KuroBasu (c) Tadatoshi Fujimaki

Unexpected © Calico Neko

.

.

.

Ada suara nafas tercekat setelah mendengarnya.

Serta mata yang membelalak bulat nan lebar.

Berharap.

Ia berharap tuli sehingga tidak perlu mengetahui kenyataan yang terlontar dari bibirnya.

Bibir seorang teman yang seringnya berkata kasar.

Namun penuh kejujuran.

"Daiki, kau serius?"

Sebuah anggukan lemah yang nyaris tak pernah ia layangkan justru muncul menghantui.

Sebuah anggukan pernyataan ya.

Menjadi momok mengerikan.

Bergentayangan dalam pikiran dan sanubari sang emperor.

"Aku tidak akan berbohong untuk hal seserius ini, Akashi."

Mantap ia ucapkan.

Dengan suara yang tidak ia tinggikan seperti biasa.

Tanpa berani menatap iris merah tersayat kenyataan menyakitkan.

"Daiki. Aku tanya sekali lagi. Kau tidak berbohong kan?"

Tanpa ragu ataupun bimbang.

Anggukan lemah kembali ia peroleh.

Jantung yang tadi berjalan cepat kini berlari kencang.

Mendobrak-dobrak rusuk meminta ketenangan.

Hanya berbuah nol.

Sebab kenyataan yang ia peroleh terlalu mengejutkan.

Tidak dapat ditenangkan dalam hitungan jam apalagi menit.

Tubuhnya limbung seketika.

Dengan kaki yang goyah bagai agar-agar, ia ambruk.

Duduk lunglai di atas permadani rumput hijau.

Dan kepala tertunduk dalam.

Hanya ditemani hembusan angin sore dan si kulit terbakar matahari.

Yang masih menatapnya penuh keprihatinan.

Dan kewaspadaan.

"Akashi..."

Ia berbisik lembut mencoba menentramkan hati yang gulana.

Tangan terkepal menahan emosi ia gapai.

Ditangkup erat dengan kedua tangannya yang berkapal karena sering memegang bola basket.

Keheningan tak nyaman kemudian melingkupi keduanya.

Hanya suara menahan isak yang terkadang hinggap.

Sebab semua ini seharusnya tak pernah terjadi.

Ini terlalu mengerikan untuk dicerna.

Tubuh yang tadi masih kaku lalu bergoyang.

Merinding bukan oleh dingin yang merasuki.

Melainkan oleh ketakutan.

Tubuhnya bergetar hebat melawan segala kemungkinan yang akan datang nantinya.

Sadar, jaket berbahan parasut dan berukuran besar disampirkan.

Menyelimuti sosok yang jarang rapuh tersebut.

Kehangatan kecil yang dibuat olehnya rupanya mampu mengalihkan perhatian.

Diangkatnya wajah, memperlihatkan genangan air mata di pelupuk.

Menatap dalam dan lekat pupil kecil beriris biru yang menyamankan.

"Daiki..."

Suaranya kini tak selirih sebelumnya.

Sedikit lebih mantap.

Dan siaga.

Meraih pundak sang sahabat, diremasnya lembut untuk menyalurkan semangat.

"Pakailah jaketku. Kau membutuhkannya."

Anggukan dan senyum tulus ia sertakan.

Mengucap terima kasih dalam diam atas apa yang ia berikan.

"Setidaknya dengan jaketku, bau badanmu yang tidak sedap itu tidak akan begitu tercium lagi."

Mantap Akashi bersumpah.

Untuk tidak lupa lagi memakai deodoran.


A/N: singkat cerita, aku lagi suka AoAka. Tapi kenapa jadinya gini?! Tolong dimaafkan! Dan ini ketikan kilat, maaf juga untuk segala error.

Makasih sudah mampir dan membaca ff gaje ini. Feedback? *pasang puppy eyes no jutsu

bdg0808141708