A/N : Ngebuat fic ini, lagi-lagi gak tau kesambet apaan. Iseng aja tadi sekitar jam 11-an cari-cari fic bahasa Inggris, trus kepikiran buat nyari SuiKa, dan ternyata mereka manis yaa ;D aku jadi punya pair favorit baru nih, mereka mirip-mirip sama ShikaTema. MANIS EUY! ;p nggak tau bakal laku apa engga ini fic, karena yang aku tau SuiKa aja yang Bahasa Inggris gak begitu banyak. apalagi di Indonesia ya -____-" tapi ya sudah lla, yang penting saya puas sudah dapat menuangkan ide ini! woo-hoo! Ngebuat fic ini cepet banget, 2 jam, mikir konsep sama bikin chappie 1 langsung jadi! ayayay. Jadi semangat! Soal judulnya, ahaha, bukan ngebanggain nama sendiri nih, tapi emang aku suka sama si Karin nya itu. Dia itu manis banget loh, kenapa sih banyak banget yang nganggep dia b-tc-y2 gitu? hmmmm. hahaha.


standard warning applied : IF YOU DON'T LIKE, DON'T READ.

lil bit OOC, nggak terlalu crack-pair kan? hehe.


winamp playlist stock :

Nidji - Pulang

Yuuki - Home Sweet Home

Linkin Park - New Defeat

Dewa - Cintailah Cinta

Maroon 5 - Better That We Break

e n j o y ! RnR please !


Everybody Loves Karin


Disclaimer :

Character © Masashi Kishimoto, 1999

Story © karinuuzumaki, 2010


KARIN POV

Paling tidak, Sasuke akan berbahagia...

Gerbang Timur Desa Konohagakure, akhirnya. Setelah menempuh jarak melintang, banyak marabahaya menghadang, menerobos hujan, badai, dan berbagai rintangan lain yang menghampiri—oke ini berlebihan― Aku berbahagia, sungguh tak terungkapkan bahagia, menatap Gerbang besar berhiaskan kanji yang menyuratkan jelas makna "Selamat Datang di Desa Konoha". Perjalanan kami selesai, kami telah sampai.

"Ayo masuk," perintah Sasuke, sang leader, dengan nada bossy ciri khasnya. Aku diikuti kedua lelaki dibelakangku, mengangguk patuh. Sementara Sasuke sudah duluan memasuki ruang lingkup kewilayahan Konoha. Baru beberapa langkah, dua chuunin Konoha nampak menghadang.

"Tunggu sebentar!" ujar salah satu menghentikan langkah kami. "Siapa kalian? Mau apa?"

Sasuke berbalik menatap kedua chuunin tersebut dengan pandangan matanya yang selalu membuatku luruh, sangat menarik! Begitu menghanyutkan dan.. Oh, Kami-sama! Apa mesti aku menjelaskan pada kalian kembali? Dia itu begitu mempesona! Bahkan hanya dalam sekali tatap. "Lama tak bertemu, Genma, Aoba,"

Kedua chuunin yang dipanggil Genma dan Aoba oleh Sasuke nampak sangat terkejut mendapati siapa yang ada dihadapan mereka, seakan tak pernah menyangka akan menatap wajah yang mereka kenal sebagai missing-nin itu kembali.

"K-kau.. Uchiha!"

Leader kami menatap kedua chuunin itu lurus, tanpa makna. Seperti biasa, tatapan dingin yang selalu di lemparkan kepada semua yang menatapnya.

"Mau apa kau?!" tanya Aoba tegas seraya bersiap pada fighting mode, sementara partnernya bersiap mengeluarkan kunai, bersiaga. Kalau-kalau kami menyerang tiba-tiba.

"Hahh, mereka ini serius sekali.." komentar Suigetsu dengan malas plus kesal. "Langsung saja, Sasuke. Perlu kubunuh atau tidak?"

Mataku kontan membulat, dasar bodoh! "BAKA! Tentu saja tidak!" pekikku. "Kau sendiri tahu kan apa tujuan kita kesini? Jangan membunuh seenaknya, dasar baka!"

"Aku tak bertanya padamu, kacamata." Ujar Suigetsu acuh tak acuh kemudian, seperti biasa minum dari tempat minum bersedotan yang mengingatkan ku pada milik anak-anak kecil di akademi. Baka dan kekanak-kanakan! Pemuda ini benar-benar menyebalkan!

"Kau! Kenapa tak bisa bicara yang enak didengar sedikit sih!?" Aku menggerutu kesal padanya.

"Memang bicaramu selama ini enak didengar?"

"Suigetsu BAKA! Kau itu—!"

"Sudah cukup, hentikan kalian berdua." Tiba-tiba suara pelan nan menghakimi Sasuke menggema, nadanya berat khas pria jantan. Aku selalu suka nada bicaranya yang seperti itu, begitu menggoda dan—ahh, sial! Aku terlena lagi oleh pesonanya! Aku dan Baka-Suigetsu ini langsung berhenti bicara. Bisa kena mangekyou jika bicara lebih dari ini—aku paham betul setelah beberapa tahun ini sekelompok dengannya.

"Kami kesini untuk pulang," jawab Sasuke singkat, meninggalkan tampang penuh tanda tanya pada kedua wajah cengok chuunin itu. Haha, pastilah tak terbersit sedikitpun bahwa Sasuke, sebagai missing-nin yang paling dicari oleh shinobi-shinobi elit Konoha yang biasa disebut apa? Hmm, rookie 10 ya? Semacam itulah, aku sendiri tak begitu mengerti.

Tapi itulah kenyataanya, kami disini, menempuh sekian jarak, untuk pulang.

-

CHAPTER 1 : PULANG

NORMAL POV

Cahaya mentari perlahan menembus celah-celah jendela yang tertutup oleh tirai berwarna biru tua. Gadis berambut merah panjang itu menggeliat tak suka ditempat tempat tidurnya, badannya menolak setengah mati untuk bangun. Ditariknya kembali selimut menutupi seluruh badannya, memejamkan matanya lebih rapat. 'Lima menit lagi, Kami-sama' pintanya dalam hait. 'Kumohon. Lima menit saja.'

DOK! DOK! BRAK!

Sebuah ketukan pintu kasar dan dibukanya pintu kamarnya keras secara tiba-tiba terdengar dan terasa begitu mengganggu. Gadis ini hanya ingin tidur, sebentar lagi. Sebentar sa―

"HEY, BANGUN! DASAR KACAMATA PEMALAS!" seseorang berteriak begitu keras sambil menendang tubuh sang gadis tanpa dosa.

"ADUH!" gadis itu mengaduh keras ketika tubuhnya jatuh tersungkur dari tempat tidur akibat tendangan pemuda tersebut. DUK! Tak sengaja kepala gadis itu menyusruk lantai, membuat kepalanya pening seketika.

"HAHA! Harusnya kurekam kau waktu nyusruk begitu! Hahaha, mau saingan sama kerbau ya?!" pemuda bertaring itu tertawa terbahak-bahak melihat ke arah hasil karya nya. Air mata hingga mulai menggucur sangking pemuda itu tak dapat mengontrol tawanya yang meledak itu.

Karin bangkit dari jatuhnya, tangannya mengusap-usap kepalanya yang pening itu, benar-benar lelaki sial! "Dasar biang celaka! Begitu hah caramu memperlakukan wanita?!"

"Memang kau wanita?! Ha..ha..ha..!!!" pemuda itu tertawa lebih kencang, membuat wajah Karin semakin merah karena amarah. Melihat semburat merah itu menyeruak dari wajah sang gadis, bukannya meminta maaf, pemuda itu justru mengencangkan volume tawanya. "Kau harus lihat mukamu, kacamata! Jelek sekali! Gyahaha!"

"Terserah mau bicara apa!" bentak Karin kesal, dia benar-benar membeci pemuda tak tahu malu ini. Sebal, sebal, sebal!

"Alahh, ngambek.." komentar Suigetsu. "Begitu saja lho.."

"Kau itu benar-benar tak tahu—"

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Sasuke mendapati kedua anak buahnya sudah berisik sekali pada pagi begini.

"Haha, kau tak tahu Sasuke! Ternyata si kacamata ini ada bakat menjadi kerbau! Ahaha!" Suigetsu tertawa keras sembari memegangi perutnya yang mulai terasa kaku karena terlalu banyak tertawa, tetapi apalah daya, kejadian tadi begitu mengundang tawa baginya.

"Kau itu benar-benar bedebah, Baka! Kenapa tidak mati saja kau, hah?!" bentak Karin dengan amarah memuncak. Misi tim Hebi(1) mereka sudahlah selesai, tak disangka-sangka dia masih harus menghadapi joke-joke kurang ajar yang selalu di sodorkan oleh Suigetsu kepadanya. Menyebalkan!

"Cukup. Kau sebaiknya jangan terlalu mengganggu Karin, Suigetsu." Ujar Sasuke tenang, membawa wibawa leader nya itu. Karin nampak menyeringai puas pada lelaki setengah-air-setengah-ikan itu, 'rasakan!' batinnya.

"..kau juga, Karin." Lanjut Sasuke. "Jangan terlalu emosi. Aku tak suka bising, kau tau."

Seketika senyum dari bibir Karin lenyap, digantikan sebuah manyun yang nyaris tak kentara. Ya tentu saja, siapa berani membantah atau memprotes ucapan si Uchiha itu? Mau cari mati memangnya?

"Sudah, cepat siapkan sarapan." Perintah Sasuke kepada Karin. "Juugo sudah menanti di ruang makan."

Karin tersenyum manis mendengarnya, "Tentu, Sasuke! Segera siap!" dia senang masih diperlakukan seperti biasanya walaupun Sasuke sudah kembali ke Konoha. Biasanya, selama hidup berpindah-pindah dalam tim Hebi, dialah yang selalu bertindak sebagai 'Ibu' dalam 'keluarga' ini. Dia yang mengurusi kebutuhan gizi ketiga lelaki itu, menyiapkan makan, membeli bahan pangan, mengerjakan banyak pekerjaan rumah lain. Meski selalu mengeluh—jika Suigetsu yang menyuruh tentu, berani mengeluh pada Sasuke itu cari mati― tetapi dia selalu dengan senang hati melakukannya. Dia senang diandalkan oleh ketiganya.

Keputusan Sasuke untuk kembali ke Konoha setelah selesai dengan misi balas dendamnya, jujur membuat gundah di hati Karin. Bisakah dia tetap menjadi andalan bagi ketiga pria ini? Masihkah dia menjadi satu-satunya gadis yang mendapatkan perhatian? Terutama jika Sasuke sudah bertemu dengan gadis berambut pink itu, akankah dia... dibuang dari kehidupan sang pemuda biru itu?

Karin menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh semua pikiran negatif itu. Tidak mungkin kan? Tidak mungkin akan berakhir begitu kan? Buktinya Sasuke masih membiarkan dia, Suigetsu, dan Juugo berada disekitar pemuda biru itu dan tidak mengusir mereka satu-satu bak tikus. Sasuke masih menerima dan menampung mereka di dalam Uchiha Mansion ini. Sasuke masih membutuhkan mereka.

"Sarapan siap!" Karin membawa nampan yang terisi oleh empat piring. Masing-masing berisi omelet yang berbau harum dan masih mengepul panas. "Spesial untukmu Sasuke, aku sengaja tambahkan banyak irisan tomat didalamnya!"

"Hn." Jawab Sasuke menerima piring berisi omelet dengan banyak totol-totol merah—tomat, tentu saja―itu, hanya 'Hn' ekspresinya, tetapi ketika Sasuke mulai menyantapnya, senyum tipis tergambar diwajah dinginnya. Membuat Karin semakin tersenyum bahagia. Aih, senangnya dapat menyenangkan pujaan hati barang sedikit saja.

Entah bagaimana, tetapi mata Suigetsu merasa teriritasi mendapatinya, kemudian pemuda itu melancarkan pertanyaan untuk Karin. "Lantas apa yang kau tambahkan pada omeletku, Kacamata?"

Karin kontan mendelik pada pada Suigetsu tak suka, "Aku bisa tambahkan beberapa sendok arsenik jika kau suka." Desis Karin kesal, sementara pemuda bertaring itu tersenyum puas. 'Uuh! Mengganggu mood saja sih pertanyaan si baka ini!'

"Sarapannya cukup baik, Karin." Ujar Sasuke ketika selesai menyantap sarapannya. "Sekarang aku akan menghadap Godaime-sama, kalian bisa berkeliling desa untuk melihat-melihat. Satu jam lagi, aku tunggu kalian di depan kedai Ichiraku Ramen, mengerti?"

Ketiganya mengangguk patuh, kemudian Sasuke segera pergi menuju kantor Hokage. Karin menatap kepergian Sasuke, tak pernah dia merasa Sasuke setenang dan bersemangat seperti itu. Kepulangannya ke Konoha pastilah sangat berarti.

-

-

"Hah, kenapa Juugo bisa menghilang begitu saja sih?!" gerutu Karin kesal mendapati salah satu temannya yang selalu diam dan bertingkah laku bak robot itu raib dari pandangan. Barusan saja Karin, Suigetsu, dan Juugo mengunjungi pertokoan desa Konoha yang memang cukup padat itu. Tak disangka Juugo bisa menghilang begitu saja, meninggalkan Karin dan Suigetsu berdua saja.

"Mana aku tahu, memang aku babysitter nya apa!" komentar Suigetsu acuh tak acuh.

"Ya sudah, paling tidak kau cari dia!" perintah Karin malas berargumen.

"Malas, untuk apa?!" tanya Suigetsu retoris.

"Kau itu! Dia kan buta soal Konoha, kalau sampai tersesat bagaimana?!"

"Perhatian sekali padanya," balas Suigetsu tak nyambung. "Menggelikan."

"Apa-apaan sih?! Kau itu aneh sekali!" ujar Karin tak mengerti. Pemuda ini sejak tadi bertingkah aneh, sama sekali tak ada niat untuk mencari Juugo apalagi menyudahi jalan-jalan tak jelas mereka ini yang sudah semakin mirip dengan 'kencan' dari kacamata orang awam. Jujur itu aneh bagi gadis berambut merah berkacamata itu. "Bagaimana jika tiba-tiba Sasuke membutuhkan Juugo? Kita harus mencarinya!"

"Jangan bodoh, Sasuke takkan membutuhkan kita disini kan?" jawab Suigetsu malas.

Karin berhenti melangkahkan kakinya mendengar celetukan Suigetsu itu. Bola mata ruby nya menatap sosok pemuda itu penuh ketakutan, pandangan mata yang gelisah. Hal itu, hal yang diutarakan pemuda itu barusan, adalah hal yang paling dia takutkan mengenai kepulangan Sasuke. Kenapa pemuda ini mengingatkan akan semua ketakutannya yang telah berhasil dia kuasai tadi?

"A-apa sih?" Suigetsu ikut berhenti mendapati gadis itu berhenti melangkah, pemuda itu sedikit grogi ketika menyadari bahwa tatapan mata yang tak biasa dilancarkan langsung ke matanya oleh bola mata ruby itu.

"K-kau.." ucapan Karin terpotong. "Kau.. tak takut.. kalau seandainya itu benar terjadi?"

"Itu apa?" Suigetsu balas bertanya mengerutkan keningnya. "Benar terjadi bagaimana?"

"Kalau misal benar, Sasuke.." Karin mengigiti bibirnya, baru kali ini rasanya bibir yang selalu penuh lipgloss itu terasa kering. Seakan dia menghindari untuk melanjutkan kalimatnya, takut apa yang akan diucapkannya menjadi mantera yang akan terealisasi. "..sudah tak membutuhkan kita?"

Suigetsu menatap Karin aneh bercampur geli, ternyata hanya itu yang akan diucapakan gadis ini. Dipikirnya apa begitu. "Memang kenapa kalau Sasuke sudah tak membutuhkan kita?" tanya Suigetsu ringan. "Tentu saja kita pasti melanjutkan hidup masing-masing, aku sih tetap akan berkelana mencari pedang-pedang Kirigakure, tak tahu kalau kau dan Juugo."

"B-begitu ya.." Karin berkata lirih sembari menunduk. Tersirat seberkas asa yang hampa disana. Gadis itu merasa bodoh telah mempercayai ada suatu ikatan diantara mereka berempat setelah sekian lama. Apalagi sampai percaya kalau Sasuke dapat menerimanya dan melupakan gadis berambut pink itu. "Tentu saja ya.. kita kan pasti terpisah ya.. haha.."

Pemuda bertaring itu menatap gadis dihadapannya bingung, dia memang kurang peka dengan hal yang begini. 'Memang sebenarnya apa ya masalah Karin?' batin Suigetsu.

"Ti-tidak mung— Oh, Sasuke!" sebuah pekikan melengkin tiba-tiba terdengar dari arah depan Suigetsu dan Karin. Kontan keduanya langsung mencari arah datangnya suara tersebut.

Di depan Ichiraku Ramen, keduanya mendapati apa yang dicari. Sumber suara itu berasal dari gadis berambut pink, bermata zamrud. Memekik haru ketika mendapati teman satu timnya telah kembali pulang ke Desa. Melengkapkan kembali segala puzzle kehidupannya yang sempat rapuh dan tak utuh itu.

Sakura langsung mendekap Sasuke penuh rindu, sungguh tak disangka gadis itu dapat melihat sosok Sasuke lagi. Ini keajaiban, dia bersyukur telah mempercayai apa yang disebut keajaiban. Dibelakangnya seorang pemuda jabrik berambut kuning tampak tersenyum bahagia mendapati sahabat yang telah dianggap saudara itu kembali. Sungguh rasa bahagia tak tergambarkan.

Mata ruby Karin mengawasinya, entah mengapa seperti ada lubang begitu besar. Seperti ada torehan luka, yang masih begitu anyar, masih berdenyut-denyut, tetapi telah dikoyak-koyak kembali. Sakit, terasa perih. Bukankah seharusnya dia bahagia melihat pujaan hatinya bahagia? Pandangannya tiba-tiba mengabur, apakah minus kacamatanya bertambah? Tidak rupanya, hanya terhalang air mata yang siap tumpah kapanpun.

"Kau kenapa?" tanya Suigetsu mendapati bola mata ruby Karin memutar-mutar abstrak, seakan menahan agar sesuatu yang tak dapat terbendung tumbah dari sana. "Terharu, hah?"

"B-bukan, baka! A-aku kelilipan!" dalih Karin sembari menyeka air matanya dengan penuh gengsi yang setengah mati dipertahankannya.

"Huh, kupikir kau sudah punya hati!" komentar Suigetsu.

"Apa? Jadi kau pikir selama ini aku tak punya hati, Hah?!" bentak Karin.

"Memang begitu kan adanya?"

"Iih! Kau itu!"

"Karin, Suigetsu.." panggil Sasuke menyadari kedua anak buahnya itu ada di dekat mereka berdua. Sakura yang tersadar, otomatis melepas pelukannya terhadap Sasuke. "Kalian sudah sampai? Bukankah janji bertemu masih setengah jam lagi?"

"A-ah, iya. Kami kebetulan lewat sini.." jawab Karin seadanya. Matanya menatap gadis berambut pink itu yang sudah duluan menatapnya.

Sakura mengenal gadis yang menatapnya itu, dikenalnya sebagai salah satu anggota tim Hebi bentukan Sasuke. Dia sempat bertemu pandang sekali dalam suatu pertemuannya dengan tim Hebi tempo hari. Tidak begitu mengenalnya, tetapi gadis pink itu memutuskan untuk melempar senyum manis pada gadis berambut merah itu.

"Kenalan Sasuke ya?" tanya Sakura ramah, kemudian menyodorkan tangannya. "Aku Sakura, salam kenal."

Ada sesuatu yang mencelos dihati Karin, gadis pink itu begitu ramah. Gadis itu yang selama ini dia sadari sebagai saingannya mendapatkan Sasuke. Dia ingin sekali membenci gadis ini sedari awal, tetapi ketika gadis ini begitu ramah, dia tak dapat berbuat egois begitu. "K-karin. Salam kenal."

Pembicaraan kemudian dilanjutkan di dalam Ichiraku Ramen, mereka berlima saling bertukar cerita, membicarakan hal-hal yang umum, mengenang masa lalu, dan memikirkan masa depan. Semua mengalir begitu saja. Ringan dan menyenangkan.

"Aku senang berkenalan denganmu, Karin." Ujar Sakura pada akhir perjumpaan. "Aku berharap kita bisa menjadi teman baik."

Sungguh Karin ingin membenci semua ini, dia ingin membenci gadis ini. Tetapi hatinya terlanjur mengkhianatinya, gadis ini terlalu baik. Sebelumnya tak pernah ada anak gadis lain yang bisa akrab dengannya, semua membencinya, entah karena alasan apa. Gadis ini begitu baik padanya.

"Aku juga berharap begitu, Sakura." jawab Karin akhirnya.

Oh, Kami-sama. Sebelah hatiku ingin mempercayai gadis pink ini seutuhnya. Tetapi mengapa sebelah hatiku terluka karenanya?

TuBiKontinyu