Tittle: Hello - Prolog - 01
Cast: DAY6
Happy Reading
- isfa_id -
Seoul, Korea Selatan, 11:23 PM
Suara musik itu bergema dengan kerasnya di sebuah diskotik. Di mana para muda-mudi menghamburkan waktu dan materinya demi mendapati kepuasan yang sebenarnya semu. Namun entah mengapa seakan mereka nampak bahagia karena hal tersebut. Padahal lihatlah lelaki yang tengah terduduk lunglai di salah satu kursi bar di sana. Ia dengan kaos hitam bertuliskan 'Free' di bagian dada kanannya itu tampak lesu dengan mata yang telah memerah, memandang sendu pada seseorang yang berada beberapa meter di depannya.
Laki-laki itu hanya melirik dengan bibir yang tertutup rapat, dengan mata yang seakan tak bernyawa, dengan jari yang tak berdaya. Ia hanya diam, dengan gelas winenya yang telah kosong.
Senyuman putus asa itu tergambar di wajah sayunya meski tersamarkan oleh lampu yang temaram. Kekecewaan itu terlukis di sudut matanya yang mulai menitikkan setetes air mata tanpa disadarinya.
Namun perlahan ia bangkit dengan gebrakan yang tak sengaja ia lakukan pada mejanya dikarenakan kakinya yang tak kuat menahan berat badannya. Dengan langkah lunglai karena sensasi minuman keras yang mulai merajai, ia berjalan menuju pintu keluar setelah meletakkan tiga lembar uang kertas yang ia abaikan jumlahnya, meski ia tahu itu lebih dari cukup untuk membayar ketidaksadarannya malam ini.
Ia tinggalkan lelaki yang sedari tadi menjadi arah pandangan matanya. Laki-laki yang tengah bermain dengan senar gitar di panggung kecil yang tampak gemerlap oleh lampu disko. Laki-laki yang tengah mengalunkan melodi indah dari bibirnya. Laki-laki yang tengah bernyanyi diiringi tepuk tangan dari penontonnya. Laki-laki yang membuat ia seketika merasakan mual, dengan kepala yang terasa berat, meski nyatanya itu terjadi karena winenya.
"Berengsek!" umpatnya setelah ia berhasil keluar dengan sedikit bantuan dari dua algojo yang mengangkat tubuh kurusnya. Dia tersenyum sinis, memandang pintu diskotik yang sudah kembali tertutup rapat, dengan tubuh yang terbaring di atas tanah basah yang ia abaikan rasa dinginnya. "Arght~" hingga akhirnya teriakan putus asa itupun terdengar dengan tangan kanan lelaki tersebut yang menggenggam erat pergelangan tangan kirinya.
- isfa_id -
'Bruk'
Laki-laki itu menghempaskan tubuh lelahnya pada kasurnya yang sama sekali tak empuk saat ia berhasil membuka pintu rumahnya, sehingga membuat kepalanya membentur lantai di bawahnya. Namun seolah ia yang tak bisa merasakan sakit, ia bergegas memejamkan matanya untuk segera tidur guna menghilangkan kepenatannya.
"Ah~" meski pada detik berikutnya ia melenguh setelah merasakan kepalanya yang sedikit nyeri, berdenyut, hingga mau tak mau membuat ia kembali membuka kedua matanya yang sebelumnya terpejam.
Iapun bangkit, mengusap kepalanya guna menghilangkan rasa sakitnya, membuat rambut coklatnya yang telah tak tertata itu semakin nampak berantakkan. Namun siapa yang peduli, bahkan ia sendiripun tidak.
Dengan gerakkan tangan yang masih sedikit lemah ia menuangkan air putih pada gelas yang terletak di atas meja yang berada di kamar sempitnya. Ia teguk segera air yang tampak sangat menyegarkan itu, dengan suara kelegaan yang ia perdengarkan pada gendang telinganya di mana sang daun telinga itu tampak memerah dikarenakan udara musim dingin yang akan mulai menyelimuti ibu kota negaranya, tempat di mana ia tinggal.
Kakinya melangkah perlahan, berjalan ke arah jendela yang masih tertutup rapat. Tangannyapun tergerak, membuka gorden bermotif garis horizontal berwarna kuning yang menutupi jendela tersebut, membiarkan cahaya matahari menelusup masuk, menampakkan ruangannya yang terlihat sangat berantakkan.
Baju-baju kotor itu berserakkan di setiap sudut ruangan, piring-piring kotor sejak dua minggu yang lalu tampak menumpuk di wastaple, belum lagi debu-debu yang telah memenuhi tiap jengkal kamarnya.
Tapi seakan tak peduli, laki-laki itu bergegas membuka kaos hitamnya yang telah beraroma alkohol dan melemparnya ke sembarang arah, menambah jumlah baju kotor yang harus segera ia cuci, meski entah kapan.
Iapun langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh kurusnya, membiarkan kehangatan membungkusnya dari angin pagi yang menelusup masuk dari jendela yang ia biarkan terbuka.
Biarkan ia terlelap ditemani sinar mentari guna menghilangkan mabuk akibat menghabiskan dua botol wine tadi malam.
Biarkan ia seperti itu hingga nanti ia dapat terbangun dengan senyuman.
Biarkan matanya terpejam agar dapat terbuka kembali dengan cahaya kehidupan.
Biarkan tubuh lelahnya beristirahat hingga nanti ia dapat kembali bersemangat menjalani harinya.
Biarkan ia seperti itu, sebentar saja.
Biarkan hatinya merasakan ketenangan ditemani suara keciap anak ayam yang meminta makan pada induknya.
Biarkan ia seperti itu.
Biarkan saja.
Ya.
T.B.C
