Haii, aku bawain sequel dari Ice Cream niih. Cuman berhubung imaginasiku kebanyakan, mangkanya aku buat berchaptered. Terimakasih sudah mendukungku.
Semoga sukaa.
Happy Reading!
-
Terhitung sudah dua bulan sejak Chanyeol bertemu dengan Baekhyun di kedai es krim waktu itu. Chanyeol masih mengingat jelas bagaimana lelaki mempesona itu telah mengambil hati Chanyeol. Pun dengan kepergiannya setelah mengatakan namanya.
"Byun Baekhyun." Chanyeol mengucap lirih nama lelaki itu.
Chanyeol sudah berusaha mencari pujaan hatinya selama ini. Namun tidak ada petunjuk sama sekali yang di dapatkannya. Sungguh, Chanyeol merindukan sosok itu. Chanyeol berharap dapat berjumpa lagi dengannya.
"Chanyeolie, angkat barang-barangmu ke dalam mobil, cepat! Kita harus bergegas. Sebentar lagi hujan turun." Suara ibunya dari luar kamar menyadarkan Chanyeol dari ketermenungannya.
"Baik, bu." jawab Chanyeol dan segera membawa sisa barang-barangnya kedalam mobil.
"Selamat tinggal kamarku yang penuh kenangan. Jika suatu saat kau mendapat pemilik baru, aku berharap dia tidak semesum diriku. Aku mencintaimu." Monolog Chanyeol yang bahkan mencium daun pintu kamarnya sebelum benar-benar melangkah pergi. ck ck.
Keluarga Park memang tengah berkemas. Tuan Park mendapatkan tugas kerja tetap di Bucheon. Karna itu mereka akan menetap disana mulai besok.
Selama perjalanannya menuju mobil, Chanyeol tak berhenti memandang setiap sudut rumah yang di lewatinya. Sungguh, Chanyeol akan merindukan rumah ini. Rumah yang menjadi saksi pertumbuhan Chanyeol dari semasa masih berbentuk sperma sampai kini dirinya menginjak usia 22 tahun. Ah, Chanyeol benar-benar tak rela untuk meninggalkan istananya ini. Rumah sejuta kenangan bagi Chanyeol.
Larut dalam pemikirannya akan rumah yang akan di tinggalkannya ini, tiba-tiba sosok wajah Baekhyun terbayang di kepalanya. Benar, bukankah dengan pindahnya Chanyeol dari Seoul, membuat kesempatan dirinya untuk bertemu kembali dengan Baekhyun semakin sulit? bahkan mungkin tidak akan ada kesempatan lagi? Oh, itu lebih buruk dari meninggalkan istananya ini.
Tanpa sadar langkah Chanyeol telah sampai di pintu utama. Mobil box ukuran besar terdapat di halaman rumahnya.
"Ibu, harus ku masukan kemana sisa barang-barangku ini?" Chanyeol bertanya dengan kaki melangkah keluar.
"Masukan kedalam bagasi mobil kita saja Chanyeol. Mobil box terakhir kita sudah tidak muat." Jawab ibunya.
Chanyeol lalu memasukan barang-barangnya dan memasuki mobil sedan ayahnya kemudian. Di dalam sana juga sudah ada Yoora, kakaknya.
"Hai, Park Dobi. Sudah selesai mengucap perpisahan dengan kamar tercintamu itu? ku dengar rumah baru kita bersebelahan dengan keluarga yang memiliki banyak anak. Kau mungkin tidak akan senyaman itu disana." Ujar Yoora di barengi kerlingan mata menyebalkan.
"Berisik. Urusi saja dirimu sendiri, Nona." Balas Chanyeol sebal.
Yaa, begitulah hubungan Yoora dan Chanyeol yang suka menjahili satu sama lain.
Tak berselang lama, Ayah dan ibunya memasuki mobil. Dan mulai meninggalkan pekarangan rumahnya itu. Selamat tinggal rumah lama, Selamat datang rumah baru. Ratap Chanyeol dalam kepergiannya.
-
Sekitar tujuh jam perjalanan yang di butuhkan untuk akhirnya sampai di Bucheon. Tepatnya di depan rumah baru mereka. Beberapa petugas telah memindahkan sebagian besar barang-barang mereka kedalam rumah. Tersisa barang-barang kecil disana.
Ayah Park bergegas keluar dan membantu petugas untuk memindahkan sisa barang-barang ke dalam rumah. Sedang Ibu Park dan Yoora membereskan bagian dalam rumah. Chanyeol yang terakhir keluar dari mobil melangkah malas-malasan untuk membantu ayahnya.
"Oh, kita memiliki tetangga baru? Akhirnya setelah sekian lama semenjak rumah itu kosong." Seruan lelaki paruh baya terdengar dari halaman rumah sebelah. Lelaki paruh baya itu bergegas menghampiri si pemilik rumah baru.
"Hallo, Maaf mengganggu pagi keluarga kalian. Salam kenal, aku Park hyunseong. Penghuni baru rumah ini." Sapa Tuan Park.
Lelaki paruh baya di sana menepuk pundak Tuan Park sok akrab.
"Tidak perlu secanggung itu. Namaku Byun Daejung. Pemilik rumah sebelah. Kemarikan, biar kubantu." Balas Tuan Byun dengan mengambil alih sebuah kotak sedang di tangan Tuan Park.
"Ti-tidak perlu, nanti merepotkan!" Seru Tuan Park karna Tuan Byun sudah terlanjur melesat kedalam rumah.
"Tak apa! Kita akan saling merepotkan mulai sekarang!" Tuan Byun balas berseru dari dalam rumah.
Ayah Park hanya menggaruk tengkuknya tak mengerti melihat kelakuan tetangga barunya itu. Dia pun lalu menyusul ke dalam rumah dengan box di dekapannya.
"Ck, dasar orang tua." Chanyeol hanya menggeleng melihat kelakuan dua ayah itu.
-
"Maaf, harus ku letakan dimana kotak ini?" Tuan Byun bertanya kepada wanita paruh baya yang sedang membereskan dapur.
"Oh, letakan di atas counter saja, terimakasih... Omong-omong, aku tidak melihatmu sebelumnya. Kau bukan petugas kami, benar?" Nyonya Park bertanya saat menyadari adanya Tuan Byun.
"Dia tetangga sebelah rumah kita, sayang. Byun Daejung" Tuan Park menjawab dari arah depan.
"Oh, benarkah? hallo, maafkan aku. Aku tidak tahu. Namaku Park Somi. Dan dia putriku Park Yoora." Nyonya Byun memeperkenalkan diri dengan tak enak hati. Bagaimanapun dia sudah mengira bahwa lelaki paruh baya di depannya adalah petugas yang membantunya. Yoora di pojok dapur hanya membungkuk memberi salam.
"hahaha tak apa, Nyonya. Kita akan terbiasa nanti." Tuan Byun membalas dengan senyum ramah.
Nyonya Park hanya tersenyum canggung lalu melirik suaminya yang hanya menggidikan bahu tidak tahu.
"Ah, ini masih jam 6 pagi. Kalian baru pindahan, pasti belum sarapan apapun, kan? Istriku biasanya sedang ada di dapur saat ini... Oh, itu dia." Lanjut Tuan Byun.
Tuan Byun segera melangkah menuju jendela di dapur yang mengarah tepat ke arah dapur rumahnya. Nyonya Byun terlihat sedang berkutat dengan kegiatannya di sana.
"Sayang, bisa sekalian buatkan sarapan untuk tetangga baru kita? mereka baru saja sampai!" Tuan Byun teriak kepada istrinya dengan melambai-lambaikan tangannya.
"Oh, benarkah? Baik, sayang!" Balas Nyonya Byun di sebrang sana.
Tuan Park dan Nyonya Park kelabakan melihatnya. Tetangga barunya kenapa sampai seperti ini? Bukannya tak suka, hanya saja ini masih terlalu canggung untuk mereka yang baru saja bertemu.
"Daejung-ssi, Sungguh jangan seperti ini. Kami sangat merepotkan jadinya. Kami bisa memesan makanan setelah semuanya beres nanti." Tuan Park menghampiri dengan wajah memelas.
"Sudah ku bilang tak apa, Hyunseong-ah. Aku akan lebih merepotkanmu nanti. Percayalah. hehe" Tuan Byun merangkul Tuan Park untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Tapii..."
"Sudah, lebih baik sekarang lanjutkan saja bebenahnya. Aku akan membantu kalian." Tuan Byun memotong perkataan Nyonya Park.
Mau tak mau keluarga Park pun membiarkan Tuan Byun melakukan apapun sesuka hatinya.
-
Chanyeol mengangkat box terakhir dari dalam mobil menuju rumahnya. Sungguh, Chanyeol tidak memiliki gairah hidup sama sekali. Raganya memang disini. Tapi pikirannya berlayar kemana-mana. Chanyeol tidak bisa melupakan Baekhyun. Bagaimana sipit beningnya menghipnotis Chanyeol saat menatapnya, hidung bangirnya yang menempel sempurna di wajahnya, bibir tipisnya yang merekah sangat manis saat tersenyum padanya, kulit putihnya yang terlihat sangat halus, tubuh mungilnya yang pasti sangat pas saat Chanyeol memeluknya, sempurna. Dan bagaimana mungkin Chanyeol sanggup melupakan sosok sempurna seperti Baekhyun. Chanyeol tidak berlebihan, tidak. Walaupun pertemuan mereka hanya terbilang singkat, namun Chanyeol benar telah jatuh hati pada lelaki mungil itu.
"Yak, Park Dobi! Cepat pindahkan barang-barangmu ke dalam rumah! Kau ingin kubantu bereskan apa tidak?!" Teriakan Yoora dari arah pintu masuk menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.
"Iya, iya! cerewet sekali!" Chanyeol balas berteriak.
"Yak!" Yoora berteriak tak terima.
Chanyeol tidak menggubris teriakan kakanya itu dan segera memasuki rumahnya dengan box besar yang hampir menutupi penglihatannya itu.
"Baekie, tolong bangunkan hyungmu ya sayang. Ini sudah siang."
"Baik, bu."
Sayup-sayup Chanyeol mendengar suara lirih dari rumah sebelahnya. Meskipun tidak terlalu jelas, tapi Chanyeol seperti mendengar wanita disana menyebut nama seseorang yang sangat di hafalnya. Chanyeol pun menghentikan langkahnya tepat di pintu masuk. Dia mencoba menoleh untuk memastikan asal suara itu.
"Baekie?" Ucapnya dalam hati.
Namun Chanyeol segera menggelengkan kepalanya dan kembali membawa langkahnya memasuki rumah untuk menuju kamarnya di lantai dua. Tidak, aku pasti hanya berhalusinasi, pikirnya.
Sesampainya Chanyeol di kamar barunya, dia langsung meletakan box terakhir yang di bawanya di lantai samping pintu. Dia segera mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur yang masih berantakan.
"Ck, cepatlah mulai bereskan Yeol. Aku masih harus membereskan yang lainnya." Yoora bersuara saat melihat Chanyeol hanya duduk terdiam di atas tempat tidurnya.
"Iya, iya." Chanyeol dengan malas langsung membereskan barang-barangnya.
Kamarnya sudah tertata seperti kamar sebelumnya. Jika kalian membuka pintu kamar, maka sebuah piano di dekat jendela langsung menjadi pandangan pertama kalian. Tempat tidurnya yang tidak terlalu besar berada di pojok kamar dengan meja nakas yang membatasinya dengan dinding. Lemari pakaiannya berada di pojok sebrangnya, tepat di samping jendela dan menghadap ke tempat tidur. Empat teralis jendela membatasi lemari itu dengan piano di pojok sebrangnya. Yaah, sekiranya itulah yang baru bisa di jelaskan dari kamar Chanyeol yang masih berantakan.
Yoora membantu Chanyeol memasukan pakaiannya ke dalam lemari. Sedang Chanyeol menata barang barang yang lain. Seperti menaruh gitarnya di dekat piano, memajang poster-poster khas lelaki di dinding, menata majalah di meja nakas, dan lain sebagainya.
Yoora selesai memasang sarung bantal dua jam kemudian. Dan yaah, kamar Chanyeol beres.
"Tinggal kau sapu dan pel setelah ini, oke. Aku pergi." Yoora meninggalkan kamar Chanyeol setelahnya.
Seperginya Yoora dari kamarnya, Chanyeol langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dia memejamkan matanya dan menghela nafas dalam. Entah kenapa dadanya berdegub kencang namun menyenangkan. Chanyeol membuka matanya dan menoleh menatap jendela dengan tirai yang melambai tertiup angin. Chanyeol mendudukan tubuhnya dan berdiri untuk melangkah menuju jendela kamarnya kemudian.
Chanyeol membuka tirai jendelanya semakin lebar. Mendorong teralis jendelanya untuk turut terbuka. Matanya memandang kedepan. Pada sebuah jendela yang Chanyeol yakini juga sebuah kamar. Tirainya masih tertutup. Padahal ini sudah pukul sembilan pagi.
Chanyeol kembali memejamkan kelopaknya menikmati angin pagi yang sejuk menerpa wajahnya. Menenangkan dirinya. Pun kembali menikmati dadanya yang bertalu menyenangkan. Chanyeol menyunggingkan senyum di bibirnya. Sepertinya Chanyeol akan menyukai tempat tinggal barunya ini.
Chanyeol membuka kelopak matanya. Memandang kembali jendela kamar di sebrangnya. Namun apa yang terjadi setelahnya adalah jantung Chanyeol yang seolah berhenti berdetak. Darahnya berhenti mengalir. Paru-parunya berhenti memompa oksigen. Chanyeol membatu.
Tepat saat seseorang di sebrang sana membuka tirai kamarnya berikut dengan jendelanya. Tubuhnya yang hanya terbalut jubah mandi dengan rambut yang masih basah mampu membuat Chanyeol kehilangan dunianya.
Sosok di depannya mengernyit bingung saat atensinya telah jatuh kepada Chanyeol. Sebelum akhirnya memberikan senyuman manis dan berbalik meninggalkan jendela.
Chanyeol menyentuh dadanya yang kembali berdetak kencang. Mengatur nafasnya yang sempat tertahan. Perasaannya membuncah. Chanyeol tak sanggup berkata-kata.
"Baekhyun." Dan hanya kata itu yang mampu Chanyeol ucapkan dari bibirnya yang tak bisa berhenti tersenyum. "Aku menemukanmu" Lanjut Chanyeol dalam hati.
Bersambung..
Aku seneng banget kalo baca review di setiap cerita yang aku bikin. Itu bikin aku semangat. Dan mungkin tanpa kalian sadari aku juga terkadang mengambil dari keinginan kalian terhadap cerita yang aku bikin. Terimakasih banyak.
