TITLE :
Aku Bukanlah Milikmu Chapter 1
Cast :
Cha Hakyeon , Jung Taekwoon , Lee Jaehwan , Kim Wonsik , Lee Hongbin , Han Sanghyuk
Warn :
GS l Hurt l Dramatis l Romance l Typo l Gaje
-###-
Dibawah pancaran sinar matahari yang akan tenggelam menjadi background seorang wanita yang terlihat menunggu seseorang.
"Apa kau menunggu lama?" mendengar suara orang yang ditunggunya wanita yang duduk dibawah pohon kepala pinggir pantai itupun menolehkan kepalanya keasal suara.
Pemuda yang berdiri tak jauh dari wanita itu pun tersenyum saat wanita itu menatapnya. "Apa kau menunggu lama?" Pemuda itu mengulang pertanyaannya kembali diiringi dengan langkah kakinya yang mendekat pada bangku yang diduduki wanita yang memakai dress selutu berwarna putih itu.
"Aku baru tiba 5 menit yang lalu"jawab sang wanita dengan suara yang lirih. Pemuda yang kini sudah duduk disampingnya menyerngit bingun saat melihat ekspresi wajah wanita itu yang terlihat berbeda dari biasanya.
"Kau ada masalah?" karena rasa ingin tau yang menggebu-gebu pemuda yang memiliki tubuh tegap dan sixpack pun bertanya. Sang wanita yang memiliki rambut bergelembong serta kulit yang tan terdiam seperti menimang-nimang apa ia perlu menjawab apa tidak.
Sang wanita yang memiliki nama Hakyeon itu pun menolehkan kepalanya pada pemuda disampingnya yang menatapnya juga, "Apa kau mencintaiku?" tatapan kedua ingsan manusia itu pun saling terpaku dengan pandangan sang lawan. Pemuda bernama Taekwoon merasa tenggorokannya kering dan ia hanya bisa menelan ludah tanpa bisa mengatakan sepatah katapun.
Dengan tatapan itu Hakyeon sudah tau jawabannya. Ia pun memutus tatapan dalam mereka Hakyeon membuang wajah kesisi kiri. Ia tersenyum kecut mengetahui kebenaran itu. 'jadi dugaanku benar?' batinnya.
Taekwoon masih setia menatap Hakyeon yang membuang muka darinya. "Meski aku tau jawabannya. Tapi apakan kau tidak ingin mengatakannya langsung padaku?"
"Apa?" Hakyeon yang kini sudah tidak memalingkan wajahnya pada Taekwoon,ia menatap lurus hamparan laut yang saling berkejaran untuk sampai dibibir pantai.
Dapat Taekwoon lihat jika wanita disampingnya ini tengah tersenyum kecil yang entah apa arti dari senyuman itu. "Aku bertanya padamu. Apa kau mencintaiku?" Taekwoon menarik nafas pelan,pertanyaan macam apa ini? tentu saja ia mencintai wanita yang sudah ia kenal sejak ia sekolah dasar hingga ia Senior High School kini. Lalu untuk apa wanita ini mempertanyakan perasaannya?.
"Apa kau Men..."
"Tentu saja aku mencintaimu. Memangnya semua yang kulakukan padamu selama ini apa tidak terlihat jika aku mencintaimu?" potong Taekwoon dengan suara yang datar. Hakyeon menatap diam Taekwoon yang sejak tadi menatapnya. Untuk kedua kalinya tatapan mereka bertemu,dengan tatapan ini Hakyeon sudah menemukan kepastian jawaban dari Taekwoon. Tetapi Taekwoon tidak bisa mencari jawaban yang ia butuhkan karena tatapan Hakyeon yang terlalu sulit untuk ia nilai. Jika tatapan pertama tadi Hakyeon yang memutus maka kini Taekwoon lah yang memutuskan tatapan itu. Taekwoon mengarahkan padangannya kedepan untuk mengalihakan tatapan Hakyeon. Hakyeon terdiam.
"Kalau begitu buanglah rasa itu"
Deg
Jantung Taekwoon seakan berhenti berdetak saa mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Hakyeon sedetik lalu. Taekwoon menolehkan tatapannya kearah sahabatnya yang ia cintai,ia menatap manik mata Hakyeon untuk menemukan kebohongan dan gurauan dari tatapan itu tapi hasilnya nihil. Dari tatapan itu Taekwoon menemukan keseriusan dan permohonan.
Taekwoon mengalihakan pandangannya kedepan lagi. Memandang jauh matahari yang akan tenggelam itu. Taekwoon menarik nafas dalam kemudian membuangnya secara perlahan agar ia mendapatkan ketenangan.
"Kenapa?" hanya kata itu yang bisa Taekwoon keluarkan detik ini. Hakyeon meremas tangannya sendiri yang berada dibalik pahanya itu. "Karena aku tidak bisa menerima rasa cintamu itu."Taekwoon diam menunggu kalimat yang akan dilontarkan oleh Hakyeon,"Aku akan pergih ke Singapura. Kau tau aku tidak bisa menerima perasaanmu yang akan terhimpit oleh awan yang berbeda. Meski menatap satu awan yang sama tapi kita tidak tinggal di negara yang sama. Meski kita memandang bintang yang sama tapi kita tidak memohonkan hal yang sama kan? Jadi aku rasa sebelum aku pergi aku harus tau perasaanmu dan kau memang mencintaiku"
Tangan Taekwoon terkepal kuat,Taekwoon menahan emosinya yang akan membuncah itu. "Kau tau ? setengah hatiku sangat senang kau bisa mencintaiku tapi setengah hatiku lagi aku tidak bisa menerimanya dan ingin kau membuang rasa itu" kini Taekwoon sudah tidak bisa menahan lagi sesak dihatinya sahabatnya yang ia cintai sejak ia menjadi siswa tingkat kedua Junior High School itu tidak bisa membalasnya dan menyuruhnya untuk membuang perasaannya demi mimpinya sendiri. Lalu bagaimana dengan mimpinnya yang ingin hidup bersama dengan Hakyeon?.
"Taekwoon-ah, aku tau ini tidak menyakitkan bagimu tapi sungguh jika aku menerimamu maka aku tidak bisa meraih mimpiku"
"Kau bisa pergi ke Singapura dengan kita menjalin hubungan sepasang kekasihkan?" kini Taekwoon mengeluarkan pendapatnya. Ia mencoba membuat Hakyeon tidak menolaknya.
Hakyeon menggelengkan kepalanya lalu berkata,"Tidak aku tetap tidak bisa. " Taekwoon menatap protes pada Hakyeon yang menatapnya biasa seakan tidak ada apa-apa.
"Bukankah aku sudah bilang tadi?"
"Tapi kita masih bisa bertemu jika kau sedang berlibur. Dan aku bisa mengunjungimu satu bulan sekali atau..."
"Taekwoon jika hal itu bisa kau lakukan aku tidak masalah. Tapi bagaimana dengan saling menatap bintang yang sama tapi permohonan yang tidak sama ?" kini Taekwoon terdiam memikirkan perkataan Hakyeon. "Kau dan aku tidak memiliki permohonan yang sama dalam hubungan ini. jika kebersamaan kita hanya kau yang menginginkannya sedangkan aku tidak lalu apa yang akan terjadi nanti?... itu juga tidak akan bisakan?"
Tes tes
Dua air mata Taekwoon jatuh dikedua matanya. Mendengar perkataan yang baru saja terucap dari bibir Hakyeon satu kesimpulan yang Taekwoon dapatkan. Hakyeon tidak mencintainya. Kenyataan itu menampar telak ulu hati Taekwoon.
"Aku tidak bisa. Hanya kau yang memiliki permohonan itu sedangkan aku tidak. Karena itulah aku memintamu untuk membuang perasaan itu. jangan mencintaiku dan berharap lebih padaku karena aku tidak bisa membalas dan menerima cintamu. Jika kau memberikan uluran tanganmu untuk membantuku aku akan menerimanya tapi jika kau memberikan cintamu... maaf aku tidak bisa menerimanya" Hakyeon memandang Taekwoon yang memandang matahari yang tenggelam.
"Hingga saat ini permohonanku hanya satu... menjadi seorang psikolog. Dan dualangkah lagi aku akan meraihnya. Sedangkan bersamamu bukanlah permohonanku"
"Aku minta maaf karena melukaimu tapi percayalah ini yang terbaik untuk kita dan juga aku mengucapkan terima kasih padamu karena kau telah menjaga dan selalu melindungiku. Taekwoon semoga kau bisa menemukan wanita yang terbaik untukmu. Aku akan berangkat ke Singapura besok aku harap saat aku pulang ke Korea kau tetap menjadi sahabatku. Mengerti"Setelah mengatakan itu Hakyeon beranjak dari duduknya ia meninggalkan Taekwoon. Taekwoon menatap kepergian Hakyeon dengan nanar. 'Jika kau tidak memiliki permohonan yang sama maka aku juga akan membuang permohonan untuk bersamamu.' Batin Taekwoon.
-###-
5 Tahun kemudian
Disebuah sekolah Yumkwang SHS disalah satu ruang kelas seorang guru wanita memakai kemeja putih dipadukan dengan celana kain panjang yang berwarna cokelat muda,semua murid dikelas itu fokus dengan materi yang ia jelaskan.
"Socretes bahwa kebajikan adalah pengetahuan dan kemaksiatan adalah kebodohan. Ia percaya hidup seperti ini adalah kebahagiaan dan cara hidup yang etis" saat guru itu akan membuka mulutnya untuk menerangkan kembali materinya terdengar bel istirahat berbunyi ia pun tersenyum maklum,"Baiklah hari ini sampai disini materi yang dapat saya sampikan. Sekarang nikmatilah waktu istirahat kalian" setelah mengatakan hal itu guru wanita yang terlihat masih muda pergi melangkah meninggalkan kelas dan berjalan menuju ruangannya-ruang guru-.
Wanita yang bernama Jaehwan kini tengah duduk manis dimejanya dengan membaca buku tentang kesehatan. Tiba-tiba datanglah seorang murid laki-laki yang duduk disofa berisi dua orang yang ia letakkan didepan meja kerjanya.
Jaehwan memandang murid itu dengan bingung,"Ada apa?" Jaehwan bertanya dengan murid laki-laki yang bernama Juwon itu.
Juwon tersenyum miring pada guru etika ini,"Bukankah tadi saat jam pertama dikelasku kau memintaku untuk menemui pada saat jam istirahat?" Jaehwan menepuk pelan keningnya tanda jika ia lupa dengan perintahnya sendiri.
"Ah.. aku hampir lupa tadikan aku menyuruhmu untuk menumuiku... ada yang ingin aku tanyakan kepadamu. Kau belum mengisi cita-citamu dikertas yang aku berikan minggu lalu" jelas Jaehwan. Juwon duduk menyilangkan kakinya dengan tangankanan bertumpu pada tangan sofa itu, "Aku tidak memiliki impian dan cita-cita?"jawab Juwon dengan wajah santainya.
Jaehwan menyilangkan tangannya didadanya lalu berkata,"Kau tidak memiliki cita-cita disaat usiamu 17 tahun? Kau tau dulu saat aku berusia 10 tahun aku sudah memiliki cita-cita" Juwon tersenyum kecil melihat ekspresi Jaehwan.
"Sampai saat ini apa sedikit cita-cita atau keinginan untuk masa depan pada dirimu tidak ada?" tanya Jaehwan dengan dengan tangan yang diturunkan dan diletakkan dipahanya.
Juwon bergaya seperti berfikir serius,"Menikahi seorang guru etika?" kemudian Juwon mengganti posisi duduknya menjadi tegak,"Ah ia menikahi pegawai pemerintahan"
Jaehwan menatap serius pada muridnya yang satu ini,"Kalau begitu kuliahlah dan belajarlah yang rajin" Juwon berdiri dari duduknya dan memasukkan kedua tangannya disaku celananya,"Aku tidak perlu kuliah karena aku tampan"Jaehwan memijit pelan keningnya.
"Kau dengan otakmu yang..."
"Ini minumlah" Juwon memotong perkataan Jaehwan dan meletakkan sekaleng cola ia letakkan dimeja Jaehwan. Setelahnya Juwon meninggalkan meja kerja Jaehwan.
"Ah...aku merasa tua jika berhadapan dengan anak itu" gumam Jaehwan. Pandangan Jaehwan pun mengarah pada sekaleng cola dari Juwon.
-###-
Leo Company
Leo company adalah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi perusahaan ini dibangun oleh Tuan Jung dan akan diteruskan oleh putra tunggulnya Jung Taekwoon.
Taekwoon tidak hanya bekerja dikantor saja ia turun langsung kelapangan meski tidak sering juga.
Seperti saat ini Taekwoon sedang mempelajari dokumen dari Amerika Serikat yang meminta perusahaannya untuk membangun jembatan tol baru didaerah sana.
Tok tok
"Masuk"suruh Taekwoon tanpa memandang siapa orang yang sedang memasuki ruangannya itu.
Sedangkan diujung pintu terlihat seorang pria yang memakai kemeja hitam dengan celana panjang berwarna putih sedang berdiri dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya mengamati Taekwoon yang masih belum mengalihakan atensinya dari dokumen itu.
"Ais kau ini. apa kau tidak bisa meninggalkan berkas itu barang sejenak untuk melihat siapa yang masuk kedalam ruanganmu?" keluh pria berkemeja hitam itu saat tak mendapatkan respon apapun dari sahabatnya.
Taekwoon berhenti membaca dokumen itu dan menolehkan kepalanya kearah pemuda berkemeja hitam yang bernama Ravi yang kini berjalan kearahnya dan mengambil duduk dikursi depan meja kerjanya.
"Aku tidak perlu melihatmu karena aku sudah tau jika itu kau"jawab Taekwoon acuh. Taekwoon pun mengutak-atik berkasnya lagi.
sedangkan Ravi menggelengkan kepalanya memaklumi tingkah sahabatnya ini, "Kau ini jangan terlalu serius pada pekerjaan sekali-kali kau buat lebih enjoy juga tidak ada salahnya" saran Ravi dan hanya mendapatkan respon diam dari Taekwoon.
"Ada apa kau kesini?" tanya Taekwoon to the point. Ravi tersenyum lebar saat sahabatnya ini mengingatkan niatnya datang kesini. "Aku ingin mengundangmu datang kepestaku bagaimana?"
Taekwoon menutup dokumennya lalu memandang Ravi dengan kening yang berkerut, "Memangnya kau akan mengadakan pesta apa?" tanya Taekwoon heran pasalnya baru 3 minggu yang lalu sahabatnya ini mengadakan pesta dan sekarang pesta lagi. Apa uangnya hanya akan digunakan untuk berpesta?
"Ais jika kemarin aku mengadakan pesta untuk bersenang-senang sekarang yang mengadakan orang tuaku. Appa dan Eomma merayakan pesta untuk ulang tahun pernikahannya. Dan aku boleh mengundang teman-temanku jadi aku mengundang kau,Jaehwan,Hongbin dan juga Hyuk"Taekwoon menganggukkan kepalanya. "Baiklah aku akan datang bersama dengan Jaehwan"
"Itu memang harus. Oh ya pekan ini kita akan mengadakan pertandingan bisbol. Kau harus ikut"Ravi memberitahu. Taekwoon mendesis,"Tentu saja aku ikut bukankah nanti Jaehwan yang akan menjadi wasitnya" Taekwoon tersenyum kecil mengingat kekasihnya itu.
"Kau ikut karena ada Jaehwan? Aish aku menjadi ingat saat kau pertama kali mendekati Jaehwan kau yang awalnya membenci bisbol menjadi menyukainya dan berlajar dengan giat hanya karena wasitnya seorang Jaehwan "Ravi pun tertawa mengingat tingkah sahabatnya saat berusaha mendekati Jaehwan. Sedang kan Taekwoon yang melihat tawa Ravi yang terkesan meledeknya menjadi kesal. "Berhentilah tertawa Kin Ravi atau aku akan menendangmu keluar" mendengar ancaman dari Taekwoon,Ravi pun mencoba menghentikan tawanya.
"Ok. Ok aku berhenti. Tapi sungguh mengingat hubunganmu dengan Jaehwan dulu membuatku tertawa"
"Berhentilah menggodaku Kim Ravi"
-###-
Sedangkan dilain tempat tepatnya disebuah apartement yang berada ditengah kota Singapura. Seorang gadis berambut gelombang sebahu dengan mengenakan dress tanpa lengannya yang berwarna hijau muda termenung melamun dijendela kamarnya yang menampakkan aktivitas jalan raya disekitar apartementnya.
Wanita yang bernama Hakyeon kini tengah melamunkan masa lalunya dimana ia tengah menolak cinta sahabatnya. Bayangan-bayangan dimana sang sahabat menyatakan jika mencintanya dan bayangan dimana ia menolak dan meninggalkan pergi sang sahabat. Bayangan-bayangan itu selalu terlintas diotakkan semenjak ia meniggalkan Korea 5 tahun yang lalu. Ia tidak menyangkan keputusannya untuk menolak cinta sahabatnya membuat hidupnya kosong dan hampa.
Hakyeon menghembuskan nafasnya lelah, ia tersenyum miris niatnya ia ingin hidup dengan penuh kebahagiaan tapi ternyata kebahagiaan itu tidak datang padanya karena sumber kebahagiaannya berasal dari seorang Jung Taekwoon dan malangnya ia malah membuang sumber kebahagiaannya itu dan sekarang ia menyesali semua itu.
"Aku ... Dulu membuangnya"ujar Hakyeon dengan nada lirih dan penuh dengan kesedihan.
"Dan sekarang aku mengharapkannya... dan akan mengambilnya kembali"
TBC
Read and Review Juseyeo.
gomawo bagi yang sudah membaca dan mereview
