You Belong with Me

LeoN fanfiction

.

.

.

.

.

Jung Taekwoon

.

.

Cha Hakyeon

.

.

.

.

Kim Wonshik

.

Lee Jaehwan

.

Han Sanghyuk

.

Lee Hongbin

.

Aku sudah pernah upload cerita ini di platform lain.

Jadi wajar kalau beberapa dari kalian sudah ada yng membaca.

*

Entah sudah ke berapa kali, Cha Hakyeon menghela nafas.

Dengan bibir cemberut, matanya melirik ke sebuah jendela gelap yg tepat berseberangan dengan jendela kamarnya.

Ingatannya masih sangat kuat, saat beberapa jam yg lalu pemilik kamar gelap itu menulis sebuah kalimat pendek di note besar yg selalu mereka pakai untuk berkomunikasi.

'Aku akan pergi kencan', tanpa suara, tapi terasa terus terngiang didalam telinganya, memenuhi seluruh otaknya.

Hakyeon akui, dia adalah penggemar pemuda pendiam itu semenjak pertama kali dia pindah ke rumah disamping rumahnya, dan pertama kali pemuda itu menyebut namanya.

Dia sangat keren, gumamnya berkali-kali setelah dia berjabat tangan untuk pertama kali.

"Jung Taekwoon," gumam Hakyeon lirih, menirukan bagaimana lirih suara Taekwoon ditelinganya.

Tubuhnya tegap, dan jabatan tangannya sangat tegas. Walau ketika tersenyum, senyumnya terlihat hangat.

Terangnya cahaya lampu yg baru dihidupkan membuat Hakyeon mengusaikan lamunannya tentang bagaimana kesan pertamanya atas Taekwoon.

Hakyeon langsung memasang kacamatanya lagi dan pura-pura sibuk dengan soal-soal rumit dihadapannya.

Taekwoon melepas hoodienya, menyisakan selembar kaos tipis berwarna hitam.

Lalu ber'oh' tipis tanpa suara, melihat lampu kamar seberangnya masih menyala terang. Tangannya meraih buku note besar yg ada disamping tempat tidurnya, juga spidol.

'Belum tidur?' tulisnya.

Hakyeon, dengan menahan keantusiasannya membalas.

'Belum ngantuk'

Ingin bertanya tentang kencannya tadi, tapi itu akan memalukan.

Akhirnya Hakyeon hanya menambahi tulisannya dengan desahan lelah.

Taekwoon hampir tersenyum, melihat wajah lelah Hakyeon yg menggemaskan.

'Kau terus saja belajar, tidurlah' tulis pemuda tinggi itu lagi sambil memasang pose menutup buku.

'Akan kucoba,' balas Hakyeon penuh penyesalan karena dia tahu setelah ini percakapan mereka akan berakhir.

'Matikan lampunya, kau akan tidur dengan cepat. Aku mandi dulu.'

Balasan Taekwoon kali ini agak panjang.

Dan ditambah satu kata singkat lagi. 'Night'

Dengan wajah cemberut yg disembunyikan, Hakyeon meletakkan tubuhnya di tempat tidur, kemudian mematikan lampunya.

Karena dia tahu, Taekwoon tak kan beranjak mandi sebelum Hakyeon benar-benar mematikan lampu kamarnya.

Taekwoon tersenyum, lalu masuk kamar mandi.

Dan dengan banyak usaha, Hakyeon akhirnya menutup matanya, berharap bermimpi indah tentang Jung Taekwoon.

Putus dengan pacarnya yang cantik itu, contohnya.

*

Awalnya Taekwoon tak mengenalnya sama sekali.

Dia bukan termasuk jajaran dewan siswa, bukan anggota klub futsal, bukan klub basket juga.

Tidak pernah satu kelas dengannya sama sekali, dan Taekwoon pikir eksistensinya di sekolah biasa saja.

Jadi Taekwoon pikir wajar jika dia tak mengenal Cha Hakyeon.

"Oh, tetanggaku bibi Cha, punya anak yang bersekolah di sekolahmu, kalau tidak salah seusiamu juga," ungkap kakak perempuannya suatu hari. "Namanya Cha Hakyeon"

Mendengar nama itu, Taekwoon lalu mengingat-ingat wajah teman-teman perempuannya.

'Cha Hakyeon, Cha Hakyeon,' gumamnya ketika itu.

Dan dia tak ingat sama sekali nama itu, karena sosialnya yang sangat buruk.

Hingga ketika dia harus ikut di rumah keluarga kakak perempuannya.

(Karena ibunya, juga ayahnya akan memulai lagi perjalanan bisnis mereka yang bisa dipastikan akan berjalan berbulan-bulan)

Dan bertemu dengan Cha Hakyeon yang sebenarnya.

Taekwoon sedikit merasa bersalah, karena rupanya Cha Hakyeon adalah nama laki-laki.

Seorang laki-laki manis dengan senyum cerah.

"Cha Hakyeon," ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.

Taekwoon meraihnya perlahan."Jung Taekwoon,"

"Tentu aku tahu namamu, seisi sekolah siapa yang tak mengenalmu?" canda Hakyeon yang membuat rasa bersalah Taekwoon bertambah lagi."Maafkan aku,"

"Tak apa, wajar" sahut Hakyeon cepat.

Dan mereka tak bisa ngobrol lebih panjang lagi karena Hakyeon harus segera menemani ibunya ke supermarket.

Lepas dari percakapan itu, satu-satunya hal yang benar-benar menghubungkan mereka hanya obrolan-obrolan kecil tidak penting sebelum tidur dengan menggunakan note book.

Karena kebetulan jendela kamar mereka berseberangan, dan sangatlah dekat.

Di sekolah?

Taekwoon merasa tak pernah punya waktu untuk ngobrol.

Jangankan untuk ngobrol, bertemu saja rasa-rasanya tidak pernah.

Beberapa kali Taekwoon memang seperti melihat Hakyeon, tapi tak sempat menyapa karena pemuda itu nampak sangat terburu-buru.

Karena entah dorongan dari mana, ingin rasanya Taekwoon bisa ngobrol banyak dengan pemuda berkulit seperti caramel itu.

"Apa yang salah?" gumamnya.

"Hah?" sahutan suara nge-bass besar disampingnya membuat Taekwoon tersadar dari lamunannya.

Itu Wonshik, teman satu klub basket Taekwoon.

"Apa yang salah hyung?". Tanya pemuda berwajah brandal itu sekali lagi.

"Lupakan," sahut Taekwoon singkat, lalu mengambil satu kaleng cola dihadapannya.

Memikirkan Hakyeon membuat Taekwoon lupa dia sedang bertemu dengan teman-temannya.

Dan Taekwoon tersenyum melihat wajah kesepian Hakyeon saat dia bilang akan pergi kencan.

Dia tidak bohong, sebenarnya dia benar-benar akan pergi kencan, tapi kekasihnya membatalkan.

Taekwoon melirik Wonshik, yang sudah tak memperhatikannya lagi dan sedang sibuk dengan ponselnya.

"Aku pulang saja," ucap Taekwoon kemudian.

"Oh, kau pulang hyung? Hati-hati dijalan." Sahut Wonshik tanpa memalingkan wajahnya dari benda kotak yg dipegangnya.

Dan pilihan Taekwoon untuk segera pulang sepertinya tepat.

Ketika sampai dikamarnya, dia masih mendapati lampu kamar Hakyeon yang masih menyala terang.

Dan Hakyeon yang sedang belajar.

Taekwoon lalu mengambill note book juga spidol.

'Belum tidur?'

*

Tak akan ada yang percaya dengan Hakyeon, jika dia berkata kepada teman-temannya bahwa seorang Jung Taekwoon dan dia senang bicara hal-hal tidak penting di malam hari, tepat sebelum mereka tidur.

Oleh karenanya, Hakyeon tak pernah menyinggung tentang hal itu sama sekali.

Jung Taekwoon adalah pangeran sekolah, semua orang tahu itu.

Dia sangat keren, karismatik, dan pendiam.

Pergerakannya sangat tenang, seperti singa jantan yang sedang mengintai mangsanya.

Seluruh penghuni sekolah memanggilnya dengan nama Leo karenanya.

Pintar, kapten basket, dan futsal sekolah.

Atau bahkan seluruh bidang olahraga di sekolah jika dia mau.

Seperti terlalu melebih-lebihkan, tapi itu kenyataannya.

Fakta yang hanya terlihat di sekolah, karena tak ada yang tahu bagaimana jika dia ada dirumah.

Hakyeon melirik kaca bening rak buku di sampingnya yang cukup memperlihatkan keadaanya sekarang.

Kaca mata besar yg hampir melorot, kerah bajunya yang sedikit kusut karena disetrika dengn tergesa-gesa, kulitnya yang semakin terlihat gelap karena minimnya cahaya yang masuk kedalam perpustakaan.

Singkat kata dia geeks sekolah, yang tentu tidak ada harapan bahkan hanya untuk dikenal oleh Jung Taekwoon.

Fans Taekwoon terlalu banyak, ditambah pacarnya yang sangat judes. Dan menghindari pemuda itu adalah hal paling aman yang bisa dilakukan. Yang selalu berhasil, karena perbedaan kegiatan mereka yang benar-benar sangat kontras di sekolah.

Hakyeon menghela nafas sambil membenahi kaca matanya.

Buku tebal di hadapannya terbuka separuh, dengan sebuah pembatas ditengahnya menunjukkan sampai mana pemuda itu terakhir membacanya.

Keadaan pojok perpustakaan sangat sepi, seperti biasa.

Karena jarang ada yg mau datang ke pojokan perpustakaan yang temaram.

Mata Hakyeon berkeliling, dan hanya melihat wajah-wajah tak asing yang memang jadi pelanggan perpustakaan.

Si anak baru kutu buku Wonwoo, yang sedang ditemani anjing besar yang setia mengikutinya, Kim Mingyu.

Ada Seohyun kakak kelas Hakyeon, yang sedang membaca sebuah novel di dekat penghangat.

Ada Kim Minseok, bendahara dewan siswa yg berkutat dengan lembaran-lembaran folio berantakan.

Dan Jung Taekwoon yang sedang berjalan tenang kearahnya.

"Cuma wajah-wajah biasa". Gumamnya.

Hakyeon menghela nafas malas, belum sampai sedetik dia lalu tergagap.

'JUNG TAEKWOON?!!'

Hakyeon hampir meneriakkan isi hatinya yang barusan itu.

Dan dia sudah tak punya waktu lagi untuk menghindari Taekwoon yang benar-benar sudah berdiri dihadapannya.

"Hai," sapa pemuda tinggi itu dengan lirih.

"Ah, hai." Pergerakan kakunya membuat kaca mata besarnya benar-benar melorot dan jatuh, yang kemudian langsung ditangkap oleh Taekwoon. "Thanks," gumam Hakyeon saat Taekwoon meletakkan benda itu dihadapannya.

Taekwoon mengambil tempat duduk dihadapan Hakyeon, "Kelasku sungguh ribut," ungkapnya lalu menelungkupkan wajahnya kedalam lipatan tangan. "Disini lebih tenang,"

Hakyeon berserapah dalam hati.

Dihadapannya benar-benar Jung Taekwoon.

Tetangganya yang ganteng dan keren itu.

Yang Hakyeon selalu butuh banyak energi untuk mengumpulkan tekad menyapanya langsung tanpa note book.

Karena suaranya akan selalu berhenti di tenggorokan, dan tangan yang hampir dilambaikan hanya akan diam tergenggam disamping tubuhnya.

Jangan bahas bagaimana dia di sekolah ketika bertemu Taekwoon.

Hakyeon akan benar-benar menghindari pertemuan dengan Taekwoon untuk menjaga-jaga pemuda itu tidak sampai menyapanya.

Dan dia tidak tahu kenapa sekarang Taekwoon malah dengan santainya tertidur dihadapannya.

Taekwoon membenahi posisinya tidur, dengn wajah menghadap Hakyeon. "Bangunkan ketika jam istirahat berakhir ya? Aku ngantuk sekali."

Hakyeon mengangguk lalu pura-pura kembali berkutat dengan buku tebalnya.

Namun dia harus tergagap sekali lagi karena tiba-tiba jari telunjuk dan ibu jari Taekwoon memegang ujung lengan bajunya.

Hakyeon hampir membuka mulut saat kemudian Taekwoon memberikan penjelasan.

"Cuma memastikan kau tak meninggalkanku," ujarnya tanpa membuka mata.

"Aku tak kan kemana-mana", gerutu Hakyeon yang tak ditanggapi oleh Taekwoon.

Namun Taekwoon tersenyum diam-diam dalam lelapnya.

*

"Cha Hakyeon!!"

"Hakyeonnie hyung!!!"

Mata Hakyeon mengerjap.

"Uh, Oh. Jaehwannie." Ucapnya. "Kau bilang apa tadi?"

"Kau melamun , hyungie." Jaehwan menyuap es krimnya. "Apa yang kau lamunkan?"

Hakyeon menggeleng, "Tak ada,"

Pemuda berhidung mancung yang duduk dihadapan Hakyeon itu lalu mencibir. "Jung Taekwoon lagi," suaranya jelas mengejek.

"Diam kau bocah,"

Satu karate-chop ringan untuk leher Jaehwan.

"Serius, ajak dia ngobrol sekali-kali. Kau terlihat culun dengan menjadi penggemar rahasia seperti ini, hyung" ungkap Jaehwan gemas.

"Aku memang culun, jadi biarkan." Sahut Hakyeon cuek.

Cafe es krim tempat mereka duduk sedikit ramai di siang yang sangat panas itu.

Sepulang sekolah tadi, Hakyeon langsung diseret pergi oleh Jaehwan.

Bocah besar itu sedang bad mood karena usul drama musikalnya untuk acara akhir semester ditolak oleh dewan siswa, dengan alasan tidak jelas.

Cukup jelas sebenarnya, jumlah anggota klub drama musikal yang tidak memadai dan dewan siswa berpikir tidak memungkinkan untuk bisa membuat bahkan satu drama singkat.

Namun, sebagai ketua klub itu bukan Jaehwan namanya kalau dia langsung menyerah begitu saja.

Dia mengajak Hakyeon menemaninya ke cafe es krim untuk 'mengatur strategi' sekaligus menghilangkan bad mood kekanakannya dengan beberapa scoop es krim.

Sayangnya, Hakyeon sedang tidak di mood untuk berfikir.

Hakyeon menyedot minumannnya perlahan.

Melamun lagi, membayangkan bagaimana tadi dia menghabiskan siangnya di perpustakaan ditemani nafas tenang Taekwoon.

"Hyung," panggil Jaehwan lagi.

Kali ini Hakyeon langsung menyahut, "Huh?"

"Butuh kaca? Kau memerah sampai telinga,"

Hakyeon melotot kaget dan langsung berkaca pada layar ponselnya.

"Kau bohong! Bohong!" ujarnya sebal dan mulai menghujani Jaehwan dengan pukulan-pukulan.

Jaehwan hanya tertawa puas sudah berhasil membuat yang lebih tua terganggu.

Tawa Jaehwan berhenti setelah pintu cafe terbuka untuk kesekian kalinya.

"Hyung lihat!"

Hakyeon mengikuti arah pandangan Jaehwan dan melotot lagi untuk ke sekian kalinya.

"Ugh, sial!" umpat Hakyeon seketika.

Ada Jung Taekwoon, pacarnya, dan beberapa orang temannya.

"Apa sih yg mereka lakukan di cafe kecil seperti ini!!" gerutu Hakyeon sibuk menutupi wajahnya dengan buku menu. "Kita pergi Jaehwan,"

"Tapi es krimku," erang Jaehwan sambil menunjuk gelas eskrimnya yang masih separuh. "Kenapa sih hyung, kau suka sembunyi dari Taekwoon, bukannya dia tak kenal denganmu?".

Yang lebih tua masih berusaha menyambunyikan wajahnya, "Pokoknya kita pergi!".

Tapi, rupanya Jaehwan masih bersikeras tak ingin pergi dengan alasan es krimnya yang masih separuh.

"Astaga Lee Jaehwan, besok ku tukar, sekarang ayo kita pergi," wajah Hakyeon memelas.

Dan itu membuat Jaehwan ber-smirk bahagia di dalam hatinya.

Jarang-jarang ida bisa menggoda Cha Hakyeon karena ke cuekan temannya satu itu.

"Tidak hyung, membuang makanan atau minuman itu tidak baik, toh Taekwoon tidak terlalu memperhatikan sekitar," ujarnya , lalu menyuap satu sendok es krimnya lagi.

"Jaehwann," Hakyeon mulai merengek.

Astaga, hyungnya ini bisa selucu ini ternyata.

Pesona Jung Taekwoon memang bukan main-main.

"Lee Jaehwan!" satu pukulan untuk lengan Jaehwan dan tiba-tiba dia mengerang. "Aduh hyung sakit!"

"Salahmu sendiri! Ayo pulang,"

Namun rupanya, erangan kesakitan Jaehwan tadi mengundang salah satu dari gerombolan Taekwoon untuk berdiri dan melihat ke arah mereka.

"Oh, Jaehwannie hyung!". Sapa satu suara nge-bass yang tak asing didengar Jaehwan.

Kali ini Jaehwan yang menoleh,"Oh, sial!" dan mengumpat.

"Hyung, kita pulang!" ucap Jaehwan cepat lalu menyeret Hakyeon dari tempat itu sebelum yang memanggilnya benar-benar mendatangi mereka.

"Hyung!" panggil suara itu sekali lagi sebelum Jaehwan dan Hakyeon benar-benar keluar dari cafe.

Jung Taekwoon, yang awalnya tidak tertarik dengan siapa yang dipanggil Wonshik, ikut menoleh karena dia merasa melihat siluet Hakyeon bersama seseorang yang di sebut Wonshik dengan Jaehwannie.

"Siapa?" tanyanya ingin tahu.

Yang menimbulkan keryitan aneh di kening Wonshik. "Jaehwannie hyung, teman SD ku dulu." Ungkap Wonshik polos yang kemudian memecah tawa diantara mereka.

"Teman SD mu?" tanya salah satu diantara teman-teman Taekwoon lagi dengan nada menggoda.

"Apa yang salah dengan itu?" sahut Wonshik cuek lalu kembali duduk dan meminum minumannya.

Namun masih menatap Taekwoon curiga, karena semenjak tadi dia masih melihat arah Jaehwan dan temannya pergi.

"Kau kenal dengan Jaehwan hyung ya?" tanyanya dengan nada tak senang,

"Entahlah," sahut Taekwoon cuek.

Yang mendapatkan tatapan tidak percaya dari Wonshik.

"Leo kau mau langsung pulang?" tanya Yura, pacar Taekwoon.

"Iya," jawab Taekwoon singkat, yang langsung membuat gadis canti itu merengut lucu.

"Akhir-akhir ini kau jarang main dengan kita, sejak kau pindah rumah " gerutunya. "Istirahat tadi juga tiba-tiba menghilang tanpa bekas."

Namun tak ada jawaban.

Taekwoon sendiri heran sebenarnya, kenapa rasa-rasanya pulang lebih awal terasa lebih menyenangkan akhir-akhir ini daripada ikut main dengan teman-temannya.

"Aku pulang,"

Hakyeon masuk dan memasang wajah heran saat melihat, Jung Jessica, tetangganya sudah duduk di ruang tamu.

"Ah, noona. Selamat siang." Sapa Hakyeon.

"Ini dia Hakyeonnie," perempuan cantik itu tersenyum. "Hari ini suatu hal terjadi dan aku harus ke tempat kerja suamiku, bukan hal buruk sih, tapi kurasa aku tak bisa membawa Minyul bersamaku, kau mau menemaninya kan?"

"Dia pasti mau!" sahut ibu Hakyeon dari dapur. "Kalau tidak mau, aku juga bisa mengurus Minyul, iya kan Minyulie,"

Rupanya bocah laki-laki umur 2 tahun itu sudah ada digendongan ibunya.

"Ibu ngomong apa, aku mau kok noona," sahut Hakyeon sambil tersenyum.

"Baguslah, kalau begitu aku bisa pergi dengan tenang," tangannya sibuk mengeluarkan barang-barang Minyul. "Mau menunggu Taekwoon pulang, tapi biasanya dia pulang malam,"

Dan Hakyeon hanya meringis.

"Bye, bye Minyul sayang, ibu akan pulang nanti malam. Jangan rewel ketika bersama Hakyeon dan bibi Cha ya," tangan Jessica melambai dan di balas juga dengan lambaian lucu oleh Minyul.

"Bye,"

*

Taekwoon mengerutkan keningnya heran ketika dia tak menemukan mobil kakak perempuannya yang harusnya ketika siang masih berada di garasi.

"Noona," tangannya meraih gerendel pintu namun tak bisa membukanya.

Pemuda tinggi itu lalu mengetuknya lagi. "Jessica Noona," dan mengecek ponselnya.

Benar saja, ada beberapa panggilan tak terjawab dan juga pesan dari Noona-nya.

'Aku ke tempat kerja Yi Fan, i have something to do and i'll be back at night'

'Oh, dan Minyul kutitipkan pada Hakyeonnie, mainlah kerumahnya jika kau kesepian'

Kedua alis Taekwoon terangkat melihat nama Hakyeon.

"Oke, tunggu samchoon datang, Minyul," gumamnya sendiri.

Taekwoon sudah berdiri di depan pintu rumah Hakyeon beberapa saat kemudian.

Ketika mengganti pakaiannya Taekwoon tersenyum sendiri membayangkan keponakannya yang lucu itu bermain dengan Hakyeon.

Taekwoon pasti bisa melihat senyum cerah Hakyeon lebih lama.

Rupanya senyum cerah Hakyeon ketika pertama kali mereka bertemu masih terpatri di pikiran Jung Taekwoon.

"Permisi," ucap Taekwoon sambil mengetuk perlahan pintu kayu itu.

Terdengar suara langkah tergesa, "Oh, si ganteng Taekwoonie ternyata," sapa ibu Hakyeon sambil tersenyum lebar.

"Masuklah," dengan sedikit merapikan sofa, nyonya Cha mempersilahkan Taekwoon masuk. "Hakyeonnie, Minyulie, lihatlah siapa yang datang,"

Namun tak ada sahutan.

"Cha Hakyeon?" panggil ibunya sekali lagi.

Masih tak ada sahutan.

"Biar ku lihat," Taekwoon mengangguk sopan.

Taekwoon yang sudah duduk ikut melongokkan kepalanya ke belakang, mencoba menemukan sosok Hakyeon dan keponakannya.

"Oh, Tuhan." Nyonya Cha nampak menutup mulutnya, lalu tersenyum.

Pemuda tinggi itu menatap ibu Hakyeon dengan penasaran.

"Mereka sudah tertidur rupanya, padahal hanya kutinggal memetik sayur dibelakang." Ungkap Nyonya Cha dengan nada sedikit menyesal.

"Tak apa, aku juga belum ingin membawa pulang Minyul," Taekwoon nampak berpikir sebentar, "Boleh ku lihat mereka?"

Ibu Hakyeo mengangguk dan membawa Taekwoon ke kamar Hakyeon, tempat mereka berdua terlelap.

Benar saja, di atas tempat tidur nampak Minyul yang tidur terlentang dengan nyaman dan jemarinya yang berpegang erat pada kelingking Hakyeon yang tertidur dalam posisi miring.

"Ya, Tuhan. Keponakanmu lucu sekali terlelap seperti itu Taekwoonie," ungkap ibu Hakyeon gemas.

'Putramu juga, bibi' batin Taekwoon.

Seketika Taekwoon merasa ada yang salah dengan pikirannya karea telah menyebut seorang pemuda seusianya dengan dengan sebutan lucu.

"Noona pasti senang melihat ini, boleh kuambil fotonya bi?" pinta Taekwoon penuh harap, yang tentu saja langsung mendapat anggukan dai perempuan paruh baya itu.

"Foto saja, dia keponakanmu toh," ibu Hakyeon lalu berjalan kembali ke dapur.

"Tak dapat senyum cerahmu, tapi melihat kau terlelap selucu ini aku sudah senang," gumam Taekwoon sambil mengambil foto mereka berkali-kali.

Mengirim foto itu kepada Jessica, juga meng-upload-nya ke sosial media.

'Keponakanku yang lucu, Minyulie, dan Baby Sitternya (?)'

Taekwoon tersenyum sendiri melihat hasil foto juga caption yang dia tulis di Instagramnya itu.

"Ahh, kalian lucu sekali," gumamnya lagi kemudian mengusap keringat di kening Minyul.

Ingin menyibak poni yang menutupi kening Hakyeon, tapi takut pemuda itu akan terbangun.

Akhirnya Taekwoon hanya terduduk di pinggiran tempat tidur, berseberangan dengan posisi tidur Hakyeon sehingga dia bisa dengan leluasa menatap wajah tidur kedua makhluk lucu itu.

Tbc.

*

Komentar dan voting sangat dihargai.

Terima kasih sudah mampir.