Chapter 1
He's Kagamine Len!
Rin P.O.V~~
Aku menapaki setiap anak tangga dengan cepat. Aku terlambat! Yuka-san Sensei pasti akan marah padaku! Bagaimana ini?
Kriekk...
Semua mata memandang diriku. Ho? Tak kusangka ada banyak sekali anggota klub musik ini. Oh tidak! Yuka-san Sensei menatapku marah! Ia berkacak pinggang, dan menuding ke arahku.
"Hei, kau! Siapa namamu?"
"Aku Kagamine Rin."
"He? Kau bersaudara dengan Kagamine Len?"
"Tidak... aku bahkan tak mengenalnya!" bantahku. Siapa itu? Ah, belum tentu satu marga itu berarti bersaudara!
"Baiklah, kau, duduk di ujung sana! Kau sudah mengganggu kegiatan klub untuk hari pertama." Aku tertunduk malu, dan tak dapat menatap sekian banyak orang yang masih memandangku. Uh! Aku menyesal mengapa tadi tidak menolak tawaran Neru dan Miku untuk membelikan mereka minuman ringan di kantin! Itulah yang menyebabkan mengapa aku terlambat sekarang.
Baiklah, aku mengikuti kegiatan klub dengan tenang tanpa banyak bicara. Yuka-san Sensei menjelaskan setiap teori dengan cepat, dan tak terasa, kegiatan klub sudah berakhir. Waktuku untuk pulang ke rumah!
"Bagaimana kegiatan klub-mu?" tanya Neru. Aku mengangguk tak yakin. Miku memandangku aneh.
"He? Ada yang tidak lancar?"
"Tepat! Aku terlambat masuk."
"Uff... konyol," desah Neru. Aku menggangguk lagi sambil menaikkan kedua alisku. Uh, memang konyol! Bahkan, aku tak mengharapkan hal itu terjadi, di hari pertamaku masuk ke klub.
"Kalau aku, Keitai-kun Sensei terlalu pendiam dan dingin! Tetapi, jika sudah bicara, ia sok tahu! Aku kesal padanya, kau juga kan Neru?" Miku mengangguk dengan tatapan sebal.
"Tak kusangka guru klub kesenian ada yang seperti itu..."
"Kenapa kalian tidak ikut klub musik saja denganku?" aku bertanya. Kedua temanku menoleh ke arahku, dan seketika menggeleng, tanpa kuduga. Bukankah mereka sangat mencintai musik? Bahkan, sejak kecil, aku tahu mereka pandai bernyanyi!
"Tidak bisa, Rin. Orangtuaku melarangku bernyanyi. Mereka tidak mengerti mengapa aku suka menghabiskan suaraku seperti itu, tetapi... aku tahu, bernyanyi bukanlah kegiatan yang membuang suara!" suaranya terdengar sedih, dan aku prihatin dengannya. Tetapi, Neru memiliki alasan lain.
"Entah kenapa, aku tidak tertarik dengan klub musik di sekolah ini. Sekolah baru kita. Yutoku Gakuen. Kupikir, karena cerita di klub itu..." Aku sedikit heran mendengar kata-katanya. Neru mengangguk, dan Miku juga nampak penasaran.
"Kakak sepupuku yang lebih tua empat tahun dari kita, bilang kalau klub musik terkenal sebagai klub yang konon punya kisah tersendiri... panjang kisahnya. Bagaimana kalau besok aku kasih artikel tentangnya? Yang sudah aku print." Aku dan Miku mengangguk.
"Tak masalah."
"Oke... ah, ibuku memberiku pesan! Kyaaa... aku duluan ya."
"Baik."
Aku dan Miku berjalan semakin cepat, karena kami juga sadar bahwa waktu sudah menunjukkan menjelang petang!
...
Esoknya, aku terbangun, ketika aku mendengar dering tanda pesan masuk berbunyi. Aku mengerjapkan mataku, lalu mulai meraih ponselku. Hem?
From : Hatsune Miku
Tuesday, 07.00 A.M
Pagi Rin~..~ hari ini, aku ijin sekolah selama seminggu. Mama papaku mengajakku pergi ke rumah nenek karena nenekku sakit. Bilang ke wali kelas. Oke?
Thx
Aku terkejut. Apa?! Miku ijin? Seminggu? Uh! Tidak enak rasanya jika tidak ada Miku. Rasanya kurang lengkap!
Reply : Kagamine Rin
Tuesday, 07.02 A.M
Pagi juga Miku~~ okey, tapi aku pasti bakal kesepian tanpa kamuu :*
Aku mengirimkan balasan itu, lalu tak lama kemudian, Miku membalasnya.
Reply : Hatsune Miku
Tuesday, 07.03 A.M
Aku juga Rin T^T, tapi setidaknya aku ada Mikuo XD
Setelah itu, aku menaruh kembali ponselku dan bangkit dari ranjangku, kemudian mandi dan bersiap-siap sekolah.
"Hai, aku dapat pesan dari Miku," kata Neru, ketika aku sampai di depan pagar rumahku. Aku mengangguk, sebelum Neru meneruskan kalimatnya.
"Aku juga. Dia ijin kan?" Neru mengangguk, dan aku mulai lemas.
"Bukan hanya kau saja yang sedih, aku juga..."
"Ya, dan bukan hanya kita saja yang sedih, Miku juga..." Neru mengangguk, dan kami berjalan menuju sekolah.
Sesampainya di sana, aku dan Neru menyusuri koridor lantai satu, kemudian membelok ke sebelah kiri, dan masuk ke dalam kelas yang terletak di samping kanan lorong. Keadaan sekolah ramai dan penuh dengan hiruk-pikuk, namun, aku dan Neru tak mempedulikannya. Kami segera menuju ruang guru untuk memberitahukan wali kelas kami, Yurato-kun Sensei, bahwa Miku ijin selama 7 hari.
"Permisi..." Aku dan Neru mengetuk pintu, lalu memasuki ruang guru yang dingin! Soalnya, ada pendingin ruangannya, dalam jumlah banyak.
Kami melangkah menuju meja tempat Yurato-kun Sensei berada. Ia nampak sibuk dengan kertas-kertas yang berjumlah banyak dan tebal, yang ada di atas meja. Kacamatanya berulang kali merosot, dan ia terpaksa harus selalu membenarkannya.
"Selamat pagi, Sensei. Kami ingin melaporkan pada Sensei, bahwa siswa kelas 1-3, Hatsune Miku, ijin selama 7 hari karena neneknya sakit," kata Neru, dan aku melihat raut wajah Yurato-kun Sensei yang biasa saja. Wajahnya masih menatap tumpukan kertas di hadapannya dengan bingung. Tetapi, kemudian, ia mengangguk-angguk, mengeluarkan sebuah buku besar (yang kukira itu buku catatan absen), dan menandai tanda – pada kolom nama Miku, dan ia melakukannya selama 7 kali di kolom yang berbeda-beda.
"Baiklah... silakan pergi." Aku dan Neru pergi dari situ, kemudian menghela napas lega.
"Dia menjengkelkan," kata Neru. Dia memang berperasaan sensitif dan mudah tersinggung akan perilaku seseorang. Tetapi kali ini, aku tak menyalahkannya.
"Ya, aku merasa kita tak dihiraukan, kemudian diusir," kataku menyetujui. Neru mengiyakan. Kami pun kembali ke kelas, dan baru menyadari kalau Kagamine Len itu adalah teman sekelasku! Ia berada di kelas 1-3 (kelasku, Neru, dan Miku), dan ia sedang bersama Kaito dan Gumi. Mereka mengobrol di bagian sudut kelas, dan aku bersama Neru menghampiri mereka.
"Halo... kau Kagamine Len? Hai, Kaito Shion, dan Gumi Megpoid," sapaku. Neru hanya tersenyum dan memberi lambaian. Gumi berdiri, lalu ia tersenyum manis. Aku suka pada Gumi. Dia lucu, menyenangkan, dan cantik.
"Ya, dia Len. Marganya sama denganmu! Dan kalian mirip. Seperti anak kembar, hahaha...," kata Gumi, dan itu membuatku langsung memperhatikan detail pada Len secara menyeluruh. Hei! Memang benar! Len juga langsung berdiri, menatapku, dan wajahnya yang imut langsung berubah aneh. Dia nampak terkejut.
"Hei! Kau Kagamine Rin yang kemarin terlambat di klub?" Aku mengangguk dengan jengkel.
"Ya, dan aku tak mau kau bahas hal itu..." Dia tertawa. Uh, dia TERTAWA! Wajahnya lucu sekali. Imut, dan aku merasa dia nggak buruk. Dia tampan dan keren. Kaito hanya mengangkat bahunya, dan ikut berdiri, kemudian menyandarkan tubuhnya di tembok kelas, dengan santai.
"Kalian memang mirip. Tapi yang jadi masalah adalah hari ini Mikuo tidak masuk, sial! Sudah kuduga dia takkan muncul hari ini," desah Kaito, dan aku ingat. Mikuo saudara Miku. Tapi, Mikuo pernah bilang kalau dia menyukai kecantikan Miku yang selalu membuatnya terpana. Uh, Miku bilang Mikuo memang sedikit aneh, sejak ia terkena demam parah tiga bulan yang lalu.
"Ya, Miku juga ijin... neneknya sakit." Kaito mendesah pelan, dan Gumi nampak biasa. Len masih sibuk memperhatikan Rin dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kau pasti ingin bertemu Miku?" Neru menebak dengan benar, dan entah sejak kapan, wajah Kaito bisa merona merah semerah bit seperti itu.
"Kalau kau memintaku jujur, sudah pasti jawabannya iya." Aku terkikik, dan Neru tertawa lepas. Gumi terkejut, Len tak peduli. Ya, Kaito memang sepertinya menyukai Miku. Mereka memang sudah saling mengenal sejak masuk SD, saat aku, Miku, dan Neru berteman. Sementara Gumi, aku baru mengenalnya sejak masuk SMP, sedangkan Len... aku baru mengenalnya kemarin.
"Hei... wajahmu manis." Tiba-tiba, Len angkat bicara, dan itu membuatku tersipu malu.
"Benarkah?" Dia mengangguk.
"Aku tampan, dan kau cantik..."
"Hei! Berhentilah merayunya!" kata Neru. Len menatap Neru. Neru menjulurkan lidahnya.
"Rin tak suka dirayu!" Ya, itu memang benar. Aku tak suka dirayu, tapi, jujur, rayuan Len saat ini membuatku meleleh. Ini tak bisa dibilang gagal. Dia berhasil membuatku terpikat pesonanya, dan yang paling penting, berdebar-debar!
"Dia tak suka dirayu? Kalau disayang?" Len mendekat padaku, dan aku terkejut. Aku segera memundurkan langkah, tetapi, Len tetap mengikutiku! Uh, mau apa sih dia? Neru terkejut, namun, dia tetap berusaha bersikap dingin. Aku menundukkan kepala, dan Len makin dekat! Aku bisa merasakan napasnya, ketika dia semakin dekat pada wajahku. Kaito berbisik pada Neru dan Gumi, sementara aku semakin berdebar-debar. Aku tak bisa tahu bagaimana wajahku saat itu!
Banyak anak-anak yang langsung mengerumuniku dan Len. Len tetap saja bertingkah aneh, dan aku makin jengkel. Aku mundur, tetapi akhirnya jatuh karena ternyata aku menabrak Luka saat aku mundur. Luka sedikit terkejut, tapi akibarnya aku dan Len juga ikut jatuh, dan aku dapat melihat dia masih menatapku.
"Maukah kau menjadi pacarku?"
...
