Naruto itu punyanya Masashi Kishimoto
Kalau ide cerita ini punya Azizan14
Ada typo*pasti, idenya pasaran*mungkin, membosankan*udahlah.
*SSST! THE STORY WILL BEGIN NOW! ENJOY ^o^*
Naruto menggerutu kesal saat dengan terpaksa ia harus berjalan menuju 'Apotek Haruno' dekat rumahnya. Naruto malas, sangat sangat malas apalagi jika saat ini film kartun kesukaannya sedang tayang di TV. 'Huh... Padahal tadi episode baru.' Rutuk Naruto dalam hati. Masih teringat segar di otaknya bagaimana kejamnya kaa-channya saat menyuruhnya ke apotek untuk membeli 'minyak kayu putih' untuk adiknya Menma.
******FLASH BACK*******
"Naruto, ini uang." Kata Kushina ibu Naruto kepada Naruto yang sedang menonton TV.
"Wah, mimpi apa aku semalam. Kaa-chan jadi baik begini padaku." Mendengar perkataan Naruto, empat siku muncul di dahi Kushina.
"Beli minyak kayu putih." Kata Kushina mencoba sabar meski masih dengan nada yang dingin.
"Oh... Beli saja sana, aku mau nonton upin ipin." Kata Naruto sambil kembali menonton TV yang sudah berganti acara, dari 'Sopo Jarwo' menjadi 'Upin Ipin'.
'Duakkkkk.' Tak perlu ditanya lagi bagaimana keadaan Naruto sekarang sampai ia sudi meninggalkan episode 'Upin Ipin' dan keluar dari rumah dengan membawa uang untuk minyak kayu putih.
******BACK TO REAL LIFE******
Naruto kembali menyentuh pipinya yang memerah akibat tonjokan ibunya,
"Aww..." Ringis Naruto sesaat setelah ia memegang pipinya memerah.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Naruto tersadar dari sakit di pipinya saat mendengar suara perempuan yang menyambutnya ramah.
'Heh, ternyata sudah sampai.' Batin Naruto.
"Ingin beli obat apa?" Pertanyaan itu membuat Naruto menatap orang yang bertanya kepadanya, Naruto tampak berpikir sesaat lalu balik bertanya.
"Mana nenek tua yang biasanya ada disini?" Tanya Naruto blak-blakan.
"Hahaha, kulapor Tsunade baa-chan kau yah..." Jawab Sakura tidak nyambung, Mendengar tawa Sakura, mau tak mau Naruto pun ikut tertawa.
"Hahaha, jangan-jangan... Nanti aku tidak mau beli di apotek ini lagi kalau kamu lapor." Timpal Naruto ikut bercanda dan membuat Sakura lagi-lagi tertawa.
"Jadi, kau mau beli apa?" Tanya Sakura saat tawanya telah reda.
"Mmm... Minyak kayu putih." Jawab Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Yang kecil atau yang besar?" Tanya Sakura lagi.
"Yang sedang ada tidak?"
"Hahaha, iya aku lupa. Yang kecil, sedang atau besar?"
"Yang besar saja..."
"Kukira kau akan beli yang sedang, karena menanyakan ukuran sedangnya." Kata Sakura sambli berjongkok mengambil miyak kayu putih yang berada di rak kaca paling bawah.
"Aku hanya menanyakannya kan, bukan berarti mau membelinya."
"Yah, begitulah... Ada lagi?" Tanya Sakura sambil memasukkan minyak kayu putih Naruto ke dalam kantong plastik.
"Memangnya apa lagi?"
"Salep kulit, mungkin?"
"Hah, untuk apa?" Tanya Naruto heran.
"Untuk mukamu."
"Mukaku? Memangmya mukaku kenapa?" Tanya Naruto sambil meraba-raba wajahnya.
"Ada bekas lukanya."
"Oh...Yang merah ini, ini tidak apa-apa kok. Nanti juga akan hilang." Jawab Naruto sambil salah tingkah karena perempuan didepannya ini ternyata sangat memperhatikannya.
"Bukan, itu tiga bekas sayatan di kedua pipimu." Kata Sakura menunjuk kedua pipi Naruto. Mendengar itu, Naruto menjadi syok badannya lemas.
"Pakai dermatix saja, bisa hilang tanpa jejak loh..." Tawar Sakura yang tidak sadar bahwa Naruto hampir saja jatuh pingsan.
"Kenapa diam, kalau tidak mau juga tidak apa." Kata Sakura kemudian.
"Aku tidak butuh itu." Kata Naruto dingin.
"Oh... Tidak apa." Jawab Sakura sambil tersenyum
"Ini tanda lahir, bukan bekas sayatan asal kau tahu."
"Ah... Hahahaha, tanda lahir yah? Wah, sangat unik. Aku juga mau punya satu di dahi." Kata Sakura mencoba untuk mencairkan suasana. Naruto hampir saja tertawa jika ia tak mampu mengontrol wajahnya.
'Hahaha... Di dahi? Sudah dahinya besar, diisi goresan seperti punyaku? Aku tak bisa membayangkannya. Hahaha...' Naruto berbicara dalam hatinya sambil mempertahankan wajahnya.
"Ehem, baiklah untuk minyak kayu putihnya tiga puluh enam ribu."
"Ini." Kata Naruto sambil menyodorkan uang sebesar lima puluh ribu.
"Mm, tunggu kembaliannya yah." Kata Sakura sambil berbalik untuk mengambil kembalian uang Naruto.
"Ya iyalah. Kalau aku tidak tunggu aku yang rugi." Kata-kata Naruto membuat Sakura tersenyum.
"Untuk ukuran cowo, kau terlalu cerewet. Ini kembaliannya empat belas ribu." Ucap Sakura sambil menyodorkan lembaran uang sepuluh ribu satu dan dua uang dua ribu.
"Meskipun cerewet, aku ganteng kan." Puji Naruto kepada dirinya sendiri, yang membuat Sakura mendengus geli.
"Iya ganteng, mirip kucing. Hahaha..."
"Hei, lebih baik aku belanja di apotek lain saja. Kau terus membully ku dari tadi."
"Kau yang memulainya tuan, baiklah terimakasih sudah berbelanja di apotek kami, mohon datang kembali." Naruto tersenyum mendengar kata-kata Sakura, kata-kata yang sama ia dengar dari nenek tua jika ia beranjak pulang. Tapi ada yang beda, kali ini lebih lembut, lebih cantik, dan lebih teringat dalam hati dan otaknya.
Naruto berjalan pulang dengan senyuman, tak apalah ia melewatkan episode baru upin dan ipinnya tapi bertemu dengan perempuan itu, membuat hatinya berbunga-bunga. Tiba-tiba tangan Naruto terangkat naik dan menepuk dahinya.
'Ah, aku lupa. Aku lupa menanyakan namanya. Bodoh, bodoh, bodoh.' Sesal Naruto sambil memaki dirinya sendiri.
********SKIP TIME*********
"Kaacang, adua yank inging disbeli din apoteks tidax?"(Kaa-chan ada yang ingin dibeli di apotek tidak?) Tanya Naruto tidak jelas sambil mengunyah rotinya.
"Habiskan dulu rotimu Naruto!" Kata Kushina sedikit naik pitam karena remah roti beserta air liur Naruto bermuncratan ke piring rotinya. Minato yang melihat kelakuan istri dan anaknya itu hanya bisa tersenyum, lalu ikut bertanya.
"Memangnya kau mau belikan?" Kata Minato kepada Naruto yang sudah menelan rotinya.
"Iya, tou-chan ada yang mau dibelikan tidak?"
"Ke warung saja. Kopi tou-chan sudah habis." Kata ayah Naruto sambil menunjukkan cangkirnya yang berisi teh, bukan kopi berwarna hitam pekat yang biasa ia minum.
"Heh, aku maunya ke apotek. Bukan ke warung." Kata Naruto sambil memajukan bibirnya tanda cemberut.
"Sudah, pergi sekolah sana nanti terlambat lagi." Sela Kushina.
"Ibu ada tidak yang ingin dibeli?"
"Ti-dak, sudah. Pergi Sana!" Bentak Kushina sambil mendorong tubuh Naruto agar mau keluar.
**********SKIP TIME**********
Naruto berjalan memasuki apotek dengan langkah riang.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Mendengar pertanyaan itu Naruto mengadahkan kepalanya, tapi rautnya tiba-tiba berubah, senyumnya luntur.
"Mmh, mana perempuan berambut pink yang ada disini?" Tanya Naruto kepada nenek tua yang ia ketahui bernama Tsunade.
"Oh, Sakura-chan? Ia masih sekolah, mungkin nanti sore baru menjaga."
"Baiklah, terimakasih." Kata Naruto menunduk kecewa sambil berbalik pulag.
"Hei." Panggil Tsunade, tapi Naruto menghiraukannya.
"Heh, dasar anak zaman sekarang."
"Tadaima."
"Ah, Sakura. Tadi ada pembel-." Perkataan Tsunade terpotong oleh perkataan Sakura.
"Tsunade baa-chan, kita tutup apoteknya dulu. Kata ayah dan ibu akan ada acara keluarga di Oto." Kata Sakura sambil mulai bersiap-siap untuk menutup apotek.
******NARUTO HOUSE*******
"Tadaima." Kata Naruto sambil menundukkan kepala tanda masih kecewa.
"Okaeri." Kata Kushina sambil menggendong Menma. Naruto berlalu ke kamarnya tetap sambil menunduk.
"Naruto ayo makan, ada ramen." Perkataan ibunya tetap tidak membuat Naruto kembali bersemangat, tapi setidaknya ia sudah keluar dari kamar.
"Aku mau makan." Gumam Naruto sambil duduk di kursi depan meja makan.
"Hei, kenapa kau tidak semangat begitu?" Tanya Kushina sambil menyodorkan Naruto semangkok ramen, naruto hanya menggeleng.
"Sepertinya aku butuh sesuatu dari apotek." Dan seperti sihir kata-kata Kushina itu, membuat Naruto mengadahkan kepalanya dengan senyum.
"Gigiku sedikit sakit, beli ponstan yah."
"Hai'." Sahut Naruto semangat lalu kembali memakan ramennya dengan lahap. Melihat Naruto kembali semangat senyum merekah di bibir Kushina.
*********SKIP TIME***********
Naruto sudah siap dengan baju kaus hijau dan celana pendek selututnya pada saat jarum jam pendek menunjukkan angka empat dan jarum jam panjangnya tepat di angka dua belas.
"Ibu, uangnya?" Tanya Naruto sambil menjulurkan tangannya.
"Sebentar malam saja, sepertinya akan hujan."
"Tidak apa, aku cepat kok." Kata Naruto meyakinkan ibunya sambil tetap menjulurkan tangannya.
"Ya sudah, ini." Jawab Kushina sambil memberikan uang lima puluh ribuan di telapak tangan Naruto.
"Baik, aku pergi dulu." Pamit Naruto sambil tersenyum.
"Hati-hati di jalan."
"Iya." Kata Naruto singkat sambil menutup pintu rumahnya.
Di perjalanan Naruto melangkahkan kakinya bersemangat tidak memperdulikan langit yang menurunkan hujan gerimis. Sadar bahwa langit sedang menangis, ia mengadahkan kepalanya. Kilat mulai bersahutan.
'Sepertinya akan hujan deras, tapi tak apa. Bisa sekalian berteduh kan.' Batin Naruto sambil nyengir.
********SKIP TIME************
Naruto menatap horor ruko tertutup di depannya, dibiarkannya tubuhnya terkena hujan deras yang membuat tulangnya ngilu. Masih mempunyai akal sehat untuk tidak sakit, ia memasuki area kecil depan ruko yang tertutupi oleh seng. Naruto membaca pengumuman yang tertera di kertas,
'Ditutup sampai hari sabtu karena keluar daerah.' Baca Naruto dengan kecewa.
Setelah menunggu hujan reda selama lima belas menit dengan berjongkok di depan apotek, Naruto akhirnya memutuskan untuk lari menerobos hujan yang deras.
*******SKIP TIME**********
Naruto terbaring lemas di tempat tidurnya, badannya menggigil, keringat bercucuran di wajahnya.
"Sudah kaa-chan bilang kan." Kata Kushina sambil mengganti kompres Naruto.
"Uhuk, uhuk." Naruto tidak menjawab.
"Ya sudah, istirahat kamu istirahat dulu, nanti ibu bangunkan kalau buburnya sudah jadi." Kata Kushina mengelus kepala Naruto lalu beranjak pergi.
*******SKIP TIME*******
Sakura baru saja meletakkan tasnya di lantai lalu menyalakan TV untuk menemaninya menjaga apotek, sampai ia mendengar suara dorongan pintu. Segera saja ia berdiri untuk menyambut pelanggan.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sakura sopan.
"Ponstan." Kata Naruto singkat, padat, dan jelas.
"Ah, salep kulit." Sapa Sakura mengejek.
"Hei!" Teriak Naruto kesal tapi sambil tersenyum.
"Hehehe, ponstan yah?" Tanya Sakura.
"Iya, dua biji saja."
"Tunggu sebentar."
"Tentu saja." Timpal Naruto singkat.
"Kenapa kau kurang bicara hari ini?" Tanya Sakura sambil memasukkan dua biji ponstan ke dalam kantong plastik.
"Hari Jum'at sore, apotekmu tutup kan?" Tanya Naruto padahal sudah tau jawabannya.
"Yah begitulah, kau datang?" Tanya Sakura, yang dijawab anggukan dari Naruto.
"Hahaha, kau merindukan ku yah?" Kata Sakura main-main sambil memukul pundak Naruto. Naruto hanya terdiam mungkin sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan Sakura.
"Baiklah, semuanya enam belas ribu. Karena satunya delapan ribu." Jelas Sakura kemudian, karena tak mendapat jawaban dari mulut Naruto. Naruto lagi-lagi terdiam kemudian menyodorkan lembaran berwarna biru dengan nominal 50.000.
"Mohon tunggu kembaliannya." Naruto tetap berdiri tegak tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sampai Sakura kembali dengan membawa kembaliannya.
"Baiklah, kembalinya tiga puluh empat ribu." Kata Sakura sopan sambil menyodorkan empat lembar uang berbeda warna dan nominal.
"Aku tidak rindu, hanya ingin mengetahui namamu." Kata Naruto rendah dengan muka memerah sambil meremas uang kembalian di tangannya. Mendengar kata-kata Naruto, muka Sakura ikut memerah. Tapi kemudian ia menaikkan tangannya.
"Kalau begitu salam kenal Sakura Haruno." Kata Sakura sambil tersenyum walau mukanya memerah.
"Naruto Uzumaki." Kata Naruto dengan segenap keberaniannya, sambil menyambut tangan Sakura lalu menggoyangkannya.
Dan itulah awal bertemunya salep kulit dan penjual salep kulit, memang masih terdengahur konyol, masih terlalu muda bagi mereka untuk tahu tentang cinta. Tapi ini bukan awal kisah percintaan, tapi menjadi biji dari awal kisah persahabatan untuk menghasilkan buah-buah cinta di hati mereka berdua.
*THERE IS'NT END FOR THEIR STORY*
***JUST END FOR THIS STORY***
Akhirnya selesai juga... Betul betul fic ini buatku capek. Ngomong ngomong aku mau nanya kalau fanfiction versi mobilenya itu bisa publish fic atau tidak yah?
Mohon di review yah... Kritik dan saran juga sangat diperlukan untuk membangun saya *ceilah...
baiklah kalau begitu, gitu! makasih udah baca
salam
Azizan14
