Tsuna bermimpi mendapatkan sebuah gigitan dari seorang Vampir. Kemudian dia muncul di kehidupan nyatanya... Mustahil! Bersamaan itu pula Tsuna menjalin hubungan dengan teman sekelasnya, Kozato Enma. Di balik semua itu, Tsuna mendapatkan tugas dari Giotto. Mau tak mau Tsuna harus membantunya karena terlanjur terikat kontrak. Semua demi kebaikan dirinya...? Dan Giotto mengatakan bahwa ia adalah jodoh pasti-nya di Dunia Kekal...
•⭐⭐⭐•
L'anima Pura
By: Niki Blueros
G2700
Cast: Giotto (Sawada Ieyasu); Sawada Tsunayoshi; Kozato Enma; Reborn; Kozato Simon; Kozato Makoto; Kozato Mami
Rated: M
Genre: Drama, Fantasy, Hurt/Comfort, Romance
Katekyo Hitman Reborn!
©Akira Amano
[!]
OOC
Yaoi
•••••••o0o•••••••
① Pertemuan Pertama
Embusan angin malam bertiup kencang dalam balutan dinginnya cahaya sang bulan. Helaian surai emas yang tertutup gelapnya malam bergerak mengikuti tiupan angin malam. Dua bola mata yang senada dengan surai itu memancarkan sorotan dinginnya. Sepasang mata itu fokus pada sebuah objek.
Sebuah rumah minimalis tampak memantul pada bayangan bola matanya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Aku menemukanmu." Sosok misterius itu menghilang ditelan kegelapan malam. "Sawada Tsunayoshi."
Waktu yang dinantinya selama ini telah tiba. Sebuah jalan takdir yang tak terduga telah terbuka. Sebuah dosa telah membangunkan takdir kejam yang seharusnya tetap tertidur. Kenyataan yang seharusnya tetap berada dalam genggaman, harus dilepaskan dan membiarkannya mengalir dalam aliran sang waktu yang tak menentu.
Takdir akan berubah. Pilihan menjadi satu tuntutan yang mengekang. Kekekalan adalah suatu yang pasti. Fana adalah sesuatu yang bersifat sementara. Kekal tak bisa diubah. Fana akan selalu berubah-ubah.
Takdirmu ada dalam satu genggaman.
Mata cokelat itu terbuka memancarkan sebuah kehangatan. "Ini..." Yang tergambar dalam pandangannya hanyalah sebuah tempat kosong yang berdinding putih di sekelilingnya. Matanya melirik fokus pada dua telapak tangannya yang terbuka. "Di mana?"
Sawada Tsunayoshi bahkan tak merasakan kedua kakinya berpijak. "... Mimpi?" Tsuna mengedarkan pandangannya. Semua tampak putih. Pakaian yang dikenakannya pun berwarna putih.
Perlahan tatapan matanya mulai kosong. Kedua tangannya turun tak berdaya. Kedua matanya masih terbuka. "Siapa?" Tsuna merasa tubuhnya ringan. Ia seperti melayang di udara.
Dalam keheningan ruang kosong itu, matanya menangkap sosok seseorang. Tsuna tak mengenalinya. Sosok itu samar dalam penglihatannya.
Jelas terdengar sosok itu memanggilnya. Tubuh Tsuna tergerak mengikuti suara dari sosok yang memanggilnya itu. Kakinya melangkah mantap namun perlahan.
"Kemarilah... Aku sudah menunggumu..."
•≫≫≫≫≫≫⊕≪≪≪≪≪≪•
Dalam heningnya malam yang gelap, seseorang tengah menggosok-gosok kedua tangannya untuk mendapatkan kehangatan. "Dingin." Surai merah yang tampak semrawut dengan wajah yang dipenuhi plester luka dan mata khas seperti kompas itu adalah Kozato Enma.
Di tengah malam seperti ini, Enma baru akan kembali ke rumahnya setelah berkunjung dari sebuah minimarket. Tak ada makanan yang tersisa di rumahnya. Karena itulah ia mencari makan malam-malam seperti ini.
Kakinya terus melangkah menelusuri jalanan yang kosong. Suasana hampir sepi. Hanya ada satu-dua kendaraan yang melintas. Tepat di seberang sana, Enma melihat seseorang yang dikenalinya.
"Eh?" Enma mengucek matanya dengan satu tangan. Kemudian mengerjapkannya beberapa kali. "Tsuna-kun...?" Enma tak memercayai penglihatannya sendiri. Ia bermaksud untuk mendekatinya tanpa menyadari posisinya saat ini.
"APA KAU CARI MATI!?"
Enma jatuh terduduk karena tak menyadari ada sebuah motor yang melintas tepat di depannya. Belum Enma akan meminta maaf, sang pengendara motor itu sudah pergi. Enma menghela napas lega. "Hampir saja."
Seraya berdiri menepuk-nepuk bagian celananya yang kotor, Enma kembali fokus ke seberang jalan. "Eh!?" Enma kembali mengerjapkan matanya celingukan. Tak ada seorang pun di sana. "Apa aku salah lihat?"
Enma menggeleng keras. "Mana mungkin itu Tsuna-kun." Ia tahu. Tsuna selalu ada di alam mimpinya di jam seperti ini. Enma menaikkan kerah jaketnya menutupi leher dan bergegas pulang.
•≫≫≫≫≫≫⊕≪≪≪≪≪≪•
Tiba di sebuah taman yang sepi, Tsuna berjalan menuju jam besar yang menjadi simbol taman di kota Namimori itu. Di mana semua orang akan menjadikan tempat itu sebagai tempat pertemuan.
Sosok itu kembali dan tepat berdiri di bawah jam besar penanda waktu. Sesuatu yang di nantinya telah tiba di hadapannya.
Kakinya melangkah menelusuri jalan setapak, mendekati sosok itu. Hingga sosok itu tak samar lagi dipenglihatannya. Tsuna terus menatap sosok itu tanpa berkedip. Surai dan mata emas itu balik menatapnya.
"Sawada Tsunayoshi."
Sosok itu kembali memanggilnya. Tsuna berhenti tepat di depan sosok itu. Perlahan matanya menutup. Membiarkan tubuhnya terengkuh oleh sosok itu. Dalam sekejap Tsuna merasa sesak yang luar biasa. Seluruh tubuhnya terasa kaku. Tak satu pun indera di tubuhnya yang bekerja.
Yang tadinya semua terlihat putih, kini mulai menghitam. Rasa takut menghinggapi Tsuna. Seperti kematian akan segera menjemputnya saat ini juga.
Sedang sosok itu menyunggingkan seulas senyum tipis. Tepat jam 12 malam, jam di taman berdetak nyaring diikuti bunyi lonceng dari gereja di dekatnya. Sosok itu membawa Tsuna pergi dalam selubung kegelapan yang terpancar dari jam besar yang ada di taman itu.
Bagai lubang hitam yang mengisap segalanya, keduanya menghilang tanpa jejak. Hanya ada suara dari embusan angin yang menusuk kulit.
Dalam sekejap keduanya telah berada di sebuah tempat. Di mana tempat itu hanyalah sebuah ruang hampa yang kosong.
"Tsunayoshi."
Suara itu lagi. Tsuna membuka kedua matanya. Sosok itu tertangkap penglihatannya dengan sangat jelas. Ada tepat di depan matanya. Kembali, mata Tsuna tak berkedip. Tsuna pun tak bisa menemukan suaranya. Ia hanya bisa membisu.
Jari lentik dengan kuku putih panjang itu menelusuri lekuk wajah Tsuna. Tiba di leher, kuku itu menggoresnya hingga darah segar keluar mengalir tipis. Dengan cepat lidah basah dinginnya menjilati darah yang mengalir itu.
Tsuna sadar dengan rasa takutnya. Ini seperti... Dalam pikirannya, Tsuna berusaha untuk memberontak. Namun tak ada pergerakan apa pun dari tubuhnya.
Sosok itu masih saja menjilati lehernya. Hingga berselang beberapa detik kemudian sesuatu yang tajam menancap di leher Tsuna.
Rasa sakit bercampur ketakutan menguar. Air mata jatuh dari pelupuk matanya. Ajal sudah mendekatinya? Ataukah ini hanya bunga tidurnya? Ini terlalu mengerikan bagi Tsuna. Tak pernah Tsuna bermimpi sedikit pun untuk digigit oleh seorang Vampir seperti ini.
Tsuna tak kuasa untuk melakukan perlawanan. Ia hanya bisa pasrah. Jika ini akhir dari segalanya... Akan diterimanya.
"Kau milikku."
Darah segar yang tertinggal di sudut bibir sosok itu adalah darah miliknya. Tsuna terpaku diam. Dia tak membunuhnya? Kenapa? Lalu apa maksud...
Kau milikku, Sawada Tsunayoshi.
Suara itu bergema di dalam kepalanya.
Apa?
Sosok itu malah tersenyum pada Tsuna. Dan Tsuna tak mengerti.
Kenapa... Aku...?
Siapa kau?
Ada banyak hal yang ingin ditanyakan oleh Tsuna padanya.
Giotto.
Itu... Namanya?
Giotto?
Sosok itu, Giotto, membelai lembut wajah Tsuna. Seperti ada kekaguman pada tatapan matanya.
Tsuna memejamkan matanya erat. Ini hanya mimpi, Tsuna terus menyuarakannya dalam pikiran. Matanya kembali terbuka. Lagi-lagi ruangan berdinding putih yang kosong. Sendirian. Tak ada siapa pun di sana.
•≫≫≫≫≫≫⊕≪≪≪≪≪≪•
Dering dari jam beker berbunyi dengan kerasnya di pagi hari. Memenuhi ruangan yang tampak kacau-balau seperti kapal pecah. Membuat sang pemilik terperanjat dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan.
"HIII!"
Tsuna bangkit dari lantai tempatnya jatuh dan segera mematikan jam bekernya. Helaan napas terdengar. Tsuna duduk di pinggir ranjangnya. Menaruh kembali jam beker itu di meja kecil di samping ranjangnya.
"Yang tadi itu... mimpi?" gumam Tsuna seraya memegangi lehernya. Dengan setengah melamum, Tsuna pergi ke kamar mandi. Tak berapa lama, jeritan khas Tsuna terdengar kembali.
"HIII!"
"Aku terlambat!"
"Ittekimasu!" Tsuna berlari ke sekolahnya dengan tergesa-gesa. Tak ada sapaan dari penghuni rumah ataupun keramaian di dalamnya. Tsuna adalah anak yatim-piatu sejak ia duduk di bangku SMP. Semua biaya kehidupannya ditanggung oleh keluarga dari sang Paman, Reborn. Ia tinggal sendirian, sedang Reborn sibuk dengan urusan pekerjaannya. Namun tak jarang Reborm berkunjung hanya untuk sekedar memeriksa apakah keponakannya itu masih hidup atau tidak. Dan untuk kedua orangtuanya, mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal 3 tahun yang lalu.
"Sedikit lagi." Tsuna tengah menyemangati dirinya sendiri. Gedung sekolah sudah ada tepat di depan matanya. Wajahnya berseri ketika kakinya sudah menginjak area sekolah. "Sampai!" soraknya senang.
Tak sadar jika di belakangnya ada seseorang yang sedang memerhatikannya. "Tsuna-kun." Suara kecil itu nyaris tak terdengar. Tsuna menoleh dan menemukan teman sekelasnya, Kozato Enma. Tsuna tersenyum pada temannya itu. "Ohayou, Enma-kun."
Sungguh pagi yang menyenangkan bagi seorang Kozato Enma. "Ohayou, Tsuna-kun." Sebenarnya Enma ingin menanyakan sesuatu pada Tsuna. Namun diurungkannya kala mengingat bentakan dari seseorang tadi malam. Yah, pengendara motor dengan kumis tebal dan hidung bengkok. Wajahnya pun tak bersahabat.
"Anoo, Enma-kun?" Tsuna memanggilnya karena Enma sepertinya sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Eh!?" Enma tersadar dan tersipu malu. "Anoo, Tsuna-kun." Enma menggenggam tangan Tsuna dan menariknya berlari ke taman belakang sekolah. Enma ingat dengan apa yang harus dilakukannya.
"E, eh!?" Tsuna mengerjapkan matanya. Wajahnya bersemu panas. Tangannya digenggam oleh Enma. Teman sekelasnya. Sahabatnya... Seseorang yang...
"Tsuna-kun." Kembali Enma memanggilnya. Keduanya telah berada di taman belakang sekolah yang masih sepi. Kedua tangannya menggenggam erat kedua tangan Tsuna. Tatapan sayu namun serius itu terlihat.
"E, eh!? Ya...?" Suasana ini... Tsuna tak mau berpikir jauh jika mengingat tentang hubungan keduanya.
"A, aku... Aku..." Susah sekali jika sudah berada di hadapan Tsuna. Enma menatap wajah manis dari seorang Sawada Tsunayoshi.
Tsuna balik menatap Enma dengan tatapan polos namun hangat itu. Jantungnya berdebar kencang. Apakah ini...
"Aku menyukaimu, Tsuna-kun. Jadilah kekasihku!" kata Enma dengan lantangnya.
Tsuna tak memercayai apa yang sudah di dengarnya. Enma menyukainya? "Enma-kun bilang 'menyukaiku'...?" tanyanya ragu. "... Sungguh?" Tsuna sangat berharap.
Anggukan kecil dari Enma membenarkannya. Sama halnya dengan Tsuna, Enma pun berdebar menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Tsuna.
"Enma-kun..." Rasa yang selama ini dirasakannya ternyata tak bertepuk sebelah tangan. "Aku juga!" Tsuna menghambur Enma dengan pelukannya. "Aku suka Enma-kun."
Enma tak bisa membayangkan seperti apa wajahnya sekarang. Yang jelas, perasaannya saat ini telah berbalas. "Tsuna-kun." Akhirnya tubuh itu ada dalam pelukannya sekarang. Hari yang sangat menggembirakan.
Sejenak keduanya melupakan kejadian yang menurut mereka hanya mimpi belaka. Tsuna tentang sang Vampir, sedang Enma tentang Tsuna yang berjalan di tengah malam.
Dalam suasana yang menggembirakan itu, seseorang menatap tanpa minat. Seulas senyum licik terukir dalam bibirnya.
Suasana hangat itu tak berlangsung lama. Tsuna merasakan hawa aneh di dalam tubuhnya. Pelukan itu dilepasnya.
Enma pun merasa aneh dengan Tsuna. "Ada apa?" tanya Enma cemas.
Tsuna menggeleng pelan. "Bukan apa-apa," senyum. "Ayo ke kelas." Tsuna menarik Enma menuju kelas. Sekarang keduanya adalah sepasang kekasih.
"Baiklah." Tak ingin juga Enma membuat masalah dengan terlambat masuk kelas.
Enma yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Tsuna darinya. Meski hanya sebentar, Enma merasakan ketakutan Tsuna akan sesuatu.
•••••••o0o•••••••
-TBC-
Hi~ Kita ketemu lagi,wk
Kali ini aku nyoba buat cerita yang agak-agak fantasy gtu,hhe
Per chap-nya gak panjang-panjang amat. Masih coba-coba :3v
Ceritanya tentang sebuah dunia yang keberadaannya berdampingan dengan dunia ini (Bumi). Bukan dunia setelah kematian tentunya. Dunia itu tempat yang hampir sama dengan bumi. Namun isi dari dunia itu "Tetap". Dan segala hal yang ada di sana pun sudah ditetapkan oleh sebuah "Hukum" yang mutlak. Yah, bisa dikatakan ini adalah dunia pendamping dari bumi. Bumi berakhir, dunia itu juga berakhir. Nah sekian dulu penjelasannya... Sampai jumpa di chapter selanjutnya xD
39!
Review please~
Ciao!
