Nae Sunbae
.
.
Dhienhie Fujoyerelf
.
.
Genre: TeenRomance, Drama, Littlehurt
.
.
Rate: T
.
Lenght: Chaptered
.
.
Disclaimer: KyuMin milik Tuhan. Kyuhyun milik Sungmin dan Sungmin milik Kyuhyun, mereka saling memilki dan Sungjin murni milik saya *ditabokJongjin* Tapi yang pasti FF abal ini milik saya seutuhnya. :D
.
.
Warning: YAOI, Typo(s), DON'T LIKE DON'T READ! NO BASH! NO PLAGIAT!
.
.
.
enJOY~
CHAPTER 1
a/n: Minta sedikit perhatiannya :D nanti di bagian bawah ada sedikit pemberitahuan, tolong dibaca ya? Menyangkut jalan cerita soalnya. Makasih :D
.
~(*o*)~
.
This fict is dedicated..
To the world biggest shipper..
The JOYers..
.
Mungkin kita pernah mendengar istilah 'bullying'. Bagaimana rasanya jika kita mengalami itu?
Malu?
Kesal?
Ingin marah?
Atau mungkin~ pasrah?
Well, malu sudah menempati posisi pertama, karena apapun yang terjadi setelah kita mengalaminya, hal itulah yang kita tanggung pertama kali. Semua orang mungkin menertawakan kita walaupun ada beberapa gelintir orang yang mungkin masih mengerutkan kening penuh prihatin, tapi perlu diingat, itu hanya segelintir. Selebihnya mereka menertawakan kita.
Kesal menempati posisi kedua. Kesal sudah pasti muncul di benak kita, itu lanjutan dari perasaan di posisi pertama. Dipermalukan di depan banyak orang tentu membuat kita kesal dan muncul perasaan yang menempati posisi ketiga.
Yups, segala sesuatu seolah telah diatur sedemikian rupa, saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain, perasaan ingin marah pasti muncul jika kesal sudah mendominasi terlalu kuat. Marah ditunjukkan untuk memberikan perlawanan atas apa yang menimpa kita. Tapi, apa jadinya jika ingin melawan sekalipun kita tak punya kekuatan? Ingin membenarkan diripun kita tak memiliki keberanian yang kuat, dan diposisi keempatlah kita berada.
Pasrah! Pasrah! Pasrah!
Menempati urutan terakhir bukan berarti paling minim kemungkinannya. Posisi terakhir menjadi tempat berujungnya keunggulan posisi utama.
Malu hanya tinggal malu, kesal dan ingin marah-pun hanya tertinggal di dalam batin, dan pasrahlah yang terlihat berdiri dengan angkuh di posisi tertingginya.
.
.
Jeritan pilu terdengar dari salah satu bilik restroom, bunyi debuman bahkan tamparan, terdengar bersahutan seolah memperjelas penyebab jeritan sosok yang disinyalir berjenis kelamin yeoja itu.
"Mati kau!"
"Rasakan ini orang miskin!"
"Kau pikir kau pantas berada disini heh!"
Di luar bilik terlihat beberapa orang yang tengah tersenyum kecil mendengar jeritan sosok itu. Mungkin satu atau dua orang terlihat bergumam prihatin, tapi yang lain benar-benar seperti makhluk yang tak punya hati.
BRAK!
Pintu terbuka seiring dengan keluarnya tiga yeoja dengan kondisi tubuh berbeda. Dua di antaranya terlihat menepuk dua tangan mereka dengan bahasa tubuh seolah mengatakan kalau mereka berhasil membasmi hama di sebuah ladang. Sedangkan satu yeoja lainnya terlihat menundukkan kepala dengan kondisi tubuh mengenaskan, seragamnya benar-benar kusut dan nyaris sobek di beberapa bagian.
Rambutnya acak-acakan dengan sudut bibir yang masih mengeluarkan darah, sebelah pipinya terlihat memerah bahkan berwarna sedikit kebiruan seolah menegaskan kalau yeoja itu baru saja mengalami penganiyaan kelas berat.
Hampir seluruh siswa berkumpul di koridor sekitar restroom, mengamati bagaimana yeoja dengan kondisi tak baik-baik saja itu menundukkan kepala sambil terisak pelan.
"Pergi kau! Orang miskin sepertimu tidak pantas berada di sekolah ini! Menjijikkan!"
Yeoja tak 'baik-baik saja' hanya bisa melangkah pelan sambil memegangi pergelangan tangannya, dua yeoja tadi memelintir tangannya terlalu kuat hingga bisa ia rasakan persendiannya masih berdenyut sakit. Tulang punggungnya benar-benar seolah mati rasa, masih jelas diingatannya bagaimana dua yeoja mengerikan itu mendorong punggungnya berkali-kali ke pinggiran wastafel.
Air matanya tak berehenti mengalir saat beberapa orang menertawakan kondisinya, hal ini sudah biasa untuknya. Sekolah mengerikan ini hanya diperuntukkan untuk anak-anak manja yang selalu membanggakan kekayaan orang tuanya, bukan orang miskin sepertinya. Ya, dia miskin dan inilah yang menjadi alasan keharusannya menerima perlakuan seperti ini di Gyuhryseong School.
Kalau tidak ingat keinginannya untuk mencapai cita-cita, sudah sejak lama mungkin gadis cantik itu memilih untuk mengakhiri hidupnya. Karena untuk pindah ke sekolah lainpun rasanya sangat sulit, siswa yang keluar dari Gyeohryseong School akan mendapat catatan buruk di sekolah manapun. Jadi, tidak ada pilihan untuknya.
"Lain kali pakai toilet umum! Jangan menggunakan toilet yang sama dengan kami!"
Sindiran-sindiran tajam seperti itulah yang menjadi makanan sehari-harinya. Mereka selalu memperlakukannya seperti sampah, walaupun kenyataannya masih ada beberapa gelintir orang yang terlihat menggumam ikut sedih ataupun mengerutkan kening ikut prihatin atas kondisi yeoja 'tak baik-baik saja', mungkin dalam hati kecil mereka ingin sekali menolong yeoja itu, namun apa boleh dikata, mereka tidak ingin bernasib sama dengan yeoja itu.
Hidup di sekolah ini benar-benar keras. Jika tak kuat secara mental dan fisik, bunuh diri adalah jalan satu-satunya.
Yeoja 'tak baik-baik saja' terlihat membelokkan langkahnya untuk menuruni tangga, menapaki setiap tangga sambil meringis pelan meratapi nasibnya. Air matanya seolah tak berhenti mengalir.
"Tuhan~ kuatkan aku~" doa itulah yang selalu melantun pelan disela isakan perih yeoja itu.
Perlahan tubuhnya merosot di ujung tangga, bersandar di tiang tangga sebelum isakannya berubah menjadi tangisan pelan.
.
~(*o*)~
.
Sesosok namja manis terlihat berjalan kebingungan sambil mengamati setiap bangunan yang ia lewati. Umpatan pelan terdengar seiring langkahnya menyusuri koridor-koridor yang terlihat lengang.
"Dimana sih? Kemarin aku lewat sebelah mana?" tanya sosok itu pada dirinya sendiri.
Kepalanya bergerak melongok ke segala ruangan yang benar-benar sepi.
"Lagipula ini sekolah atau apa sih? Kenapa harus aku yang ada di sini?" sungut sosok bertubuh kecil itu sambil mulai berlari pelan di sepanjang koridor yang masih saja lengang.
Matanya bergerak ke segala arah untuk mencari seseorang yang mungkin bersedia membantu untuk menemukan jalan menuju kelasnya. Dua hari di sekolah yang besarnya nyaris menyamai supermall membuat sosok manis berambut hitam itu lupa jalan menuju kelasnya, kemarin dan kemarinnya lagi ia hanya mengikuti langkah seseorang yang kebetulan satu jalur dengan kelasnya. Namun kali ini, tak ada siapapun yang bisa membantunya.
"Aish! Aku yakin seosaengnim sedang mengantuk saat mengatakan kalau akulah yang terpilih untuk pertukaran pelajar yang bahkan tak merasa pernah ku ikuti," monolog disertai sungutan-sungutan lucu itu terus terdengar sepanjang sosok berbibir tipis shape-M itu menggerakkan kakinya.
"Oh Tuhan~" keluh namja manis itu saat matanya menangkap lagi-lagi ruangan itulah yang menjadi tempat berakhir langkah kakiknya.
Lelah sudah menyerang dan rasanya namja manis itu sudah tak bergairah untuk menemukan jalan menuju kelasnya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah duduk di ujung tangga sana sambil menunggu siapapun yang bisa membantunya nanti.
"Aku harap aku beruntung lagi. Semoga saat aku duduk di sana akan ada sosok yang Tuhan kirimkan untuk menunjukkan jalan menuju kelasku," gumam namja manis itu sambil melangkah lunglai menuju tangga yang sempat menjadi fokusnya tadi.
Semakin dekat dengan tangga semakin jelaslah keberuntungan sosok itu, dengan mata berbinar sosok manis beraut imut itu berlari kecil menuju ujung tangga saat foxy eyesnya menangkap keberadaan sesosok yeoja di ujung tangga saja.
"Yes, aku beruntung lagi," gumam namja manis itu sambil melangkah pelan saat hampir mencapai ujung tangga.
"Annyeong~"
Yeoja yang mendapat sapaan hanya bisa mendongakkan kepalanya membuat namja manis itu langsung memundurkan langkahnya dengan mata melebar terkejut.
Apa yang terjadi dengan yeoja ini? Apa dia baru saja berkelahi? Pertanyaan itulah yang menggelayuti pikiran sosok manis yang kini masih menatap penuh tanya pada yeoja yang tengah duduk di ujung tangga.
Yeoja dengan kondisi tak baik-baik saja itu terlihat menggerakkan jari-jari tangannya untuk mengusap air matanya, sebelum kembali menatap namja yang baru saja menyapanya.
"Annyeong~ ada yang bisa saya bantu?"
Namja manis itu meringis pelan saat menatap senyum manis yang terukir dari bibir yeoja 'tak baik-baik saja'. Walaupun tidak merasakan secara langsung tapi namja itu cukup tahu bagaimana perihnya menarik sudut bibir yang tengah terluka, bahkan namja manis itu melihat dengan jelas bagaimana darah basah masih membayangi sudut bibir gadis cantik di hadapannya.
"Aa~" si namja manis kembali mengatupkan bibirnya saat pertanyaan yang hendak ia lontarkan seolah tercekat di tenggorokkannya.
"Ne?" tanya yeoja itu dengan senyum yang masih membayangi wajah cantiknya.
Sang namja mulai menggerakkan jari telunjukanya, dengan gerakan ragu-ragu namja manis dengan ekspresi lucu itu menunjuk ragu-ragu pada wajah yeoja di hadapannya.
"Itu~ siapa~?"
"Oh. Aku?" tanya balik yeoja itu sambil menunjuk wajahnya.
"Aku Jihyun. Kang Jihyun," lanjut yeoja itu sambil mengulurkan lengannya pada namja manis yang kembali memasang wajah kebingungan.
Bukan, maksudnya bukan bertanya siapa nama yeoja itu, tapi siapa yang yang melakukan kekejaman pada wajah yeoja itu. Hanya saja namja itu seolah kesulitan menanyakan itu.
Matanya bergerak menatap bergantian antara wajah dan lengan yeoja bernama Jihyun itu.
'Tidak sopan!'
Namja manis itu tersentak kemudian buru-buru balas mengulurkan lengannya saat batinnya berteriak marah pada ketidak-sopanannya.
"Aku Sungmin. Lee Sungmin. Senang berkenalan denganmu Jihyun-ah," balas namja bernama Sungmin itu sambil mengukir eye smile.
Jihyun melebarkan mata sambil mengukir senyum tak percaya, selain membalas perkenalannya, sosok itu juga mengukir senyum manis yang bahkan belum pernah Jihyun dapatkan sejak menginjakkan kakinya di sekolah khusus anak orang kaya ini.
"Aku juga senang bisa berkenalan dengan Sungminnie~" balas Jihyun sambil kembali mengukir senyum cantiknya.
Sungmin hanya bisa menganggukkan kepalanya kemudian melepaskan jabatan tangan mereka berdua.
"Ah ya. Apa kau berniat menanyakan sesuatu tadi?" tanya Jihyun membuat Sungmin langsung menganggukkan kepalanya.
"Bisa kau tunjukkan jalan menuju kelas 2-C?"
"Kau kelas 2?"
Sungmin menganggukkan kepalanya.
"Wah, kita satu angkatan, aku juga kelas 2. Bedanya aku kelas 2-D, kelas kita berdekatan, kau mau pergi sekarang?"
Sungmin langsung mengangguk-angguk semangat membuat Jihyun melihat dengan jelas bagaimana lucunya namja di hadapannya.
"Kau seperti yeodongsaengku, cantik."
Sungmin langsung memutar matanya.
"Aku namja."
"Tapi aku berkata jujur, itu kesan pertamaku saat melihatmu. Sudahlah, ayo!"
"Maksudmu ayo? Kau akan mengantarku?"
"Ya, sekalian aku harus masuk kelas."
Kerutan samar muncul di kening Sungmin, yang benar saja? Dengan kondisi seperti ini Jihyun masih ingin mengikuti kelas.
"Ah tunggu!" seru Sungmin membuat Jihyun yang hendak memimpin langkah mereka menatap Sungmin yang terlihat sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.
"Igeo," ucap Sungmin sambil menyodorkan sapu tangannya.
"Untuk?"
"Untuk itu~" kata Sungmin sambil menutupi sebelah pipinya mengisyarakan agar Jihyun menggunakan sapu tangannya untuk menyeka darah di sudut bibirnya sekaligus menutupi pipi lebamnya.
Desiran perasaan terenyuh merasuk di batin Jihyun, kenapa Sungmin begitu baik padanya? Padahal selama bersekolah di sekolah ini tak ada satu orangpun yang peduli padanya. Apa Sungmin baik hanya untuk mengerjainya di kemudian hari?
Jihyun buru-buru mengenyahkan pikiran negatifnya saat matanya menangkap sinar tulus di mata Sungmin. Toh, kalalu memang terjadi sesuatu yang buruk di kemudian hari, yang jelas saat ini Jihyun benar-benar senang bisa mengenal namja manis setulus Sungmin.
"Nah~ sudah seharusnya begitu~ miskin berteman dengan miskin."
Sungmin dan Jihyun menoleh bersamaan ke puncak tangga dan mendapati dua yeoja utama pelaku bulliying terhadap Jihyun yang tengah melipat lengannya di depan dada sambil melempar tatapan remeh pada Sungmin dan Jihyun. Di sekitar yeoja itu terlihat kerumunan siswa-siswa yang ikut-ikutan melempar tatapan remeh.
"Yeoja miskin, kau cukup tahu diri ya? Pintar juga kau memilih teman. Kau memang cocok berteman dengan se-levelmu."
Jihyun hanya bisa menundukkan kepalanya sementara Sungmin yang benar-benar menentang adanya bulliying, langsung melempar tatapan sengit pada dua yeoja itu.
Dia tahu dengan jelas siapa dua yeoja itu. Teman sekelasnya, dua yeoja yang menyindirnya habis-habisan ketika awal perkenalan Sungmin di kelas. Bahkan teman-teman sekelasnya ikut menimpali karena dua yeoja itu menertawakan Sungmin yang saat itu berkata jujur kalau ia tinggal di flat kawasan masyarakat kumuh versi anak-anak orang kaya, padahal menurut Sungmin biasa saja.
Sungmin juga ingat bagaimana Park bersaudara itu menarik kuat rambut yeoja yang menjadi teman sekelasnya hanya karena masalah kecil. Sejak awal dua yeoja bernama Park Injung dan Park Jiyeon itu sudah melekatkan kesan buruk di otak Sungmin.
"Ya, miskin memang lebih cocok dengan miskin. Dan iblispun cocok dengan iblis. Kalian cocok!" sahut Sungmin santai kemudian melangkah santai meninggalkan Injung dan Jiyeon serta sorakan heboh dari hampir seluruh siswa yang menjadi pengikut dua yeoja itu.
"Wah! Sudah bosan hidup rupanya!"
"Haha. Jihyun kurasa sudah membosankan. Namja manis seperti dia boleh juga."
Injung dan Jiyeon hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat, dua yeoja yang tak pernah pilih kasih antara namja dan yeoja dalam urusan bully membully itu terlihat memunculkan sinar jahat di mata mereka. Demi apa murid miskin yang bahkan masih seumur jagung itu mengatai mereka berdua se-berani itu.
"Huh! Awas namja sialan itu!"
Seiring dengan dengusan Injung, dua Park bersaudara itu melangkah pergi diikuti dengan bubarnya kerumumunan siswa yang masih terfokus pada topik keberanian Sungmin.
Tepat saat situasi benar-benar telah sepi, muncul-lah empat orang namja dengan rambut pelanginya.
Satu namja di antara empat namja itu terlihat menyunggingkan satu senyum sinisnya. Matanya menatap ke arah ujung tangga yang tak lagi menampakkan keberadaan siapapun.
"Berani sekali ya, aku ingin tahu siapa namja itu," gumam sosok itu kemudian melangkah pergi menuju kelasnya.
Tiga namja yang masih berdiri di tempat awal hanya bisa menatap punggung sosok berambut merah terang.
"Aku yakin dia pasti mau berulah lagi," ucap namja berambut pink.
"Aku tidak bisa bayangkan kalau dia berulah lagi. Aku ingin berhenti saja! Menyesal berteman dengannya," imbuh namja berambut biru sambil meremas kuat rambutnya.
Namja berambut ungu terlihat diam menatap datar punggung sosok berambut merah yang sudah menghilang di ujung koridor.
"Aku sudah putuskan, kalau dia keterlaluan, aku akan keluar dan memilih sendiri saja," ucapnya.
"Ya Kibummie! Enak saja kau! Kalau kau pergi aku ikut!" protes sosok berambut biru.
"Mwo? Kau juga enak sekali Hyukkie! Lalu aku dengan siapa? Aku ikut kau dan Kibummie!" protes sosok berambut pink.
"Untuk apa ikut kami? Kau kan dekat dengan Henry!" tolak sosok yang di panggil Hyukkie.
"Dekat apanya!"
"Faktanya memang begitu kan? Jangan mengelak Wookkie!" balas Hyukkie saat mendengar sangkalan namja berambut pink.
Sosok yang dipannggil Wookie hanya bisa memanyunkan bibirnya kemudian meninju pelan lengan sosok yang ia panggil Hyukkie. Namja lengkapnya Lee Hyukjae dan hanya orang-orang tertentu yang boleh memanggilnya Eunhyuk.
"Kibummie~"
"Kim Ryeowook berhenti merengek!" desis Kibum kemudian mengambil langkah untuk menuju kelasnya.
Eunhyuk hanya bisa cekikikan pelan sambil memeletkan lidahnya pada Ryeowook sebelum menyusul langkah namja berambut ungu yang bernama lengkap Kim Kibum.
"Ya! Kau ini!" kesal Ryeowook sambil meninju pelan punggung Eunhyuk.
.
~(*o*)~
.
Jihyun mengantar Sungmin sampai ke depan kelasnya, gadis cantik berambut lurus itu sengaja mengajak Sungmin untuk sedikit berkeliling sekolah menunjukkan bangunan penting yang harus Sungmin ketahui, Jihyun juga menunjukkan jalan pintas menuju kelas Sungmin agar namja manis itu tak perlu berkeliling untuk cepat sampai kelasnya. Sungmin juga menceritakan tentang sekolah lamanya.
Jihyun baru tahu kalau Sungmin adalah murid pindahan, dan Jihyun juga paham dengan apa yang terjadi pada Sungmin, sekalipun murid baru, tidak akan ada satu orangpun yang mau menemani siswa miskin untuk berkeliling mengenal lebih jauh sekolah ini.
"Kau tau? Aku tidak bisa lihat apapun selain kesan aneh dengan sekolah ini."
Jihyun mengurai tawa pelan mendengar penuturan jujur Sungmin. Dari obrolan mereka tadi, Jihyun bisa menangkap kalau Sungmin adalah namja yang baik. Dia jujur dan berani menyampaikan opininya, berbeda dengan dirinya yang benar-benar pengecut. Selalu pasrah ditindas.
"Di sini memang seperti itu Sungmin-ah. Sekolah ini dibuat hanya untuk anak-anak orang kaya. Aku dan kau harusnya bersyukur bisa mendapat kesempatan-"
"Mendapat pendidikan di sekolah ini maksudmu kan?" potong Sungmin membuat Jihyun hanya bisa tersenyum membenarkan.
"Bukankah sudah kukatakan, aku tak bisa liat kesan selain aneh di sekolah ini."
"Terserah kau saja. Oh iya, kelasku di sana," ujar Jihyun sambil menunjuk ruangan dengan jarak satu blok sebelah kanan dari kelas Sungmin.
Sungmin menatap arah yang Jihyun tunjuk kemudian mengangguk.
"Oke. Sampai nanti ya? Kalau butuh teman, aku mau jadi temanmu."
Jihyun kembali memasang wajah tak percaya saat mendengar penuturan Sungmin, walaupun Sungmin senasib dengannya, tapi Sungmin berani, bisa saja Sungmin memiliki banyak teman, tapi kenapa Sungmin memilih ingin berteman dengannya?
"Teman? Kita teman? Kupikir kau tak ada niat berteman denganku."
Sungmin hanya berdecak malas kemudian mendorong pelan bahu Jihyun.
"Sana pergi ke kelasmu sebelum otakmu semakin melantur."
Jihyun mengurai tawa pelan, kemudian mengamati situasi.
"Ya, aku harap kau berhati-hati Sungmin-ah, aku takut mereka melakukan sesuatu yang buruk padamu," ujar Jihyun pelan, gadis itu takut ada seseorang yang mendengar kalimatnya. Jika itu sampai ke telinga Injung dan Jiyeon, bisa habis saat ini juga nasibnya.
"Tenang saja. Aku yakin keberuntungan datang padaku lagi," ujar Sungmin sambil mengacungkan jempolnya.
Jihyun hanya bisa mendesah lega sambil mengukir senyum tenang.
"Geurae, aku ke kelas ya," pamit Jihyun sambil melambaikan tangannya.
Sungmin hanya menganggukkan kepala sambil mengamati Jihyun. Setelah yakin Jihyun tak lagi terlihat Sungmin mulai melayangkan tatapan penuh selidik pada pintu kelasnya.
Kecurigaannya menguat saat ia tak mendengar satu suarapun dari dalam kelasnya, lagipula sejak kapan pintu kelas tertutup sebelum jam pelajaran dimulai? Seingat Sungmin, kemarin dan kemarinnya lagi, ia selalu melihat pintu kelasnya terbuka, kecuali saat seonsaengnim memang menutup pintunya.
"Tapi kan bel-nya belum ada satu menit," gumam Sungmin sambil mengamati pintu kelasnya dengan tatapan curiga. Matanya bergerak menelisik ke atas pintu berusaha mencari benda apakah yang tergantung di sana, namun Sungmin tak mendapati apapun di sana.
"Huh, mereka pintar juga ya? Bahkan aku tak bisa menebak apa yang tengah mereka siapkan."
Sungmin terus saja menggumam tak jelas sambil mondar mandir tak jelas di depan pintu kelasnya tak menyadari tatapan tiga namja yang sejak tadi berdiri diam menatap tingkah konyolnya.
"Apa dia sudah gila? Untuk apa mondar-mandir di sana. Dia pikir bel berbunyi nanti malam ya?" monolog Eunhyuk sambil menatap aneh pada Sungmin yang masih setia dengan tingkah kebingungannya.
"Mungkin dia di keluarkan dari kelas Hyukkie, bel sudah berbunyi dan kemungkinan besarnya dia telat," tanggap Ryeowook.
"Lalu untuk apa kita di sini?" tanya Eunhyuk.
"Ikut Kibummie~" jawab Ryewook sambil menunjuk Kibum yang terlihat mengamati serius tingkah Sungmin.
"Kalau kalian ingin duluan, pergi saja."
Eunhyuk dan Ryeowook langsung menyumpal mulut mereka kemudian menggeleng.
"Tidak kok, kami masuk kelas bersamamu," ujar Eunhyuk.
Kibum tak menanggapi ucapan Eunhyuk namun tatapan datarnya masih tertuju pada Sungmin yang kini terlihat berjongkok seperti orang bodoh dengan bibir bergerak-gerak tak jelas.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Bahkan bel sudah berbunyi sejak tadi."
Satu suara berat terdengar dari belakang tiga namja berambut warna-warni.
Kibum menolehkan kepalanya dan mendapati satu sosok laki-laki bertubuh standar –tidak gemuk dan tidak kurus- yang ternyata berprofesi sebagai salah satu guru di sekolah mereka.
"Dan apa yang Anda lakukan di sini? Bahkan jam mengajar sudah hampir selesai."
Eunhyuk dan Ryeowook langsung cekikikan mendengar ucapan Kibum. Ucapan frontal Kibum memang tepat sekali menusuk perasaan orang lain, tapi itu menjadi kelucuan tersendiri untuk mereka berdua.
Guru bertubuh standar terlihat mengamati penampilan Kibum dan mendengus tak suka saat melihat pin khusus yang melekat di blazernya. Pin itu hanya digunakan oleh murid-murid dari kelas A (unggulan) yang berisi siswa-siswi pintar, sombong, pandai berkelit, dan yang pasti kumpulan siswa dengan digit kekayaan orang tua yang selalu berkejaran satu sama lain. Hanya guru-guru kuat mental-lah yang bisa mengajar di kelas ajaib itu. Guru se-levelnya hanya akan menjadi bahan candaan murid kelas A.
Dengan kekesalan yang memuncak di kepalanya guru bertubuh standar terlihat melangkah menuju kelas mengajarnya pagi ini.
"Apa yang kau lakukan?" suara guru bertubuh standar terdengar lebih galak dari sebelumnya.
"Ah~ seonsaengnim."
"Bel sudah berbunyi sejak tadi!"
"Ne, saya sedang mencari kelas 2-C, apa benar ini kelas 2-C?" tanya Sungmin gugup.
Guru bertubuh standar terlihat menatap Sungmin kemudian mengangguk.
"Apa kau murid baru?"
'Tidak juga sih! Murid baru dua hari mungkin lebih cocok,' batin Sungmin namun kepalanya bergerak mengiyakan pertanyaan guru di hadapannya.
"Ya, ini kelas 2-C dan aku yang akan mengajar pagi ini, ayo masuk," ajak guru tersebut sambil melangkah ke depan pintu sebelum memutar kenopnya.
CKLEK!
"Sela-"
BYUR!
"Buahahahahahahahah!"
"Rasakan namja miskin!"
"Kena kau!"
Tawa bahagia mengalun keras dari dalam kelas Sungmin, yang ada di pikiran mereka adalah Sungmin sudah mendapatkan balasan atas ke-sok-beraniannya.
Kibum mengurai tawa konyol saat melihat Sungmin mengambil langkah mundur tepat saat guru bertubuh standar bergerak membuka pintu kelasnya.
"Seonsaengnim gwaenchanayo?" tanya Sungmin yang muncul dari balik tubuh gurunya. Hal itu langsung melenyapkan tawa senang yang mengalun keras bahkan bersahutan dari dalam kelasnya.
Kibum masih saja tertawa, sementara Eunhyuk dan Ryeowook hanya menatap Sungmin dengan pandangan tak mengerti.
"Berani sekali. Dia mengerjai seonsaengnimnya?" tanya Eunhyuk.
"Aku juga tidak mengerti hyung. Sepertinya iya, sepertinya juga tidak."
Kibum hanya diam mendengarkan asumsi-asumsi yang Ryeowook dan Eunhyuk lontarkan.
"KALIAN SEMUA SUDAH BERANI KURANG AJAR YA!" teriakan marah itu menggema di di kelas Sungmin. Bahkan murid-murid nakal itu terlihat menelan ludah saat menyadari kesalahan mereka.
Itu bukan Sungmin tapi guru tergalak yang selalu mereka takuti.
'Oh sial!' murid-murid itu sibuk mengumpat dalam hati, mereka yakin dengan pasti bagaimana nasib mereka setelah ini. Menjadi daging panggang di tengah lapangan adalah ide terburuk yang pernah ada.
"BERKUMPUL DI LAPANGAN!"
Benar kan?
Desahan kesal terdengar bersahutan dari teman-teman sekelas Sungmin.
"KECUALI KAU!" tunjuk guru bertubuh standar pada wajah Sungmin membuat namja manis itu kembali mengambil langkah mundur.
"Ye?" tanya Sungmin bingung.
"Kau tidak ke lapangan!" putus guru yang kini sudah berbalut larutan tepung itu kemudian melangkah pergi setelah berteriak 'cepat berkumpul' pada murid-murid nakalnya.
Teman-teman Sungmin terlihat melangkah keluar kelas sambil melayangkan tatapan sinis pada namja manis yang hanya bisa memasang ekspresi pura-pura tidak tahu padahal hatinya tengah bersorak gembira meneriakkan kalimat 'I'm lucky guy' berkali-kali.
Sungmin mengentalkan ekspresi polosnya saat Injung dan Jiyeon berdiri di depannya dengan pandangan marah.
"Aku tahu kau sengaja melakukan ini, miskin! Kali ini kau selamat! Tapi tidak untuk selanjutnya!" ujar Injung sambil menekankan tiap-tiap kalimat yang ia ucapkan.
Sungmin hanya menganggukkan kepalanya.
"Awas kau!" kecam Jiyeon sebelum melangkah pergi bersama Injung.
"Ya awas ya~ awas jatuh saat menuruni tangga," sahut Sungmin dengan konyolnya.
Namja manis itu terlihat menggerutu tak suka pada dua yeoja berwajah mengerikan itu.
"Nah! Sekarang apa yang harus kau lakukan, Lee Sungmin!" monolog Sungmin sambil mengamati suasana kelasnya yang benar-benar sepi.
"Jadi~ dia ya target Henry selanjutnya~" gumam Eunhyuk.
"Mungkin saja~"
Kibum kembali mengabaikan Eunhyuk dan Ryeowook, namja yang memiliki tatapan super datar itu terlihat menggerakkan kakinya untuk mengambil langkah guna mendekati Sungmin yang masih menggerutu tak jelas.
Kibum sedikit berdehem untuk mendapatkan perhatian Sungmin. Dan benar saja, namja manis itu menolehkan kepalanya kemudian memasang ekspresi terkejut saat matanya menangkap kilau warna menyilaukan mata yang berasal dari rambut warna-warni tiga namja di hadapannya.
'Waw! Keren sekali rambutnya!' batin Sungmin sambil memfokuskan pandangannya pada warna rambut kesukaannya. Rambut pink Ryeowook.
"Siapa kau?"
Sungmin tersentak saat mendengar suara namja berambut biru. Dengan balas sedikit berdehem, Sungmin kemudian menjawab pertanyaan namja berambut biru.
"Aku Sungmin. Lee Sungmin."
Eunhyuk dan Ryeowook saling memandang sementara Kibum terlihat masih fokus mengamati Sungmin dengan tatapan tanpa ekspresinya.
"Ye?" tanya Sungmin ambigu, agak risih juga sih ditatap seperti itu oleh sosok yang tak ia kenal sama sekali.
"Aku Kim Kibum. Senang berkenalan denganmu, Sungmin-sshi."
Sungmin hanya bisa mengernyit bingung saat sosok berwajah datar itu berlalu begitu saja. Sementara Eunhyuk dan Ryeowook terlihat melongo dengan mulut terbuka saat melihat dan mendengar apa yang baru saja terjadi di hadapan mereka. Kibum yang tak pernah mau bersusah payah menyebutkan namanya itu terlihat membalas perkenalan Sungmin dengan embel-embel kalimat senang berkenalan denganmu. Oh my! Apa yang sedang terjadi saat ini!
"Kibummie tunggu!" seru Ryeowook kemudian melangkah sambil menyeret lengan Eunhyuk menuju kelas mereka yang berjarak dua blok sebelah kanan dari kelas Sungmin.
Sungmin lagi-lagi mengerutkan keningnya sebelum akhinya menganggukkan kepala.
"Aku sudah bilang kan? Tidak ada kesan selain aneh!" monolognya kemudian melangkah memasuki kelasnya. Dia bisa menghabiskan waktunya untuk membaca buku mungkin.
.
~(*o*)~
.
Jam break makan siang dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Jihyun terlihat berdiri sambil memegang satu bungkus roti dan sebotol air mineral. Yeoja yang tinggi tubuhnya hampir sama dengan Sungmin itu tampak tersenyum kecil mendengar gerutuan lucu Sungmin.
"Ini kantin atau restoran sih! Kenapa mahal sekali!" gerutu Sungmin sambil menghitung uangnya yang bahkan tak cukup untuk membeli satu porsi kecil makan siang. Gila saja!
"Kita bisa berbagi roti," ucap Jihyun.
Sungmin langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah. Aku bisa tahan lapar, tapi tidak dengan haus. Apa di sekitar sini ada vendor machine?" tanya Sungmin yang langsung dibalas anggukan oleh Jihyun.
"Ayo," ajak Jihyun.
Mereka melangkah bersama ke ujung koridor meninggalkan pintu kantin diiringi dengan gerutuan kesal ala Lee Sungmin, masih tidak habis pikir rupanya. Memang sih kantinnya sudah menyerupai restoran tapi harganya kenapa sama dengan restoran juga. Menyebalkan!
"Kau mau?" tanya Sungmin sambil memasukkan koinnya pada vendor machine.
Jihyun menggeleng sambil menunjukkan sebotol air mineral yang ada di tangannya.
Sungmin hanya mengangguk paham sambil membuka penutup kaleng softdrink yang sudah ia dapatkan. Meneguknya sedikit rakus membuat Jihyun tersenyum dengan tingkah lucu Sungmin.
"Ayo cari tempat duduk," ajak Sungmin. Menghabiskan waktu istirahat sambil mengobrol bukan ide yang buruk. Mungkin sedikit aneh ya, tapi Sungmin sudah biasa berteman dengan yeoja sejak kecil.
"Kalau ingin mencari tempat duduk, tidak bisa di sekitar sini Sungmin-ah."
"Wae? Ini wilayah teritorial maksudmu?" sahut Sungmin yang hanya dibalas anggukan oleh Jihyun.
Sungmin mendecih pelan sambil kembali meneguk minumannya.
Pandangan sinis kembali tertuju pada mereka saat Sungmin dan Jihyun melewati koridor di depan kantin. Jihyun sudah pasti memilih untuk menundukkan kepalanya.
"Kalau kau begitu terus, nanti mereka semakin menindasmu," lirih Sungmin namun terdengar jelas ke telinga Jihyun. Yeoja itu hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Miskin!" ejek salah satu namja pada Sungmin.
"Anak manja!" balas Sungmin.
Jihyun menyenggol lengan Sungmin, mengisyaratkan agar namja manis itu tak menanggapi ejekan anak-anak orang kaya itu.
"Biar saja, Jihyun-ah. Mereka makin sok nanti!" ujar Sungmin sambil menatap sinis namja-namja yang kini menatap Sungmin penuh ejekan.
Jihyun hanya bisa terdiam, sedikit menengokkan kepalanya ke segala arah namun pandangannya justru terkunci ke arah depan sana.
"Miskin!"
"Mulut besar!"
Jihyun menatap bingung ke arah Sungmin dan lima namja yang kini berjalan ke arah mereka.
"Min! Sungmin!" panggil Jihyun berusaha mengambil alih perhatian Sungmin dari perdebatan konyol yang namja manis itu lakukan dengan salah satu namja bermulut usil.
'Aish! Eotte?' batin Jihyun bingung, yeoja cantik itu berusaha menarik lengan Sungmin namun Sungmin masih keras kepala diam di tempatnya.
Jihyun buru-buru menyingkir ke tepi koridor saat lima namja itu hampir tiba di hadapannya.
"Ssst! Min! Sungmin!" pekik Jihyun nyaris tercekik.
"Aish! Wae? Wae? Wae?" tanya Sungmin kesal. Namja manis itu melihat isyarat mata dari Jihyun namun ia tak mengerti apa yang maksud teman barunya itu.
"Ah? Apa? Tidak jelas~" ucap Sungmin sambil melangkah ke arah Jihyun.
Jihyun hanya bisa memejamkan matanya saat bunyi BRUK yang cukup keras terdengar ke telinganya. Beberapa orang yang melihat kejadian itu terlihat menyunggingkan seringai penuh kemenangan saat menyadari kesalahan besar apa yang tengah Sungmin lakukan sekarang.
"Aduh!" Sungmin meringis pelan sambil mengelus keningnya yang bertabrakan dengan dagu sosok yang kini berdiri di hadapannya. Matanya bergerak menatap kaleng minumannya kemudian menatap kemeja basah sosok di hadapannya.
'Aku tak sengaja menumpahkannya,' batin Sungmin.
Namja manis itu mendongakkan kepalanya berniat untuk menatap wajah sosok yang sudah ditabrak atau mungkin menabraknya.
'Waaahhhh! Tampan sekali!' batin Sungmin menjerit heboh saat matanya bertatapan dengan pemilik obsidian kelam di hadapannya.
Sungmin tidak berbohong. Sosok di depannya benar-benar tampan. Rambut ikal coklatnya, matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, tulang pipi dan rahangnya seolah saling mendukung, membentuk satu garis yang menegaskan ketampanannya. Tubuhnya lebih tinggi dari Sungmin dan kulitnya putih pucat.
'Oh Tuhan~ bagaimana bisa kau menciptakan namja setampan ini,' batin Sungmin.
SRET!
Sungmin mendadak tersentak dan merasakan cengkraman kuat di kerah seragamnya, namja manis yang belum sadar situasi itu hanya bisa bergerak tak nyaman sambil berusaha meloloskan diri.
"Mau mati heh!"
'H-huh? Siapa yang mau mati?' batin Sungmin bingung.
Sungguh tenggorokannya tidak bisa menyalurkan udara dengan baik jika seseorang seolah mencekik lehernya.
"Ya! Lepas bodoh!" teriak Sungmin membuat beberapa orang langsung memasang wajah shock, termasuk empat namja yang tadi berjalan dengan sosok yang saat ini bermasalah dengan Sungmin. Mereka melukiskan sinar tak percaya di mata mereka setelah mendengar bagaimana Sungmin berteriak pada doryeonim berhati iblis seperti sosok yang tengah mencengkram kemeja Sungmin.
"Kyuhyun oppa!"
Namja berkulit pucat langsung menghempaskan tubuh Sungmin membuat sosok manis itu terhuyung namun masih bisa berdiri dengan baik.
"Ya! Orang miskin! Apalagi yang kau lakukan!"
"Kau apakan Kyuhyun oppa kami!"
Sungmin mengenal jelas pemilik dua suara menyebalkan itu. Injung dan Jiyeon, siapa lagi yeoja paling menyebalkan selain mereka.
Sungmin berdesis pelan sambil memegangi lehernya.
"Jawab bodoh!" bentak Jiyeon.
"Seperti kau punya otak saja!" balas Sungmin kesal.
Jiyeon langsung memelototkan matanya bersiap menyerang Sungmin.
"Berhenti di tempatmu, aku tidak ada urusan denganmu. Dan apa yang kau katakan tadi? Aku melakukan apa? Aku tidak melakukan apapun pada Juhnyun oppa kalian ini!"
Tawa mengejek terdengar bersahutan dari segala arah saat Sungmin selesai dengan kalimat terakhirnya.
"Kau benar-benar miskin. Aku rasa kau perlu memperbaiki otakmu. Seharusnya kau tahu siapa mereka! C5! Cool Five! Kau catat baik-baik di otak dangkalmu itu!"
Sungmin hanya mendengus kemudian memfokuskan pandangannya pada lima namja di hadapannya.
'Huh? C5? Jadi ini mereka ya?'
"Memang sepenting apa mereka untukku? Aku hanya melihat wajah mereka di koran," sahut Sungmin cuek.
Injung bergerak ke hadapan Sungmin.
"Kau memang harus tahu dan bisa menjaga sikapmu!"
"Tenang saja. Aku tahu! Walau aku tak terlalu pintar tapi otakku berkembang sesuai situasi. Yang itu Lee Donghae kan?" tunjuk Sungmin pada namja berwajah komikal.
"Putra dari keluarga Lee, aku tahu. Konglomerat di bidang agensi dan PH yang melahirkan artis-artis kelas dunia. Lalu yang itu Tan Zhoumi," kali ini Sungmin menunjuk namja berwajah oriental dengan hidung super mancung.
"Putra dari keluarga Tan. Konglomerat asal China yang sukses dengan bisnis food product-nya di seluruh penjuru dunia. Dan yang itu, Kim Jongwoon," ucap Sungmin sambil kali ini menatap namja berwajah datar dengan tatapan tak kalah datar.
"Putra keluarga Kim, konglomerat yang sukses di bidang pertambangan dan aku juga tahu kalau dia lebih suka dipanggil Yesung. Hmm, lalu yang itu~ Choi Siwon!" ujar Sungmin sambil menatap wajah namja tampan yang terlihat menunjukkan sinar ramah di matanya.
"Di koran, dia terlihat sangat tampan. Putra keluarga Choi kan? Konglomerat yang sukses di bidang transportasi dan penerbangan. Lalu yang ini~" kali ini Sungmin menatap sosok yang yang tengah berdiri menatapnya dengan pandangan penuh intimidasi.
"Pangeran utamanya kan? Cho Kyuhyun. Di koran dia terlihat ramah, tapi siapa yang tahu kalau dia bagian utama dari lima makhluk gila hormat di hadapanku," bohong Sungmin, sebenarnya ia ingin mengatakan kalau Kyuhyun lebih tampan dilihat secara langsung dari pada di koran.
"Putra keluarga Cho. Konglomerat Korea Selatan dengan segala jenis bisnis yang menguasai pasar dunia. Aku tahu masih banyak dan aku tak ingin menyebutkannya satu-persatu."
Sungmin menyudahi penjelasan pintarnya kemudian menatap Jiyeon dan Injung.
"Apalagi?" tanyanya.
"Dan seharusnya kau tahu siapa pemilik sekolah ini!" gertak Injung.
Sungmin menatap Kyuhyun kemudian bergumam pelan.
"Keluarga Cho."
"Dan kau tahu letak kesalahanmu jadi cepat minta maaf!"
Sungmin awalnya memang ingin meminta maaf, tapi setelah merasakan langsung bagaimana Cho Kyuhyun berlaku sangat kasar padanya, Sungmin langsung menggeleng tak mau.
"Ini tidak sengaja! Aku hanya meminta maaf jika aku sengaja!"
"Tapi kau sudah mengotori kemeja mahalnya! Menjual harga dirimu sekalipun tak bisa membayar harga kemeja Kyuhyun oppa!"
Sungmin merasakan emosinya seolah melingkupi kepalanya ketika mendengar kalimat yang sama sekali tidak pantas diucapkan seorang yeoja pada namja.
'Menjual harga diri katanya?' batin Sungmin geram.
"Cepat minta maaf!" kali ini dua yeoja itu bergerak mendorong tubuh Sungmin.
Sungmin tak memberi perlawanan sedikitpun, namja manis yang tadinya mengukir raut keras kepala itu berubah mengukir wajah polos yang terlihat sangat natural saat tepat berada di hadapan Kyuhyun.
Kerutan samar membayangi kening Kyuhyun saat melihat tatapan polos tanpa dosa yang Sungmin layangkan padanya.
'Orang ini gila ya! Bukannya tadi dia menantangku!'
Sungmin berdehem pelan kemudian menatap Kyuhyun.
"Aku bilang akan minta maaf jika aku sengaja kan?" ujar Sungmin membuat kerutan nyata terlihat di kening Kyuhyun.
"Geurae, aku minta maaf Tuan Cho~" ujar Sungmin sambil menuang sisa minumannya ke baju Kyuhyun.
Injung dan Jiyeon hanya bisa melotot tak percaya dengan mulut terbuka lebar melihat aksi berani Sungmin. Seruan heboh mulai terdengar seiring dengan grasak-grusuk perbincangan keberanian Sungmin. Sementara Kyuhyun hanya bisa menatap geram pada sosok kecil yang bahkan bisa ia remukkan dalam satu genggaman ini. Siwon dan Donghae nyaris mengurai tawa melihat aksi berani Sungmin.
Sungmin menatap Kyuhyun satu kali sebelum melayangkan pandangannya pada Injung dan Jiyeon.
"Bertingkahlah seperti yeoja terhormat. Kalian telanjang sekalipun aku tak akan tertarik. Jangankan kalian menjual diri, kalau kalian mengobral harga diri sekalipun aku tak berminat melirik kalian!"
Selepas ucapan tajamnya pada Jiyeon dan Injung, Sungmin langsung melangkah kesal meninggalkan orang-orang menyebalkan diikuti Jihyun yang terlihat berlari kecil menyusul langkah cepat Sungmin.
Siwon menyenggol lengan Yesung, Yesung balas menyenggol lengan Zhoumi, dan Zhoumi pun balas menyenggol lengan Donghae. Empat namja tampan itu terlihat saling melirikkan ekor mata satu sama lain sebelum nyaris bersamaan mengulum bibir untuk menahan tawa akan aksi berani Sungmin. Mereka tidak lagi bisa membayangkan bagaimana marahnya Kyuhyun saat ini.
Kyuhyun memutar tubuhnya, menatap berang punggung kecil Sungmin yang nyaris menghilang di ujung koridor.
"Dia cukup manis kurasa," komentar Donghae.
"Dan juga berani," imbuh Zhoumi.
Kyuhyun menahan gemeletuk giginya, tangannya mengepal kuat sebelum ultimatumnya menggema dengan keras di sepanjang koridor.
"Siapapun! Seret tikus kecil itu ke hadapanku! Kalau tidak! Mati kalian!"
TBC
Tetoteet tooteeeeeettt *ala intro SPY*
Annyeong chingudeul #lambai-lambai bendera KMS
Sedikit note dari aku:
Apa ada yang ngerasa jalan ceritanya mirip sama drama Boys Before Flower? Hehe, aku memang terinspirasi dari itu drama. Gak tau, pengen bikin karakter Kyuhyun dan kawan-kawannya yang seperti F4, walau bukan F4 di sini #peace ^^ Karakter Sungminnya juga aku bikin pembangkang banget di sini biar meskipun dikerjain tetep berani ngelawan #plak
Untuk visualnya, di sini aku pakai Kyuhyun pas rambutnya agak panjang berantakan tuh, cuma agak ikal seperti Go Junpyo #plak dan Sungminnya kurus kecil pas jaman-jamannya lagu Miracle. Lucu banget Sungmin pas itu XD Kan keren tuh! Kyuhyunnya handsome pake banget, Sungminnya kecil #plak lucu imut. Oke, oke. Silahkan dibayangkan~ atau lihat di FBku atau cari di mbah Google #plak
Mian buat typo(s) ya :D
Ah, mengingat saat ini kondisi SPI sedang dilanda duka #plak Maksdunya sedang terjadi plagiat besar-besaran. Saya menghimbau(?) pada JOyerdeul untuk lebih berhati-hati, curigai semua pen-name asing apalagi kemunculan beberapa fanfic bersamaan dengan nama author yang sama.
Tolong! Jangan di review, apapun alasannya. Itu bukan tindakan yang bijak, di diamkan aja toh nanti kalau mereka sudah bosan bakal berhenti sendiri. Dan buat authordeul, HWAITING ya! Tetap berkarya! Tujuan 'mereka' memang mengusir author FFn khususnya author SUJU.
OKE!
Sampai jumpa next chap :D
NEXT!
RCL please~
Gomawo udah baca \(*o*)/
