A New Chapter

Harry Potter belong to JK ROWLING

Chapter 1.

Semua keinginannya telah tercapai. Apa yang dia inginkan, dambakan tercapai sudah. Mungkin keberuntungan dari situasi yang terjadi, tapi Merlin, semua ini akhirnya terjadi. Hermione akan menjadi istrinya, Alexander akan tinggal bersamanya. Draco berharap bahwa ketika hal ini terjadi, dia akan terpuaskan dari obsesi? Tapi tidak.

Satu minggu setelah Hermione menerima lamarannya, mereka melakukan perjanjian pernikahan atau pertunangan seperti yang dilakukan oleh Theo dan Daphne dulu. Dan pernikahan akan dilakukan setelah masa berkabung selesai, atau tepat 31 hari setelah meninggalnya Theo. Walaupun tidak bisa secara penuh mengambil hak asuh Louise dari Mr Greengrass namun pertunganan mereka sah untuk menganti ayah baptis Louise kepada Draco. Pertunangan itu dilakukan dengan sederhana dan tanpa perayaan hanya dihadiri oleh orang-orang yang datang di hari pembacaan wasiat Theo ditambah Ginny Weasley dan suaminya minus Greengrasses.

Hermione bahkan menentang bahwa mereka mengadakan pesta untuk pernikahan mereka. Hal yang menyulut ketidakpuasan Lucius. Entah apa motif ayahnya, tapi dia tidak setuju jika pernikahannya itu tidak ada perayaan. Lucius berpendapat, bagaimanapun pernikahan seorang Malfoy harus diadakan dengan meriah, yang ditolak oleh Hermione.

Tapi berkat diskusi yang panjang, Hermione setuju untuk mengadakan pesta walaupun tidak sebesar yang diinginkan Lucius, namun cukup besar menurutnya, sebagai perasaan terima kasihnya pada Draco karena telah mengambil hak asuh Louise dari tangan Mr Greengrass, juga karena Hermione merasa kasihan pada Draco yang hampir memohon padanya. Jauh di lubuk hati Hermione tau, bahwa Draco masih mengharapkan pengakuan oleh ayahnya, Hermione bisa melihatnya.

Satu masalah setidaknya bisa terselesaikan. Tentu saja Draco sudah memprediksi bagaimana marahnya Mr Greengrass ketika mereka bertemu di kementerian tadi. Betapa murkanya Mr Greengrass mendapati bahwa dia tidak bisa mengelola atau mendapatkan harta Theo. Mau tidak mau, Draco berfikir bahwa mungkin Hermione mempertimbangkan dengan matang kenapa dia tidak menginginkan kabar pernikahan mereka diketahui banyak orang sebelum kesahan akan hak asuh Louise jatuh ketangan mereka.

Draco bisa memprediksi bahwa jika saja Mr Greengrass mengetahui pertunangan mereka lebih awal, dia akan melakukan upaya pecegahan yang akan menggagalkan rencana mereka walaupun itu sulit. Tapi sekali lagi itu bukan berarti tidak bisa terjadi, bukan?

Dan setelah perdebatan yang panjang, mereka sepekat pernikahan mereka diadakan di Malfoy Manor. Itupun karena Draco mengalah untuk Hermione yang menentang keras keinginan Draco, lebih tepat ayahnya, sebagai penerus keluarga Malfoy, sudah menjadi tradisi untuk tinggal di Malfoy Manor setelah menikah. Dan jelas Draco tidak ingin tinggal di Nott Estate, sehingga jalan terbaik adalah di salah satu Mansion yang dimiliki keluarga Malfoy.

"Sudah selesai?" tanya Draco pada Adrian.

"Untuk saat ini, ya. Aku bisa meneruskannya lusa, setelah pernikahan kalian," jawab Adrian sambil merapihkan berkas-berkas yang baru saja Draco tanda tangani.

Hermione mengeliat resah di tempat duduknya.

"Kau siap?" tanya Draco pada Hermione lembut.

Hermione mengangguk.

Mereka beranjak dari tempat duduk mereka, berpamitan kepada Padma, Adrian dan juga James. Hermione mengkuti Draco. Hampir semua orang yang mereka lewati di jalan keluar dari kementerian melirik mereka. Sebagian yang merupakan teman seangkatan mereka, atau yang samar-samar mengetahui kisah mereka di masa lalu. Draco menduga bahwa akan ada gosip yang akan mereka bicarakan paling tidak 1 bulan ke depan, ditambah mungkin, berita pernikahan mereka besok.

Setelah mereka keluar dan ditempat untuk berapparate, Draco mengulurkan tangannya kepada Hermione, tanpa memperdulikan orang-orang yang sedang mencuri pandang pada mereka. Menghela nafas, Hermione mengambil tangan Draco, yang langsung menariknya dalam pelukan dan mereka menghilang.

Sesaat setelah menginjakan kaki di gerbang pintu Malfoy Manor, Hermione menyentak melepaskan diri, Berjalan menyusuri jalan setapak yang menuju bangunan, Draco mengikuti dari belakang.

"Malam ini beberapa tamu akan berdatangan dan menginap," kata Draco.

"Aku tau!" jawab Hermione.

"Hermione..." panggil Draco. Hermione tidak menjawab, Draco masih mengikutinya di belakang. "Hermione, kita akan menjadi suami istri. Tidakkah sebaiknya kita bisa lebi-"

"Bukankah kita sudah membuktikan bahwa kita bahkan tidak bisa menjadi teman, kau tidak perlu banyak berharap," kata Hermione memotong.

"Aku tau. Tapi tidakkah sebaiknya kita memiliki hubungan yang baik. Aku hanya tidak ingin kita selalu bertengkar. Tidak akan baik untuk Alexander mengetahui orang tuanya bertengkar, juga Louise," kata Draco menarik tangan Hermione. Membuat wanita itu menghentikan langkahnya.

Hermione menatap Draco miris, ini sulit untuknya. Walaupun dia yakin bahwa dia mencintai dan menyayangi Theo sepenuh hati, tapi keberadaan Draco yang terus menerus ini seperti badai yang memaksanya untuk selalu mengingat dan mulai merasakan lagi gairah yang hilang. Hermione yakin sedikit lagi dan dia akan benar-benar jatuh cinta lagi pada Draco. Hal yang sedapat mungkin dia hindari, karena dia merasa bersalah pada mendiang theo, seakan apa yang sudah dilaluinya bersama Theo itu tidak memiliki makna, juga karena dia merasa tidak ingin jatuh cinta pada Draco lagi, dia tidak mempercayai pria ini untuk menambatkan hatinya lagi, bagaimana kalau dia melukainya? Dan melawan perasaan seperti ini adalah hal yang berat.

"Baiklah," jawab Hermione kalah. Draco tersenyum dan mencoba mengambil tangannya, namun Hermione menarik tangannya. Draco tetap tersenyum, tidak memperlihatkan kekecewaannya, dan tangannya malaah kebelakang punggung Hermione membimbing wanita itu untuk masuk ke dalam bangunan.

Hermione memperhatikan bahwa Malfoy Manor tidak sama dengan terakhir kali dia mengingatnya. Walaupun dindingnya tampak terbuat dari batu, tapi kesan suramnya sudah menghilang. Malah terasa nyaman dan menyambut, bukan hal yang Hermione harapkan, mengingat dia dan Theo perlu mengganti semua dekorasi dan perabotan di Nott Estate agar tampak diterima.

Sepanjang lorong utama itu terpajang foto-foto berbingkai besar, di bagian kanan dan kiri, atas hingga bawah hampir menutupi dinding lorong. Anehnya, Hermione tidak mengingat meliht lukisan ini ketika pertama kali dia menginjakan kaki di Malfoy Manor. Mungkin karena situasi saat itu sehingga dia tidak menyadarinya. Foto pertama yang dia lewati menampakkan seorang pria sekitar 40-50 tahunan dengan wajah aristrokat dan berambut hitam legam, tampak sangat tampan dengan matanya yang biru terang bersurai keperakkan ciri khas Malfoy. Hermione menjatuhkan tatapannya ke bawah bingkai yang menunjukan nama pria itu, Arman Malfoy I, 1066. Hermione terbelalak.

"Hello, lady!" sapa lukisan.

"Hai," jawab Hermione canggung. "Kau-"

"Yep, aku generasi Malfoy pertama yang mendirikan Malfoy Manor di Wiltshire," jawab Arman Malfoy.

Hermione agak takjub mendapati Malfoy generasi pertama itu. Selain cara menyapanya yang sangat ramah dan Gentelment juga senyum yang dia berikan.

"Kau tidak pirang!" Kata Hermione memperhatikan.

"Tentu. Itu bukan yang di turunkan untuk keturunan Malfoy. Kami cukup bangga dengan-," Arman si lukisan menunjuk matanya dan tersenyum kembali. "Kami dikenal sebagai mahluk yang tampan hanya karena memiliki ini."

Hermione tersenyum mendengarnya. Yep, mata itu sungguh membuatnya gila. Hermione bisa tertegun melamun hanya dengan melihat mata Alexander.

"Aku melihat, bahwa keturunanku yang baru saja tiba, juga memiliki mata yang sama," katanya lagi menyambut.

Hermione tersenyum berterima kasih.

"Kau ramah," kata Hermione.

"Tentu, Lady," kata lukisan Arman. "All Malfoy have charm for the beautiful Lady, like you!"

"Ya, dia selalu ramah," jawab Draco menggelengkan kepala.

"Why?" tanya Hermione terngiang lukisan Walburga Black di Grimmauld Place.

"Karena... karena.." Draco mencoba menjawab ragu.

"Karena aku tidak sama dengan mereka yang menjalankan House of Malfoy beberapa abad belakangan ini," jawab Arman.

"Ap-"

"Oh, diam kau kakek tua," teriak salah satu lukisan di bagian tengah lorong.

Hermione terkejut dan melangkah mundur, namun langsung membusungkan dada lagi, angkuh.

"Oh, Lady. Jangan menghakimiku seperti yang lain," kata Arman menatapnya.

Hermione berjalan menghampiri lukisan yang berteriak tadi, melirik pada bagaian nama.

"Nicholas Malfoy," kata Hermione lirih melirik kepada si lukisan penyihir. Penyihir itu menaikkan alis menantang. "Diketahui sebagai penyebab beberapa kematian muggle yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi tidak bisa dibuktikan dan terlepas dari segala tuduhan, tentu saja adalah telur busuk yang tidak patut dibanggakan," kata Hermione mengejek.

Mata si Nicholas lukisan mendelik mendengar ejekan Hermione dan berteriak menyeramkan. Mungkin kalau saja dia bukan sebuah lukisan. Maka Sir Nicholas akan langsung mencekek Hermione sampai mati. Draco dengan sigap, menarik Hermione ke belakangnya. Hermione tidak memperdulikannya dan Draco sambil menggelengkan kepala takjub. Dan lukisan Arman Malfoy I, berteriak "Jangan menganggap kami sama, Lady. Kau perlu banyak bicara denganku,

"Oh, I see. Ternyata kaulah permulaan keluarga ini menjadi busuk," komentar Hermione. Draco mendorong Hermione agar tidak lebih jauh mengejek, dan beberapa lukisan sudah mulai berteriak marah, terutama di bagian lorong yang akan mereka lewati. Tapi dengan angkuh Hermione kembali berjalan sambil sesekali melirik pada nama lukisan itu, Draco mengikuti.

Hermione kadang memberikan sedikit komentar, "Sama busuk," pada lukisan Brutus Malfoy. Atau beberapa keturunan Malfoy yang namanya sudah pernah dia baca. Namun kemudian hampir mendekati tengah lorong, Hermione berhenti pada sebuah lukisan.

"Oh.. Kau pirang! Kalian tidak pirang dari awal?" tanya Hermione penasaran menengok pada Draco di sampingnya dan menatap lukisan Septimus Malfoy, yang juga mendelik jijik padanya.

"Yep. Kami mulai pirang sejak Septimus Malfoy menikah dengan Ella Lovegood," jawab Draco.

Hermione tidak yakin apa dia pernah membaca silsilah keluarga darah murni dengan benar. Dia pernah membaca beberapa nama Malfoy yang terpandang, atau memiliki peranan dalam komunitas sihir. Tapi tidak silisilah mereka, siapa menikah dengan siapa. Dan informasi ini agak menakjubkan untuknya.

"Apa-"

"Ya. Kalau kau melihat silsilah kami, tidak ada satupun keluarga sacred twenty-eight yang belum pernah kami nikahi," jawab Draco hampir jijik.

Hermione agak menarik diri mendengarnya.

"Termasuk Weasley?" tanya Hermione.

Draco mengangguk.

"Wow," kata Hermione kembali berjalan tidak tau harus berkomentar apalagi. Hermione kemudian behenti hampir di ujung lorong yang memperlihatkan tangga besar menuju lantai dua. Berdiri di depan tiga lukisan yang tidak bergerak di ruangan itu, lukisan Lucius, Draco dan Alexander.

Hermione memandang lukisan Alexander penuh sayang. Betapa wajah putranya tampak tersenyum dan begitu polos, amat kontras dengan banyak lukisan yang menampilkan wajah angkuh dan congkak. Hermione bersyukur karena anaknya tidak memiliki rambut pirang seperti kebanyakan lukisan yang ada. Tapi coklat keemasan. Dan latar belakang lukisan yang seperti tanah lapang, membuatnya tanpa sadar tersenyum melihatnya.

Draco memperhatikan dengan teliti dan juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Hermione, walaupun mereka tidak saling bicara.

"Ayo.." kata Draco lalu mendorong Hermione untuk kemudian menaiki tangga. "Kalian akan menempati sayap kanan selama kalian di sini. Kamar Potter dan Weasley yang akan tinggal malam ini juga ada di sayap barat. Dan setelah pesta pernikahan besok malam," kata Draco sambil menunjukkan ke arah sayap barat.

"ini kamarmu, yang depan sebelah sana kamar Alexander dan Louise," kata Draco menunjuk kamar seberang kanan. "Jenna bilang lebih baik tidak memisahkan mereka. Kamar Jenna ada di depannya, kalau dia membutuhkannya. Dan setelah pesta pernikahan kita besok malam, kau akan pindah ke kamar ku di lorong sebelah kiri," tambah Draco agak merona.

Hermione hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Papa!" sapa Alexander menyapa Draco dari pintu kamarnya.

Alexander berlari mendatangi mereka, namun berhenti malu, tapi Draco berlutut untuk bicara dengannya.

"Xander, jangan berlarian di dalam ruangan!" tegur Hermione.

"Yes, Mummy!" jawab Alexander.

"Papa, di kamarku ada gawang yang sangat besar untuk bermain bola, tapi kata Jenna aku tidak boleh bermain di dalam kamar, apa kau mau bermain denganku? Aku melihat di luar jendela, ada tanah lapang dekat rumah kaca," kata Alexander

"Tentu, bagaimana dengan Louise? Apa dia tidak ingin ikut?" tanya Draco.

"Tentu dia ikut, Mummy, kau mau ikut?" Tanya Alexander lagi.

Hermione menggeleng. "Apa aku boleh untuk tidak ikut, badanku terasa pegal," kata Hermione.

Alexander mengangguk, namun wajah kecewanya tetap terlihat.

Jenna keluar menggandeng Louise. Draco meminta Louise pada Jenna. "Kau ingin ikut dengan kami?" tanya Draco pada Louise dan Louise mengangguk meminta turun, dan menyambut tangan kakaknya.

"Biar aku saja, kalau kalian tidak keberataan," kata Draco pada Jenna dan Hermione.

Hermione mengangguk memberi izin. Draco dan kedua bocah itu pergi ke arah taman belakang untuk bermain bola, sedangkan Jenna mengikuti Hermione memasukki kamar barunya. Gaun yang akan dia kenakan ada di manakin di sudut ruangan. Tampak elegan dan indah, dan itu membuatnya sedih. Pernikahan dengan Theo di lakukan dengan sangat sederhana. Beberapa teman sekolah dan tetangga, dan beberapa karyawan di perusahan Theo yang tidak begitu besar di Perancis.

"Jangan bersedih, Hermione," kata Jenna mengelus pundak Hermione.

"Apa aku melakukan hal yang benar, Jenna?" tanya Hermione menaruh tasnya di meja rias. "Bukankah ini terlalu cepat?"

Jenna mengeleng. "Hermione, aku menyayangi Theo seperti putraku sendiri, tapi apa yang telah dia lakukan padamu tidak bisa dibilang tidak salah. Tapi maafkan aku karena aku selalu berada di pihaknya, bagaimanapun aku ingin dia bahagia, dan bersama kalianlah dia bahagia," kata Jenna.

"Aku tidak menyesal menikah dengan Theo. Kau jangan pernah berpikir sebaliknya, Jenna," kata Hermione membela diri.

"Dan aku percaya sepenuhnya padamu," kata Jenna, ikut duduk di sofa dekat dengan jendela. Dari situ mereka bisa melihat Draco, Alexander dan juga Louise bermain bola, Narcissa berdiri di salah satu tempat duduk di taman melihat mereka.

"Tapi aku mengenal kalian berdua lebih baik dibandingkan kalian masing-masing. Aku mengerti itu, Hermione," kata Jenna.

"Jenna! Kau mengenal keluarga Malfoy?" tanya Hermione mengingat terakhir kali mereka pernah bertemu.

"Ya," kata Jenna sedih.

Hermione memandangnya meminta penjelasan.

Jenna menghela nafas. "Ayahku adalah Kakak dari Abraxas Malfoy!"

"Ab- kau sepupu dengan Lucius?" tanya Hermione mendelik kaget.

Jenna menggangguk. "Aku squib, Hermione."

"Aku tau, tapi tak pernah aku berpikir atau mengingat bahwa Malfoy memiliki keturunan selain satu garis keturunan dalam satu generasi," kata Hermione mengingat.

"Tentu saja, itu seperti kutukan kau tau. Ayahku hanya memilikiku. Dia meninggal tanpa keturunan lain. Mungkin kau akan berpikir bahwa ini adalah mitos namun prasangka mengenai kemurian darah bukanlah hal tiba-tiba saja muncul," kata Jenna.

Hermione menunggu.

"Aku akan menceritakan padamu, hal-hal yang perlu kau ketahui, ketika kau menikah dengan darah murni," kata Jenna.

"Please, aku sudah menikah dengan Theo hampir 5 tahun," kata Hermione.

Jenna menggeleng. "Theo memang darah murni, tapi dia tidak berlaku seperti itu, tidak setelah perang mungkin. Dan dimana kau sekarang, kau hampir kehilangan Louise karena hukum bodoh darah murni. Tapi kali ini, kau akan menikahi Malfoy, dan siapa yang lebih tau dari pada aku?" Tanya Jenna.

Hermione merenungkannya, memutuskan untuk mendengarkan Jenna.

"Arman Malfoy bukanlah seorang yang memilih kemurnian darah. Ibunya adalah muggle. Tapi pada masa lalu, penyihir tidak diperlakukan dengan baik oleh muggle. Dia mengikuti ayahnya untuk hijrah ke inggris, walaupun mungkin keturunan Malfoy masih bisa kita temui di Perancis, tapi aku tidak yakin apakah mereka semua adalah penyihir. Di inggris, tidak jauh berbeda dengan di perancis. Mereka menjaga kerahasian dan hidup dalam sebuah komunitas yang lebih kecil. Komunitas itu biasanya di pimpin oleh satu keluarga yang mendominasi, yang kita sebut sacred twenty eight. Seperti keluarga Potter, mereka adalah darah murni sebelum Harry Potter lahir, namun mereka bukan sacred twenty eight," kata Jenna.

Hermione mengangguk mengetahui kisah itu.

"Mereka menjadi darah murni, bukan karena mereka membenci muggle, tapi keaadan yang membuatnya. Mereka tidak bisa atau sangat jarang berinteraksi dengan muggle, sehingga pernikahan antara penyihir dan muggle sangat jarang atau bahkan tidak pernah terjadi. Pertunangan ataupun perjodohan antara komunitas yang satu dan yang lain agar keturunan kami dapat berkembang, sampai akhirnya terbentuknya kementerian sihir dan juga Hogwarts. Itulah yang menyatukan komunitas yang satu dengan yang lain, dan semakin berkembang ilmu sihir, kami mampu menciptakan mantra-mantra untuk menghidari muggle juga mendirikan beberapa tempat tersembunyi yang tidak bisa di datangi muggle, bahkan di tengah-tengah wilayah mereka, seperti kementerian, diagon alley dan juga st Mungo."

"aku sudah tau tentang sejarah itu, Jenna," kata hermione memaksa. Dia mungkin bisa mendiktekannya langsung dari awal sampai akhir.

Jenna menggelengkan kepala. "Tentu, dear," kata Jenna. "Tapi mungkin banyak yang tidak kau ketahui mengenai darah murni. Mereka punya peraturan sendiri, lebih tepatnya mereka menggunakan perjanjian-perjanjian lama yang berlaku untuk mereka. Dan kebanyakan menggunakan 'blood magic', mereka yang disebut sebagai darah penghianat bukan karena mereka pro-muggle, tapi mereka yang meninggalkan cara-cara lama yang sudah dianggap terlalu kuno. Itulah yang membuat hukum darah murni, masih kuat sampai sekarang. Ironisnya, hukum mereka yang menjawab prasangka mereka tentang kemurnian darah." kata Jenna sabar.

"Ya seperti anak-anakku, menggunakan 'blood magic' tidak berarti mereka menggunakan sihir hitam, Walaupun kebanyakan, iya," komentar Hermione.

"Kau benar. Ternyata walaupun anak-anakmu adalah darah campuran, hukum mereka tetap berlaku, tidak serta merta hilang karena mereka darah campuran membuktikan bahwa darah kita sama. Tidak ada yang berbeda, karena hukum mereka menggunakan darah sebagai pengikat," jawab Jenna.

"Apa hubungannya dengan semua ini?" Tanya Hermione tidak sabar.

"Dear, menjadi bagian keluarga Malfoy kau tidak boleh buta dan tak tau apa-apa, terutama dengan masih adanya Lucius. Aku lupa tepatnya kapan, tapi dulu sekali salah satu keturunan Malfoy menyukai seorang gadis penyihir yang terlahir dari keluarga Muggle. Tapi karena dia hidup dalam masyarakat muggle. Para muggle menghindari gadis itu, menganggap gadis itu aneh dan terkutuk," kata Jenna.

Hermione mengangguk. Dia sudah menduga hal seperti akan terjadi pada tahun-tahun gelap, bahkan dia membacanya di sejarah sihir.

"Gadis itu lari dari desanya dan kemudian di temukan dan ditolong oleh penyihir yang berada di bawah kepemimpinan Malfoy. Dia dilatih dan menjadi penyihir yang hebat. Namun kemudian salah seorang keturunan Malfoy menyukainya, tapi gadis itu sudah jatuh cinta pada pria lain, pria yang menolongnya. Gadis itu kemudian menikah dengan pria yang dicintai, tapi pernikahan itu tidak bertahan lama. Suaminya kemudian meninggal dengan misterius dan tragis, dan anak yang dikandungnya pun mati sebelum dilahirkan. Gadis itupun mati bunuh diri, tapi tidak sebelum dia memberi kutukan pada keluarga Malfoy, bahwa semua keturunan perempuan mereka akan dilahirkan sebagai squib," kata Jenna sedih.

"Bagaimana mungkin kau-"

"Sebenarnya itu adalah kabar angin. Namun sejak kematian wanita itu, setiap perempuan yang dilahirkan dari keluarga Malfoy adalah seorang squib. Dari situlah kabar itu bermunculan, gosip yang paling mungkin adalah wanita itu menggunakan darahnya untuk mengutuk keluarga Malfoy," lanjut Jenna.

Hermione merenungi cerita itu. Dia merasa sedih untuk wanita itu, walaupu dia tidak mengenalnya.

"Sejak itulah keluarga Malfoy sangat menentang keberadaan penyihir kelahiran muggle dan membuat propaganda untuk mendukung suara mereka. Keluarga malfoy juga dirugikan dengan kutukan itu. Mereka tidak lagi memiliki garis perempuan untuk dinikahkan pada kelompok penyihir lain. Dan anggota komunitas mereka menjadi semakin sedikit, itu juga salah satu alasan yang mendorong agar komunitas sihir bersatu. Kemudian berkembang seperti yang kita ketahui sampai saat ini. Itulah kenapa nama Malfoy sangat berpengaruh di komunitas sihir, bahkan meskipun secara luas mereka mengetahui keterlibatan keluarga Malfoy dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Mereka tetap dapat menjaga reputasi mereka sampai saat ini," kata jenna lagi.

Hermione mengangguk mengerti. Dia menyadari betapa besar pengaruh nama Malfoy dalam komunitas sihir, jauh sebelum dia berpikir untuk menjadi bagian dari keluarga ini. "Bagaimana mereka bisa, maksudku bagaimana mungkin selama ini keluarga Malfoy bisa hanya memiliki keturunan pria?" tanya Hermione sedikit takjub dan penasaran.

"Nanti Hermione, kalau kau menikah dengan Draco. Maka dalam upacara yang mereka lakukan, kau akan diberi minuman dimana minuman itu akan membuatmu imun terhadap kromosom x," kata Jenna.

"Aku tidak pernah mendengar ramuan seperti it-," kata Hermione berpikir, jidatnya berkerut berpikir keras kemudian matanya membulat dan dia menutup mulutnya. "Itu sungguh jahat," kata hermione bergetar. "Untuk menghindari menghasilkan squib. Mereka memilih untu-"

Jenna mengagguk. "Aku cukup beruntung bisa hidup. Ibuku melahirkanku dengan susah payah dan meninggal ketika aku lahir. Walaupun, dulu sekali ayahku sangat berharap bahwa aku bukanlah squib, tapi aku masih ingat betapa kecewanya dia. Kakekku menyuruhnya untuk meninggalkanku di tinggalkan di dunia muggle ketika aku berusia 8 tahun. Hampir bersamaan dengan Alexander, waktu itu dia berusia 11 tahun, tepat ketika dia tidak mendapatkan surat dari Hogwarts. Ayahku meninggal tidak lama dari itu. Dia mengunjungiku beberapa kali sebelum jatuh sakit dan meninggal. Dan kau bisa mengetahui ceritanya setelah itu. Abraxas menjadi penerus keluarga Malfoy dan mereka mencoba menghilangkan jejak bahwa mereka memiliki seorang anak lain yang memiliki squib," Jenna menjelaskan.

Hermione tidak sadar bahwa dia menangis. Bagaimana mungkin mereka tega meninggalkan anak mereka untuk di asuh orang lain sedangkan mereka bergelimpangan harta? Apa begitu besar reputasi untuk di pertahankan?

"Apa Draco mengetahu-"

"Aku yakin tidak. Itu sudah ada dalam buku keluarga Malfoy yang diturunkan kepada penerus mereka. Ayahkulah yang seharusnya menjadi penerus keluarga Malfoy karena dia anak tertua. Dia menceritakan padaku dan meminta maaf sebelum dia meninggal. Lucius mengetahuinya, tapi Narcissa tidak mengetahuinya, begitu juga Draco sebelum dia menjadi kepala keluarga," kata Jenna menjelaskan.

"Terima kasih karena telah memberitahuku Jenna," kata hermione.

"Aku hanya ingin kau mengetahui hal itu. Apapun yang kau pilih aku akan selalu mendukungmu," kata Jenna.

AN/ Hello, aduh agak lama nih dari update terakhir tapi semoga ngk basi ya. abis selesai UTS jadi agak sibuk. hehehe