Teacher! Look at me !
Gakupo x KAITO fanfic
School life , Drama , e.t.c
Rate : T- nearly M #noohh!
So damn many typo here, just unek unek yang menyumpal otak
Maaf kalau disini Kaito terlalu baka X"D aku tak sanggup membuat Kaito jadi cowo ganteng cool pintar dan berwibawa X"D Kaito terlalu manis untuk memiliki imej itu #noh
...
[Kaito's POV]
"Anak-anak. Tolong diam dan dengarkan" ucapan yang keluar dari bibir merah wanita berambut coklat pendek ini sukses membuat seisi kelas XII – C itu terdiam. Mencoba memperhatian, er? Setidaknya terlihat sedang memperhatikan Guru killer bernama Meiko itu
"Mulai semester ini akan ada pergantian wali murid. Dikarenakan Leon-sensei mulai masa pensiunnya, maka kedudukannya akan diganti oleh Shion-sensei. Dia guru baru disini, aku harap kalian bisa akrab dengannya" Meiko-sensei menepuk pundakku. Spontan akupun membungkuk lalu tersenyum pada murid – muridku
"Namaku Kaito Shion. Kalian bisa memanggilku Shi-"
"Kai-chan"
"Ekh!" Aku sedikit tersentak. Lancang sekali dia!, walaupun aku masih berumur 22 tahun. Bukannya tidak sopan memanggil guru baru dengan nama depan dan akhiran '-Chan' ?
"Kai-chan~" ia mengulanginya. Membuat seluruh isi kelas melirik ke arah pemuda berambut ungu panjang yang terlihat berandalan di pojok kelas. Ia menopang dagunya sambil menatapku dengan tatapan mengejek. Apa –apaan dia!
"Dia Kamui Gakupo. Anak pemilik sekolah ini. Berhati-hatilah Kaito-sensei. Aku harap kau bisa sabar disini" Meiko berbisik padaku lalu beranjak keluar kelas
"Kai-chan masih single kan? Kau terlalu manis sih untuk ukuran laki-laki" celetuk si Kamui dengan senyum mengejeknya lagi.
Aku, Kaito Shion. 22 tahun, dan memang masih melajang ini. Aku harap aku akan dapat bertahan mengajar musik dan juga menjadi wali kelas di Camui G. High School
...
"Kaito-sensei? Apa aku boleh memanggil sensei seperti itu?" tanya siswi berambut hijau toska itu dengan antusias
"Iya iya! Itung-itung biar lebih akrab gitu!" tambah siswi lainnya yang berambut kuning pendek dipermanis dengan pita putih
"Ah, itu. Terserah kalian saja. Sekarang kita konsen ke pelajaran ya?" Aku hanya dapat tersenyum menyikapi respon dari murid didikku. Untunglah aku dikaruniai wajah tampan yang membuatku mudah bergaul.
Sudah 2minggu aku mengajar disini dan sudah 2 minggu pula makhluk berambut ungu itu mengabaikan pelajaranku. Yang dilakukannya hanya bermesraan dengan siswi berambut pink yang aku tahu bernama Luka Megurine itu. Aku tahu ia mungkin sudah lebih dari 17 tahun. Tapi tak seperti ini juga kan? Aku benar-benar merasa tidak dianggap.
"Haahh~" Aku menghela nafas panjang. Memikirkan bagaimana caranya agar 2 remaja yang sedang dimabuk cinta itu dapat memperhatikan pelajaranku. Hem~ sebentar? Ah! Aku dapat menggunakan cara ini!
"Kamui-san? Megurine-san? Dapatkah kalian memberikan contoh teknik membawakan lagu diatas pangung? Ah! Tentu dengan gerak-gerik dan mimik yang pas? Aku fikir kalian sudah sangat faham soal ini sehingga kalian tidak butuh apa yang telah aku jelaskan" Aku melirik ke arah dua sejoli di pojok ruangan itu dengan tatapan kemenangan. Phft! Kali ini aku tak aka kalah dengan Nanahikari sepertimu Kamui-san
"Eh, K-kaito-sensei yakin?" gadis korea yang sedari tadi diam mulai angkat bicra. Memandangku dengan tatapan khawatir
"Tentu saja SeeU-san. Nah? Kamui-san Megurine-san? Silahkan~ kami menunggu penampilan kalian" Aku tetap tak mengalihkan pandanganku pada 2 sejoli yang benar-benar, er? Serasi? Tentu saja. Mereka sama-sama memiliki rambut panjang. Sama –sama tak pernah memperhatikan pelajaranku, dan juga sama – sama tak tahu malu.
"Luka-chan? Tidak apa?" kudengar Kamui menatap kekasihnya itu. Menyudahi elusannya pada rambut pink Megurine
"Aku malas. Sungguh" Megurine, yang aku ketahui adalah diva di Camui G High School beranjak dari duduknya. Mengalungkan gitar putih di lehernya lalu mulai menyetelnya. Eh? Tunggu gitar? Tuan putri ini dapat menggunakan gitar?
"Phft, setidaknya setelah ini ia tak akan mengganggu kita kan?" Kamui melirikku dengan seringai tajamnya. Kenapa rasa percaya diriku jadi turun drastis! . Ia mulai merapihkan kemejanya lalu duduk di kursi piano. Eh? Piano? Apa? Si Kamui bermain piano? Yang benar saja! Ini sangat bertolak belakang dengan imejnya!
"Awas saja jika ia tetap menggangguku" kali ini Megurine-san menatapku dengan tatapan membunuh. Hei apa salahku!
"..."
"Eh?" dentingan merdu piano putih mulai mengisi ruangan musik ini. Apakah Kamui-san sudah mulai memainkannya?"
"..."
"Ehh?" kali ini suara melodi gitar yang dimainkan Luka sedikit mengagetkanku. Bagaimana tidak? Ini melodi lagu yang lumayan keras. Jangan jangan mereka akan membawakan lagu rock dengan iringan piano?
"Kimi no koe wo kikasete, yodomu kokoro wo haratte ~"
Kali ini suara merdu seorang Megurine mulai menghiasi ruangan. Lagu apa ini? Kenapa aku merasa
asing dengan lagu ini? Apakah ini lagu pemusik jalanan? Tapi sepertinya mustahil melihat pendalaman yang Megurine dan Kamui tampilkan.
"Kaito-sensei. Sudah aku bilang kan?" SeeU sedikit berbisik padaku lalu terdiam bersama siswa lainnya. Mencoba tidak menyianyiakan bakat emas yang Megurine dan Kamui tampilkan. Tidak dapat mengelak. Penampilan mereka sangatlah indah. Mereka patut dijuluki profesional karena ini! Kenapa mereka malah sibuk bermesraan dan menghabiskan masa remaja mereka dengan membuang buang waktu?. Yah, aku akui membuang-buang waktu itu sungguh ini pernah muda, kau tahu kan?
"... Gaku. Aku ke UKS, kau mau ikut" Luka mendadak menghentikan permainannya . menaruh gitarnya di lantai dan berjalan keluar ruangan kelas. Sedangkan Kamui masih sibuk memainkan pianonya. Wajahnya begitu tenang dan damai saat memainkan benda putih bertuts itu. Yah, mungkin ia tak sepenuhnya gahar. Ia masih memiliki sisi yang menenangkan juga
"Pst~ sudah lama ya tak melihat Kamui-san bermain piano? . Megurine-san sangat beruntung dapat mendapatkan lelaki setampan Kamui-san"
"Ah! Jadi doki-doki sendiri. Kenapa pesona White-Knightnya terlalu bersilau ya?"
Aku dapat mendengar obrolan para gadis di depanku. Benar juga, dia terlihat seperti white knight dengan rambut ungu panjangnya dan kemeja putihnya. apalagi kedua matanya yang tertutup dan wajah tenangnya. Membuatnya seperti sedang memberikan Lullaby kepada sang putri yang tertidur lama.
"TENG TENG TENG"
"shit" gumamku pelan. Bel 3 kali menandakan pelajaran hari ini berakhir. Banyak siswa yang mengeluh kesal karena Gakupo menghentikan permainannya dan berjaan keluar kelas. Tak ada satu orangpun yang berani memintanya meneruskan permainannya. Ah ini saatnya untuk mengakhiri pelajaran
"Anak-anak. Pelajaran kali ini cukup sampai disini ya. Kamui-san dan Megurine-san pasti sudah giat belajar sebelumnya. Maka dari itu mereka dapat bermain bak profesional. Aku harap kalian dapat belajar dengan giat dan jadi seperti, ah bahkan melebihi mereka. Kalian boleh meninggalkan kelas sekarang" Aku menghakhiri pelajaran kali ini. Anak-anakpun langsung keluar kelas sambil membahas penampilan Kamui-san dan Megurine-san barusan.
. . .
Langit mulai berubah menjadi ke orange-an dan jam dindingpun sudah mulai menunjukkan pukul 4 sore. Aku masih disini. Di ruang seni musik untuk menyelesaikan jurnal nilai para murid.
"Yosh~! Sedikit lagi" Aku tersenyum puas melihat lembar dokumen dalam komputerku. Mataku tertuju pada 2 nama yang masih memiliki nilai kosong. Megurine Luka dan Kamui Gakupo. Hh~ aku tahu mereka memiliki hak istimewa di sekolah. Mereka bahkan memiliki potensi yang luar biasa dalam bermusik. Tapi apa yang harus aku masukkan dalam kotak nilai ini?
"Akh! Merepotkan!" Gerutuku pelan. Mengklik tombol save dan beranjak dari dudukku. Meregangkan otot-ototku yang sudah aku gunakan dalam 2 jam ini untuk duduk dan mengerjakan jurnal ini. Mungkin 1 cone eskrim vanilla akan membuatku sedikit bersemangat lagi.
Sejurus kemudiam pandanganku tertuju pada piano putih itu. Ingatanku pun otomatis memutar kembali saat Kamui-san memainkan nada-nada indah itu. Sebenarnya apa yang ia mainkan?. Penasaran, akupun duduk dan mencoba mengikuti apa yang Kamui-san mainkan
Jari-jarikupun mulai menari di atas tuts. Tapi hasilnya Nihil. Sebenarnya tuts apa yang ia mainkan!
"Bakaito" Suara bass itu. Tidak salah Kamui-san? Kenapa ia belum pulang. Sebelum aku sadari keberadaannya, ia sudah duduk di sebelahku lalu memainkan piano itu dengan tempo yang lebih lambat. Akupun tak mau membuang-buang kesempatan ini. Kucoba untuk mengingat tuts mana saja yang Kamui-san mainkan
"Aku tak mengira makhluk sepertimu menjadi guru musik" Ia menyeringai lalu menghentikan permainannya. Kedua irish birunya menatapku tajam
"M-Memangnya kenapa? Aku belajar dengan giat agar mendapatkan gelar guru musik. Tidak sepertimu yang asal memainkan instument" Aku mencoba melawannya. Balas menatap kedua matanya.
"Kau tak berubah ya?" Ia tersenyum lalu menunduk. Sebentar? Tak berubah apanya? Siapa kau!
"B-berubah apanya?" Oh Tuhan, aku benar benar tak tahu apa yang ia bicarakan.
". . . Sudah sore, ayo aku antar" Hegh! Sekarang apalagi! Kenapa ia malah ingin mengantarku! Tuhan! Dosa apa aku "Anggap saja permintaan maafku karena aku berlaku tidak sopan"
"aa-" Belum sempat aku menjawabnya ia sudah menarik lenganku. Menyambar laptop dan tasku lalu menarikku keluar . kh! Sebenarnya siapa dia!
. . .
"Ne? Kai-chan? Kau sama sekali tidak mengingatku?"
Lagi. Selama perjalanan sudah 3 kali ia bertanya tentang itu. Akh! Tuhan tolonglah aku sama sekali tidak ingat siapa Kamui ini dan kenapa mendadak ia jadi bersikap manis didepanku?
"Jawab aku!" Ia sedikit menyentakku. Eh? Apa kenapa! Akh! Ia hanya muridku! Aku tak boleh takut dengannya. Tapi tapi, fisikku terlihat jelas lebih lemah dan kecil darinya, terlebih saat ini aku berada dalam mobilnya
"A-Aku benar-benar tak tahu siapa kau" Jawabku jujur, kurasakan tanganku mulai gemetar. "A-aku hanya merasa tak asing denganmu, n-namun aku tak tahu siap ka- u?" Aku mendongak melihat kearahnya, Tangan kirinya yang bebas mengelus rambutku pelan sedangkan tangan kakannya sibuk menyupir.
Risih?
Tentu saja! Aku ini guru dan dia ini muridku! Berani sekali dia meletakkan tangannya di kepalaku! Terlebih lagi kita ini sesama laki-laki. Tapi apa daya, aku terlalu takut untuk menepis tangannya. Aku hanya dapat menunduk dan berdoa semoga akan segera sampai kerumah
"Mungkin kau memang mau melupakan masa lalumu, makanya kau melupakannya. Tapi jika kau mau aku membantumu mengingat, aku akan membantu sebisaku" Kamui-san kembali menarik tangannya laku konsentrasi menyupir. Aku tak mau meneruskan percakapan tapi aku terlalu penasaran apa yang sudah aku lupakan.
"Nee~ Kamui-san, a-apa kau mau memberi clue pada sensei-mu ini?" aku menggenggam tanganku gemetar. Jujur, aku mulai takut dengan tiap gerak geriknya
"Koto, Kimono , perpisahan"
"eh?" Aku menatapnya. Apa? Koto? Kimono? Perpisahan? Aku kembali menunduk. Memejamkan mataku dan mencoba mengingat apa yang telah aku lupakan. Selama kuliah di Prancis, Aku sempat mengalami kecelakaan yang membuat ingatanku sedikit terganggu. Mungkin ini yang embuatku lupa.
Koto, Alat musik tradisional khas itu.
Kimono, Pakaian tradisional yang megah itu
Dan perpisahan. Eh! Eh! Tunggu!
"Khh!" Aku memegang kepalaku yang mulai pusing. Seingatku, dokter yang mengurusku saat itu berkata jika aku mulai mengingat sesuatu aku akan merasakan pusing.
"Kaito-chan? A-apa kau tak apa-apa?" Kurasakan tangan kamui-san memegang pundakku. Aku menatap kearahnya. Pandanganku mulai kabur lalu semua terlihat gelap. Sebenarnya, apa yang aku lupakan?
...
end of chapter 1
aaa~ review plis X"D
komen juga~ aaaa~ aku tak ahli dalam membuat fic *kembali ke mmd* TwT
