"Apa?"
Pemuda ber-iris hijau itu mengerjapkan matanya dengan intens. Lelaki berumur sekitar 40-an didepannya yang menatap berkas-berkasnya dengan bosan hanya membalas tatapan kaget sang pemuda dengan helaan nafas.
"Ya, kau dengar sendiri tadi kan, Jaeger," lelaki itu terbatuk sedikit, "kerjamu baik, kau juga orang yang berpengelaman dalam bidangmu, tetapi ada yang kurang darimu. Kau bukan perempuan,"
Masih tidak mengerti, pemuda itu kembali bertanya, "Apa maksud anda saya bukan perempuan?"
"Kau tahu, orang zaman sekarang lebih memilih dilayani perempuan dari pada laki-laki—dan kau tahu, cafe ini Maid Cafe. Kami tidak menerima karyawan selain perempuan, meskipun hanya seorang janitor. Begini saja, daripada kau menjadi seorang pelayan bagaimana kalau kau mencari agency saja? Toh wajahmu cukup memadai untuk menjadi seorang anggota boyband—,"
BRAK
Dengan sekali gertakan pada meja lelaki dihadapannya itu, ia berbisik dingin,
"Saya permisi dulu,"
Reveal My Secret!
Shingeki no Kyojin belongs to Isayama Hajime
Warning: Crossdressing Eren, maybe OOC, maybe humor (meskipun belom ada kayaknya) garing, maybe typo, maybe EYD kurang bener, maybe authornya rada-rada, dan masih banyak maybe lainnya.
Silahkan lambaikan tangan anda ke tombol silang di pojok kanan atas browser anda jika sudah tidak kuat (?)~!
Eren Jaeger, 16 tahun, pengangguran.
Mungkin seharusnya remaja seperti dia sedang berada di sekolah sekarang, belajar, bercengkrama dengan teman-teman, menjalani ekstrakurikurer yang menyenangkan, dan bahkan mulai merasakan jatuh cinta (pada lawan jenis maupunsesamajenis (?))
Tapi ia tak punya waktu untuk itu semua. Ia tak seberuntung anak remaja lainnya.
Ditinggal orang tua sejak kecil, selalu terlibat perkelahian-perkelahian tidak penting akibat sifatnya yang mudah meledak, ditempatkan di panti asuhan yang oh-so-miskin-abis sampai-sampai ia harus drop-out dari sekolahnya demi menghidupi panti asuhan tersebut.
Sebenarnya dulu panti asuhannya tak se-miskin ini sampai mengharuskannya untuk mencari kerjaan (yang meskipun tak kunjung ia dapatkan) tetapi semua berubah sejak sang pemilik panti asuhan yang mantan dokter anak tiba-tiba kembali mengerjakan projek gila lamanya yang ceritanya didasarkan oleh kepercayaannya oleh mahkluk-mahkluk mistis bernama titan. Sekarang tempat tersebut hanya bisa menyekolahkan anak-anak TK—itu pun juga karena sang pemilik TK temannya.
Melangkah kakinya kembali ke rumah tercinta dengan berat, ia menghela nafas sambil memikirkan dimana ia akan mencari kerja lagi. For god's sake—keahliannya hanyalah bersih-bersih dan mengurus rumah, itu juga karena panti asuhan yang selalu porak-poranda akibat anak-anak yang lebih kecil darinya.
Mau tak mau ia hanya bisa mencari perkerjaan yang berhubungan dengan bersih-bersih.
"Aku pulang...," Eren menutup pintu sambil melepaskan sepatunya. Belum sempat ia mulai bernafas lagi, segerombolan anak-anak sudah menyerbunya.
"Eren-nii! Eren-nii bawa sesuatu tidak? Makanan? Hadiah?"
Miris, anak-anak itu selalu mengharapkannya untuk membawa sesuatu pulang ke rumah, padahal perkerjaan saja tidak bisa ia dapatkan, bagaimana dengan yang lainnya, "Maaf, aku tidak punya apa-apa untuk diberikan...,"
Ekspresi kecewa terpampang jelas diwajah anak-anak tersebut. Eren yang tak tega langsung buru-buru mencari ide untuk membahagiakan mereka, "Sebagai gantinya, bagaimana kalau aku buatkan kue? Kalian mau apa?"
Dalam waktu sepersekian detik ekspresi anak-anak tersebut langsung cerah, "Biskuit! Biskuit!"
Sambil mengangguk, dengan cepat Eren melangkah ke dapur dan mengambil bahan-bahan dari lemari makanan, 'Ah, lumayan masih ada sisa bahan kuenya Mikasa kemarin,' batinnya.
"Eren, kau sudah pulang?" sebuah suara muncul dari pintu dapur. Sang pemuda berbalik sebentar untuk mengetahui si pemilik suara, "Ah, Christa! Iya baru saja pulang, ini. Kau sudah selesai berkerja?"
Gadis berambut pirang yang dikenali namanya adalah Christa mengangguk sambil mengambil kursi di dekat meja makan sambil menyalakan televisi yang ada diruangan tersebut, "Iya. Pak kepala kebun sedang baik hati membolehkan kami pulang lebih cepat,"
Suara televisi yang sudah agak rusak itu memenuhi ruangan, dengan Christa membereskan isi tasnya dan Eren yang sudah mulai menyampurkan bahan-bahan membuat biskuit, "Saat ini tren crossdressing sudah semakin meluas. Banyak lelaki dan perempuan bersenang-senang berdandan seperti lawan jenisnya—,"
Eren melihat ke arah televisi selagi mengaduk adonan. Ia melihat beberapa crossdresser yang sedang di wawancara oleh sang reporter. Mereka tampak senang dan bahagia saat menjelaskan tentang hobi mereka.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ide yang cukup gila mungkin, tapi ia yakin ide itu bisa membuatnnya mendapat perkerjaan. Ia menengokan wajahnya ke arah Christa, "Christa, kau berkerja di kebunnya keluarga Smith kan?"
Christa yang bingung mengapa pemuda didepannya menanyakan hal itu memiringkan kepalanya, "Ya, memangnya kenapa?"
"Apakah ada lowongan perkerjaan disana? Apa saja,"
"Aku sudah pernah bilang tidak ada kan, Eren," gadis itu menghela nafas. Adiknya (semua anggota panti asuhan sudah ia anggap keluarga) itu masih saja bersikeras mencari perkerjaan, "Ada sih, tapi mereka membutuhkan seorang maid, jadi sama saja bohong—,"
"Itu yang kubutuhkan," Eren tiba-tiba sudah berada di depan Christa sambil mengenggam tangan gadis itu, meskipun tangannnya sendiri masih bernodakan tepung, "Christa, ajari aku caranya menjadi perempuan!"
"...Eh?"
"Sepatu berhak, cek! Stocking hitam, cek! Makeup, cek!...,"
Sesosok perempuan berambut coklat dicepol dan dibiarkan sedikit rambutnya tergerai sampai bahunya terlihat didepan cermin, sedang mencoba baju maidnya yang baru saja diberikan kepadanya. Ia berhasil kerja di tempat tersebut, yang tentunya membuatnya puas karena usahanya tidak sia-sia.
"...Wig, cek!"
"Ellen, kamu sudah selesai?"
Yap, Eren Jaeger—atau harus kita bilang, Ellen Jaeger sekarang, telah berhasil menyembunyikan identitasnya dan mendapat perkerjaan sebagai seorang maid atau pelayan rumah di kediaman keluarga Smith, yang terkenal akan usaha tambangnya dan memiliki uang seabrekan yang tidak ada habis-habisnya.
"Ya, aku sudah selesai!" balasnya sambil membuka pintu. Dengan malu ia melangkah keluar, dimana para pengurus rumah lainnya sudah menunggunya.
"Wah, cocok ya!" ucap Mina, seorang maid yang juga berkerja di rumah tersebut, "Untung Christa mempunyai adik ya, kalau tidak aku pasti masih kerepotan mengurus rumah, sekarang sudah tidak~!"
Christa hanya bisa tersenyum kecil, sementara adiknya masih (berpura-pura) tersenyum malu sambil mengucapkan 'terima kasih sudah mau menerima saya' kepada pengurus rumah lainnya. Ia hanya bisa berharap Eren tidak cepat ketahuan oleh yang lain kalau ia lelaki.
'Semoga ia bisa menghadapi Tuan Muda...,'
"Nah, kau sudah hapal semua tempat di rumah ini?"
Eren mengangguk. Sejujurnya ia belum terlalu hafal, tapi ia ingat dimana tempat dapur, ruang kerja Tuan Irvin Smith, kamarnya, dan juga kamar anaknya—yang ia lupa namanya siapa—, yang mulai dari sekarang adalah tugasnya.
"Baguslah! Bagaimana kalau kau mulai menyiapkan teh untuk Tuan Muda? Sebentar lagi ia akan pulang dari kuliahnya. Hitung-hitung membuat impresi baik juga~,"
"Un, baiklah," Eren mengangguk lagi dan bergerak ke arah dapur, tetapi Mina menghentikannya di jalan, "Eh tunggu!"
"Ya, Mina-san?"
"Berhati-hatilah agar tidak mengotori apapun dalam kamarnya, karena ia benci segala hal yang kotor!" wanita berambut hitam itu mengingatkannya, dan hanya dibalas oleh Eren dengan sebuah anggukan (lagi).
"Permisi...,"
Maid yang diam-diam seorang pemuda itu melangkahkan kakinya kedalam kamar sambil menarik sebuah baki keranjang (?) berisikan teko teh yang lengkap satu set dengan cangkirnya juga. Ia memerhatikan kamar megah tersebut yang rapinya luar biasa, tampaknya tak bisa ia menemukan sesikit pun hal kotor dalam kamar tersebut.
Ia menempatkan baki tersebut disebelah meja yang ia anggap meja kerja sang Tuan Muda. Sambil menuangkan teh yang masih hangat kedalam cangkir teh, ia melirik ke arah meja yang sedikit berserakan dengan kertas-kertas—mungkin kerjaan sang Tuan Muda. Ia juga mendapati tinta yang ada dipojokan meja tersebut sedikit tumpah. Tampaknya majikan barunya tersebut sedikit terburu-buru saat meninggalkan kamar.
Setelah selesai menyiapkan teh, dengan segera ia mengampil sebuah lap bersih dari kantung bajunya dan segera membersihkan bekas tinta tersebut. Ia juga akhirnya merapikan sedikit kertas-kertasnya. Ia juga akhirnya membetulkan posisi jam dinding pada kamar tersebut.
Intinya, akhirnya ia jadi membereskan kamar sang Tuan Muda tanpa arahan.
Sebuah limousine hitam berhenti didepan kediaman megah keluarga Smith, tampak seorang pemuda berumur 19-an keluar dari mobil mewah nan panjang dan mengkilat bersih itu sambil mengucapkan terima kasihnya kepada sang supir. Sang supir membalasnya dengan senyuman dan anggukan, dan akhirnya mengendarai limousine tersebut pergi dari tempat tersebut untuk memparkirkannya.
Pemuda berambut hitam legam itu dengan lelahnya masuk kedalam rumah tersebut, "Saya pulang,"
"Selamat datang kembali, Tuan Muda Rivaille," Mina menyapanya sambil membungkukan badannya tanda hormat, "Teh sudah disiapkan dikamar anda. Apakah anda mau mandi? Saya akan menyiapkan air panas,"
"Ya, jangan sampai terlalu panas airnya," balasnya datar tanpa ekspresi sambil beranjak pergi kekamarnya. Sesampainya ia dikamar, ia terkejut. Kamarnya terlihat lebih... bersih dari yang ia tinggalkan tadi pagi.
Biasanya ia merapikan kamarnya sendiri karena ia takut jika dirapikan oleh orang lain, barang-barangnya akan tercecer dan tercampur. Tapi ini tidak. Semuanya terlihat rapi. Kertas-kertas kerjaannya tidak ada yang hilang, tinta dalam botol diujung mejanya terisi penuh, jam dindingnya tidak miring sedikitoun, semuanya rapi.
Ia mulai menyeruput tehnya yang anehnya masih sangat hangat. Biasanya tidak sehangat ini saat ia pulang. 'Apa aku pulang lebih cepat?' batinnya.
Sampai ia menyadari tekosi yang digunakan berbeda dari tekosi yang biasanya ia lihat.
"Tuan Muda, airnya sudah siap, anda mau mandi sekarang?"
Ia mengangguk, "Tapi sebelum itu, siapa yang menyiapkan teh ini?"
"Ah itu maid baru kita, Tuan. Dia yang menyiapkannya,"
'Maid baru? Sejak kapan ada maid baru?' Ia meletakkan cangkir tehnya diatas mejanya, dan menatap tajam,
"Panggil ia kesini, sekarang,"
To be continued
E-Ehm, halo, saya author yang baru mengcemplungkan diri (?) di fandom Shingeki no Kyojin ini, salam kenal :D
Maafkan saya, fic debut malah AU dan Eren nya OOC abis. Waifu abis. Minta dibawa culik pake karung. ;; /eh/ dan bahkan saya sendiri nggak yakin bisa update-in cepet ;;; dan itu maksudnya tekosi itu tea cosy yang biasanya dipake buat nutupin teko :D
Emm saya nggak niat buat bikin jadi BL tapi ya kita lihat saja jadinya bagaimana nanti /HEH/
Saya sudah agak lama tidak menulis pakai Bahasa Indonesia (halah) jadinya rada canggung dan agak terlalu kaku bahasanya, dan saya mohon jika melihat ada kesalahan pada penulisan saya atau ada typo ya pokoknya kalo ada yang aneh tolong dikatakan ya :D
Akhir kata, yoroshiku onegaishimasu, minna! :'D
