Miracles In December
.
.
Kim Taehyung & Jeon Jungkook
.
.
Prologue
"Kau harus segera bekerja di Kim Empire dan segera bertunangan dengan putri dari pemilik relasi terbesar perusahaan kita..."
Seorang pria paruh baya dengan setelan rapi pada tubuhnya tampak serius berbicara pada sosok pemuda tampan bersurai brunette yang tengahdudukdihadapannya.
Pemuda itu menatapnya tak berminat. Datar, tanpa adanya ekspresi yang berarti.
"Maaf sekali Presdir Kim.. Aku benar-benar tidak berniat... Ah, tidak... Lebih tepatnya aku, tidak, mau..." ujarnya dingin. Membuat lelaki dengan jabatan tinggi di depannya menggeram kesal.
"Jaga ucapanmu itu Kim Taehyung! Aku tidak suka dibantah!" murkanya.
"Dan aku lebih tidak suka jika ada yang memaksaku... Sudah cukup kau menyakiti ibuku dengan menikahi wanita lain... Jadi, jangan pernah mencoba untuk memaksakan kehendakmu itu padaku... Kim Taeguk..."
Sosok tampan ini melemparkan tatapan tajam dan dinginnya pada sang Presdir. Bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja dari ruangan itu. Meninggalkan sang pemimpin Kim Empire tanpa berujar sepatah katapun lagi.
"Arghhhh! Anak itu benar-benar!"
.
.
.
"Wohoooooo!"
Dentuman musik adalah hal pertama yang menyambut kedatangan sosok tampan ini. Menyusul bau alkohol dan asap rokok yang begitu menyengat. Menusuk hidung dan memekakkan indera pendengaran.
Terlihat banyak orang yang tengah sibuk berpesta di ruangan temaram ini. Beberapa dari mereka sibuk berdansa. Ada pula yang sekedar menikmati minuman dan menggoda para gadis, atau memainkan kartu demi meraup keuntungan.
"Aku mau segelas Martini... Tolong tambahkan kadar vodkanya..." ujar pemuda bersurai brunette ini pada seorang bartender yang tengah sibuk meracik minuman di boothnya.
"Yo! Kim Taehyung ma' bro!" sapa seorang pemuda tampan berwajah agak lonjong seraya menepuk bahu Taehyung. Tersenyum cerah meskipun pemuda Kim di depannya sama sekali tak memberikan reaksi yang berarti.
"Hmmm..."
Kim Taehyung. Pemuda tampan itu hanya menjawab dengan sebuah dehaman malas. Dengan cepat menegak minumannya kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dan menghisapnya. Membentuk lingkaran-lingkaran berwarna monokrom di udara.
"Hal menarik apa yang mampu membuat Tuan Muda Kim ini berkunjung kemari heh?"
Seorang pemuda lain dengan kulit seputih porselennya berujar sakras. Menghampiri mereka dengan raut superdatar pada parasnya yang sebenarnya terlihat begitu manis.
"Tidak ada hal lain di dunia ini yang mampu membawaku kesini kecuali si tua bangka itu Min Suga..." ujar Taehyung malas seraya kembali menegak martininya.
"Aku minta lagi!" pekiknya pada sang bartender.
"Tua bangka? Maksudmu ayahmu?"
"Menurutmu? Come on Jung Hoseok! Kau tahu dengan pasti tabiat pria tua itu! Dia pamanmu!" kesal Taehyung.
"Memangnya apalagi yang ia lakukan padamu?"
"Dia memintaku... Ah, lebih tepat dikatakan kalau dia memaksaku untuk mengurus perusahaannya dan menikah dengan anak dari kolega bisnisnya.."
"Ewhh~~ Honestly, it's sounds so terrible you know..." ujar Suga seraya bergidik. "But, come on! Lihat sekelilingmu Tae! Ini duniamu! Just take out one or two girls, play with them, and forget all of your problem..."
"Keep your fuckin mouth bastard! Aku tidak sepertimu yang suka mempermainkan gadis-gadis... Dan aku takkan pernah jadi laki-laki yang seperti itu..."
Taehyung berujar seraya menatap tajam sahabatnya. Membuat atmosfir diantara mereka menjadi agak menegangkan.
"Whoa... Take it easy buddy!" kekeh Hoseok seraya menepuk pelan bahu Taehyung. Melirik Suga yang tampak acuh di depannya. "Aku tidak mau berakhir ditendang keluar dari tempat ini karena aku sama sekali belum menikmati pestaku... So, aku ada di lantai dansa jika kau butuh..."
"Don't be stupid Tae... Kau harus ingat... Biar bagaimanapun, kau adalah orang penting..." bisik Suga pelan. Tersenyum singkat pada sahabatnya itu, kemudian menyusul Hoseok.
Kim Taehyung terdiam. Menatap gelasnya dan menegak isinya cepat. Merebahkan kepalanya pada meja bar seraya tersenyum miris. Menertawakan kehidupannya yang benar-benar jauh dari kata bahagia.
"Masalahku tidak pernah sesederhana itu..." ujarnya dengan suara yang hampir menyerupai sebuah bisikan.
"Jika dengan meniduri gadis-gadis aku bisa melenyapkan semuanya, atau jika dengan meminum bergelas-gelas alkohol aku bisa mengenyahkan mereka... Tentu aku sudah memiliki banyak anak dan mungkin berakhir di rumah sakit karena keracunan..."
"Iya kan?"
.
.
.
"Tuan... Bangunlah... Tempat ini akan segera kami tutup..."
Seorang gadis dengan seragam khas waitres menepuk pelan bahu tegap pemuda yang tampak lelap pada sofa bar mewah ini. Sedikit menghela nafasnya kala sosok dihadapannya tidak memberikan respon yang berarti selain gumaman-gumaman aneh dan racauan pelan.
"Agasshi~~~ bisakah aku minta segelas lagi?" tanyanya dengan jemari yang berusaha mengangkat gelas kosong di atas meja.
"Maaf Tuan... Tapi kami benar-benar akan segera tutup..."
Pemuda ini mendengus. Bangkit dari posisi rebahnya dan mencoba untuk melangkah walaupun sulit. Langkahnya begitu tertatih dan sesekali ia menabrak meja atau dinding. Merogoh kesal saku jaketnya dan menekan tombol "open lock" demi membuka pintu mobil mewahnya.
Dengan perlahan, ia menyandarkan tubuhnya. Menatap kosong dengan gurat penuh kecewa yang menghiasi paras tampannya. Jemari panjangnya mulai memutar kunci dan menyalakan mesin mobilnya. Menekan pedal gas dan mulai mengendarainya pelan membelah jalan gelap yang begitu sepi.
Terlihat bodoh memang, tapi sepertinya pemuda ini sudah tidak perduli lagi.
"Eomma... Bagaimana rasanya surga?" gumamnya lirih dengan senyuman tipis pada bibirnya.
"Apakah menyenangkan berada disana?"
Perlahan, pusing mendera kepala Tuan Muda Kim ini. Efek dari banyaknya minuman yang ia tenggak. Membuat konsentrasinya buyar seketika dan mobilnya melaju dengan tidak terkendali.
Dengan samar, ia seakan melihat sosok wanita cantik di depannya. Namun raut wanita itu seakan menunjukkan kekhawatiran luar biasa. Membuatnya mengerjap dan menyadari, bahwa tak jauh darinya, sebuah mobil besar melaju kearahnya. Memaksanya untuk memutar stir mobilnya dan-
BRUAGHHHH!
.
.
.
"Dokter! Dokter tolong aku!"
Seorang pria terlihat memekik panik kala memasuki ruang Instalasi Gawat Darurat sebuah rumah sakit. Berlari sera menggendong sosok seorang pemuda yang terlihat tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari hidungnya.
Dengan sigap, seorang dokter beserta beberapa suster segera menghampiri mereka. Membantu pria itu untuk merebahkan sang pasien diatas sebuah hospital bed dan mendorongnya menuju ruangan khusus.
"Apa yang terjadi Tuan Jeon?" tanya dokter itu dengan jemari yang meraba pelan pergelangan tangan sang pasien. Memeriksa denyut nadinya.
"Putraku mimisan lagi... Aku tidak tahu kenapa bisa sampai terjadi... Padahal selama dua minggu ini, kondisinya baik-baik saja..." jelas pria itu seraya mengikuti langkah sang dokter cepat.
"Sepertinya kambuh lagi..."
"Tuan Jeon... Silahkan tunggu disini.."
Seorang suster menghentikan langkah pria itu tepat di depan ruang perawatan khusus untuk putranya. Tersenyum menenangkan, kemudian menutup pintunya cepat. Meninggalkan sosok tampan yang menatap cemas kearah jendela yang tertutup. Dimana bayangan para petugas medis yang tengah menangani putranya itu terlihat dengan samar.
Ia bisa dengan jelas mendengar ucapan sang dokter meskipun hanya bagaikan sebuah bisikan pelan. Dan hal itu membuat perasaannya kacau tak karuan. Tubuhnya bergetar dan melemas. Jatuh bersimpuh dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipinya.
"Tuhan... Kumohon..." ujarnya dengan suara tersendat menahan tangis.
"Selamatkanlah dia..."
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
Kicauan Author:
Halooooo...
Sudah masuk bulan desember dan aku memutuskan untuk me-remake cerita lama untuk di post di FFN...
Jujur aja, cerita ini sudah dirombak beberapa kali... Dari straight, bl, dan sekarang kembali mengusung tema bl dengan cast yg berbeda...
Okay, aku tahu ini kedengarannya nggak kreatif sama sekali... Tapi aku bener-bener gemas pengen merealisasikan imajinasi untuk pakai VKook sebagai castnya...
Tapi aku bakal liat juga responnya... Kalo bagus bakal kulanjut...
Oke, segini aja bacotanku...
Ditunggu reviewnya dan sampai ketemu di chapter depan!
