Hujan deras membasahi jubah hitamnya. Langit mendung yang menakutkan seolah mengerubunginya. Ia dikepung oleh langit dan hujan. Ini gila.
Beberapa detik kemudian, terlihat mata merah memancar dibalik jubah hitamnya. Ryu hanya melihat kejadian itu samar-samar, karena sebenarnya ia juga sangat kedinginan. Bahkan kelopak matanya penuh dengan tetesan air hujan.
Bersembunyi dengan memeluk lutut sedikit membuat kedinginan tak merasuki tubuhnya. Namun ketika Ryu berbalik lagi untuk melihat dia di atas rerumputan lagi, Ryu tak menemukan apa-apa. Dia hilang secepat gelengan kepala Ryu saja.
Hujan sedikit demi sedikit berubah menjadi gerimis kecil yang jinak. Dengan tubuh basah kuyup seperti ini, Ryu tak sanggup pulang ke asrama. Sara akan mengomentari yang bukan-bukan nanti.
"Aku tahu kau pasti di sini."
Bisikan itu berasal dari balik tumpukan kardus di depan Ryu. Gudang ini memang penuh dengan kardus bekas yang sebenarnya telah tak layak dipanggil kardus. Dan yang membuatnya lebih ketakutan lagi, tumpukan itu bergerak-gerak kecil.
"Aku bersumpah, siapapun di sana, aku akan tuntut kau jika kau melakukan hal yang macam-macam padaku!" teriak Ryu memberanikan diri, seolah api kecil sedikit mencairkan lilin ketakutannya.
Kardus yang berjejeran dan sengaja ditumpuk itu jatuh berceceran. Menampakkan sosok jangkung dengan jubah hitam. Kedua tangannya bersarung tangan. Tentu saja warna sarung tangan itu hitam. Rambut hitam yang menutupi kulit kepalanya tampak bersinar. Ryu pikir, ia mirip dengan seseorang. Mungkinkah?
Tawanya terdengar, "akhirnya kau mengetahuinya, bukan?"
"Mengetahui apa?" tanya Ryu cepat. Sudah lama sekali sosok ini membuatnya bertanya-tanya.
Orang misterius di depan Ryu itu berjongkok menyamakan tatapannya pada Ryu, "Ryu, kau siswi kelas 10 yang paling entelektual dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi menurutku. Tak mungkin jika kau tak mengetahui ini semua."
"Penemuan barumu, senior?" Ryu tak habis-habisnya bertanya. Ia biasanya memanggil si misterius ini dengan nama senior di sekolah. "Sudah kau beri nama?"
Senior menggeleng dan menjulurkan sebelah tangannya masuk ke arah sela-sela rambut dan leher Ryu yang kebasahan. "Tidak, Ryu, kau yang harus memberinya nama kali ini." Dan bisa dirasakan oleh Ryu jika bibir basah seniornya jatuh ke permukaan keningnya.
