Disclaimer : Kubo Tite

AU, OOC, Typo (always and forever)

Pairing : IchiRuki, IchiHime, IchiSenna

Rate : M for save

.

.

.

CH 1

A Coffee

.

.

.

Gelap, pekat, dan pahit, seperti pengalaman kehidupan yang pahit tapi si sang pemilik mata emethyst sangat menyukai secangkir kopi hangat di pagi hari. Ia mungkin lupa kapan ia mulai menyukai kopi, sebelumnya ia tak pernah menyukai makanan maupun minuman yang memiliki rasa pahit. Tapi entahlah, ia sendiri tak ingin mengingatnya, bukan hal penting lagi baginya mengenang masa lalu. Rasa pahit sudah menjadi bagian dari hidupnya, tak peduli orang-orang menganggapnya sebagai hal yang menyedihkan mengingat ia adalah seorang gadis yang tak akan mungkin kekurangan apapun. Memiliki keluarga terpandang, bakat dan prestasi yang kian gemilang, seperti kopi yang sudah mendunia namun rasanya tetap pahit. Tapi, Hei! Kopi tidak selamanya buruk, kan? Ia tetap memiliki aroma wangi dan secangkir kopi hangat tentu membawa semangat di pagi hari.

Aroma kopi yang kuat mulai menyembur dari rebusan kopi di pembakaran lampu spiritus, dengan cepat meminimalisir bau cat akrilik yang menyengat sejak semalam. Jangan heran dengan kebiasaan gadis itu yang sering menggunakan apapun yang tak wajar, bahkan alat laboratorium pun ia gunakan. Bukan lantaran ia termasuk makhluk yang anti-mainstream, ia lebih menyukai dengan istilah 'kreatifitas'. Lagipula, tak banyak yang tau bahwa merebus kopi dengan menggunakan lampu spiritus akan menghasilkan wangi yang lebih kuat.

Sudah hampir dua puluh menit, larutan gelap pekat itu mendidih di dalam ceret transparan. Dengan gemulai, si mata indah itu mengangkatnya dan menuangkan cairan kopi favoritnya ke dalam cangkir. Menyeruput kopi tanpa menghirup keharumannya mungkin kurang sempurna untuk menikmatinya.

"Rukia!"

Gadis bermata indah emethyst bernama Rukia tersentak. And well, sebagian larutan kopi mengenai baju dan celemek bagian dada. Panas? tentu saja, ia meniup-niumnya dan segera melepaskan celemek kotornya yang penuh dengan percikan cat.

"Rukia!"

Gadis cantik berambut pirang blonde dengan setelan blazer merahnya berlari kecil memasuki ruangan itu. Rukia menoleh kesal, teman satunya itu selalu saja muncul dengan disertai kehebohannya. Heran, ada saja orang yang mampu menjalani kehidupan dengan serba kepanikan.

Gadis itu kini menyeret kursi dan duduk di hadapan Rukia. "Kau ini kenapa, Rangiku?" masih dalam keadaan kesal Rukia bertanya, "tak bisa kah kau masuk ke ruangan ini dengan santai?"

"Rukia, coba kau jelaskan! Pagi-pagi aku menelpon Hisagi untuk menanyakan kencan kalian semalam, tapi kenapa dia malah menghinamu?"

Rukia diam sejenak. "Dia menghinaku?" tanyanya santai sembari melirik sekilas gadis bernama Rangiku lalu beralih mengambil kembali ceret kopi dan menuangkan kopi di cangkir.

"Iya," jawab Rangiku masih dalam kepenasarannya, "dia bilang kau perempuan yang sombong, tidak tau diri dan sok jual mahal."

"Oh…" Rukia menyeruput kopinya dengan pelan.

Rangiku tak habis pikir dengan perilaku sahabatnya itu. Bisa-bisanya ia masih bersikap santai setelah dihina seperti itu. Pasti ada hal yang tidak beres yang sudah sahabatnya lakukan itu. "Apa yang terjadi kemarin malam?"

Dengan tampang 'sok tak mengerti', Rukia duduk. "Tidak ada," jawabnya terlihat biasa-biasa, "aku hanya menghabiskan waktu di ruangan ini dan melukis seperti biasa, apa ada masalah?"

Rangiku termangu sejenak memandang sahabatnya lalu ia menepuk jidatnya sendiri. "Pantas saja Hisagi marah."

"Kenapa memangnya?"

"Rukia…" panggil Rangiku dengan nada prihatin, "bukannya semalam kalian seharusnya makan malam bersama?"

"Lalu?"

"Kenapa kau malah di sini, melukis? What? Kau tidak kasihan apa dengan Hisagi?"

"Aku sudah jelas-jelas menolak ajakannya, kan? Terus?"

Rangiku memandang tak percaya ke arah sahabatnya.

"What's wrong?"

"Rukia…" Rangiku berusaha tenang menghadapi sahabatnya, "Hisagi itu… pria yang baik, dan dia benar-benar serius menyukaimu…"

"Aha!" seru Rukia dengan senyuman sumringahnya, "dia pria baik dan serius menyukaiku," ia lalu melemparkan tatapan tajamnya, "lalu kenapa dia menghinaku?"

Rangiku mengalihkan pandangannya sambil menggeleng pelan. Ia tahu, apapun yang ia katakan, sahabat keras kepalanya itu pasti bisa membalasnya. "Kau bisa jadi perawan tua kalau seperti ini terus…" gumamnya prihatin.

"Kau sudah selesai, kan?"

"What?"

Rukia memutar bola matanya dengan rada jengkel. "Kau ke sini hanya untuk menanyakannya, kan?"

Rangiku menganga tak percaya, dia diusir?

"Tunggu apalagi…"

"Iya, iya, aku selesai sekarang," sahut Rangiku menggerutu sambil bergegas berdiri "lagipula, aku ada kerjaan lain, tak seperti hidup seorang gadis yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mencoret-coret cat di kanvas persis balita yang baru memegang spidol lalu menghabiskan satu ceret kopi."

"Oh, kau menyinggungku?"

"Terserah!" Rangiku lalu balik dan berjalan menuju pintu keluar, kakinya terlihat kesulitan melangkah terburu-buru dengan rok pencil di bawah lututnya. Sebelum meraih kenop pintu, ia berbalik memandang sahabatnya yang kini menikmati kopinya. "Kau akan menyesal karena sudah menolak banyak pria!" serunya

"Terima kasih atas peringatannya!" balas Rukia.

Dengan kesal Rangiku keluar dari ruangan itu. Rukia bangkit dan berjalan menuju jendela, menyibak tirai brokat putih dan melihat sahabatnya mengomel sembari memasuki mobilnya. Rukia hanya bisa cekikikan melihat sikap sahabatnya itu. Menyebalkan tapi sangat perhatian, terlalu perhatian malah. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke kanvas yang penuh dengan cat hitam dan putih. Abstrak dan penuh misteri, hanya Rukia dan tuhan yang tahu lukisan apa itu.

"Dia bilang…aku persis balita yang baru memegang spidol…" ia sedikit memanyunkan bibirnya, "sembarangan saja…"

.

.

.

TBC


Hai... ketemu lagi sama author gaje ga tau diri ini wkwkwkwk

udah lama banget ga main d fanfiction eh malah buat fanfic rate M, bulan puasa lagi... #LOL hehehehe... tapi kita wajib menghormati yang tidak puasa #LOL

Apa ada yang kangen? *abaikan!* hehehehe... maafkan author yg ga tau diri ini krn begitu muncul bukannya ngelanjutin fanfic yang belum kelar eh malah bikin cerita gaje lagi #LOL

Um...untuk fic yang belum selesai... sebenarnya... juzie kehabisan ide #LOL# lama ga main ke sini bikin otak juzie makin tumpul bak cobekan sambal wkwkwk um... juzie usahain lanjutin kok, buat fic baru ini biar bisa mancing ide ^^a

sorry klo kebanyakan tipo dan bahasa amburadul, soalnya dosen juzie lagi duduk di belakang juzie, juzie buat ini di perpus wkwkwkwk

.

semoga ada yang suka ya