak lama datang seorang dengan wajah sama namun memiliki surai merah dan terlihat lebih muda, "kak. Ada yang datang mencarimu," ujarnya, walau memiliki wajah sama namun ekspresinya lebih dingin dari sang kakak.
Lelaki dengan surai hijau toska itu meletakkan bukunya di pangkuannya, "siapa yang datang, Camus?" tanyanya pada adik tercintanya.
"Kardia, siapa lagi. Dan juga bersama Milo. Oh iya kak Degel, aku akan pergi keluar dengan Milo sebentar," jawab Camus adiknya yang terlihat memiliki ekspresi lebih dingin dari sang kakak, Degel.
Degel mengangguk pelan, "hati-hati. Dan suruh saja Kardia kesini," ucap Degel pelan.
"Tak perlu kau suruh pun aku akan datang untukmu, Degel," Kardia, lelaki bersurai biru bergelombang itu muncul diikuti dengan sang adik yang memiliki surai pirang dan sama berantakannya dengan sang kakak.
"Ya sudah aku pergi dulu ya, kak. Ayo Milo," Camus langsung bergegas pergi menarik Milo, lelaki dengan surai pirang itu untuk segera pergi memberikan waktu kakaknya berdua.
Setelah kedua anak itu pergi, "dasar anak itu. Selalu tahu apa yang dibutuhkan kakaknya, Camus itu mengerti kamu ya," Kardia berjalan mendekati Degel yang masih duduk dikursi santainya.
"Dia selalu begitu, lalu apa yang mau kau lakukan disini?" tanya Degel menatap sahabatnya yang sudah lama mencuri hati milik pemuda berambut hijau toska ini.
"Kau ini, jangan terlalu tidak berperasaan seperti itu. Kedatangan kekasihmu yang satu ini seharusnya kau sambut dengan senang hati," Kardia terkekeh, wajahnya mendekati wajah Degel yang sudah memiliki rona merah, ia lepaskan perlahan kacamata yang masih bertengger manis di wajah tampan milik Degel. "Happy Anniversary hubungan kita yang sudah berjalan selama setahun ini," kecupan ringan didaratkan Kardia di bibir merah muda Degel yang menggoda.
"Kukira kau lupa…" singkat dengan rona merah yang semakin memerah.
"Mana mungkin aku lupa dengan hubungan kita," sekali lagi Kardia mencium bibir Degel dengan panasnya.
…
"Kali ini Kardia akan berbuat apa pada Degel ya?" di dalam perjalan Milo menggumam dengan kedua tangan di belakang kepalanya.
"Biar saja… sekarang ini kita hanya bisa mensupport mereka saja kan. Dan lagi, kau sedang bersamaku saat ini…" walau masih dengan ekspresi yang sangat dingin tapi Milo tahu, lelaki yang kini telah menjadi kekasihnya ini sedang malu-malu.
Milo terkekeh, "satu bulan aku tidak bertemu denganmu. Kau sama sekali tidak berubah ya, masih sama seperti dulu. Dingin dan jutek," Milo menurunkan tangannya dan meraih salah satu tangan Camus dan menggenggamnya dengan erat.
Sekilas terlihat sebuah senyum kecil di wajah dingin milik Camus yang dengan senang hati menerima tangan Milo yang menggenggam tangannya dengan sangat erat. "Tidak akan sama seperti dulu," ucapnya pelan seraya ia balik menggenggam tangan Milo dengan erat.
Milo tersenyum puas dengan apa yang dilakukan oleh Camus, "ya memang tidak akan sama," tangannya semakin erat menggenggam tangan Camus. Kedua lelaki tampan ini berjalan-jalan santai di kota dengan bergandengan tangan.
…
"Hei, aku dan Milo berencana untuk pergi berlibur di suatu pulau. Kau dan Camus boleh ikut, tepatnya aku akan memaksa kalian ikut," Kardia memulai pembicaraan, ia duduk di sebelah Degel.
"Kau memaksa kami?" tanya Degel memandang Kardia dengan lirikannya.
Kardia terkekeh, "jangan begitu. Selama setahun ini kita tidak pernah pergi berlibur keluar kan? Sesekali bolehlah, lagipula ini ide Milo. Dia ingin sekali berlibur dengan Camus, jadi setuju?" tanya Kardia sebelah tangannya merangkul pundak Degel yang terasa lebih kecil dibandingkan dirinya.
Degel menghela napas pelan, kekasihnya ini kalau sudah punya keinginan harus dituruti, "tapi aku dan Camus sedang tidak punya simpanan," Degel menatap kekasihnya yang semakin tertawa terkekeh.
"Tenang saja, kau bersamaku. Semua tanggung jawabku, juga tentu saja Milo," di kecupnya punggung tangan Degel yang putih dan mulus. Ditatapnya kembali kekasihnya berharap jawaban yang berbeda, dan ia tersenyum puas saat melihat anggukan pelan yang diberikan Degel sebagai jawaban.
"Tapi…" sepatah kata yang tidak jadi diteruskan oleh Degel, ia terdiam dan tertunduk.
Melihat kekasihnya bimbang, Kardia merangkul Degel dengan sangat erat, "tenang saja. Kau bersamaku dan Milo…" dielusnya kepala Degel dengan lembut.
Tak lama kemudian Milo dan Camus kembali dari kencan mereka, "kami pulang!" ujar keduanya. Yang dibalas dengan reaksi helaan napas Kardia.
"Kenapa tidak pergi sedikit lebih lama sih?" tanya Kardia menopang dagunya dengan raut wajah bête setengah mati. Diiringi suara terkekeh pelan dari Degel.
"Memang waktu yang kami berikan kurang, kakaku tercinta?" Milo merangkul sang kakak, "aku sih mau lebih lama. Tapi Camus bilang ingin segera pulang, dia bilang bahaya bila kakaknya hanya ditinggal berdua denganmu. Begitu katanya," katanya Milo cengar cengir.
Kardia menghela napas panjang, bahunya melorot begitu mendengar kata-kata itu, "tega sekali kau pada kakak iparmu, Camus," ia menatap Camus yang masih juga dengan ekspresi datar bin dingin.
"BELUM. Kau belum jadi kakak iparku," ucapnya ketus.
Serasa tertiban batu seberat 10 ton, Kardia terlihat lesu. Tapi Degel masih tertawa, dari dulu adik kesayangannya ini memang dingin. Lebih-lebih dari dirinya.
"Baiklah… minggu depan, kami jemput kalian ya. Kau sudah janji padaku Degel," Kardia beranjak dari tempat duduknya setelah mengecup punggung tangan kekasihnya kembali.
Ia lalu pergi dengan Milo, kembali ke rumah mereka setelah berhasil merusuh di rumah Degel dan Camus.
"Kakak mau pergi? Tadi juga Milo mengajakku…" Camus duduk disebelah kakaknya.
Degel mengangguk pelan, dengan sedikit senyum, "sesekali kita berlibur. Jarangkan kita punya waktu berlibur… kau ikut kan, Camus?" ia menatap adik kesayangannya.
Camus sedikit merilekskan tubuhnya, lalu mengangguk pelan, "iya… kau benar kak," jawabnya singkat.
T.B.C
Kaga: oke oke oke… chap pertama selesai juga… maaf kalau amburadul, hehehe ^^"
Degel: Kaga! Lagi-lagi kau…!
Kaga: ah?! Etto… kan bersama paman Kardia, ayah…
Kardia: masa bodoh denganku atau siapapun itu… yang penting Degel ikut, dan review ya… ^^
Kaga: Kaga juga minta review minna xD
