Waktunya berkumpul!

.

Summary :

Kiseki no Sedai (miracle generation) datang ke gunung Kunugigaoka dengan tujuan untuk pelatihan, dan mereka bertemu dengan anak kelas 3-E di suatu bangunan di gunung itu.

.

.

.

WARNING! OOC! GAJE! GAK NYATA (?)

.

.

.

Kiseki no Sedai POV

Musim hujan. Gara-gara musim ini, banyak yang tidak masuk sekolah, dan klub basket SMP Teiko di liburkan untuk sementara waktu. Tidak terima, Kise mendatangi kelas Akashi, sang ketua Kiseki no Sedai. "Akashicchi!"

"Apa?"

"Aku tidak terima! Masa' klub kita libur gegara hujan saja?!" gertaknya tidak terima.

"Kise, klub kita diliburkan karena banyak yang tidak masuk. Bukankah di kelasmu juga hanya sekitar 10 orang yang masuk?"

"Iya, sih..."

"... kalau kau masih bersikeras untuk latihan, kita adakan tur musim hujan saat libur sekolah lusa hari sampai seminggu kemudian."

"Eh? Tur? Dan lagi, memangnya kita libur?"

"... ya..."

"Ummm.. baiklah... kita tur kemana?"

"Gunung."

"Eh? Hujan-hujan latihan di gunung?"

"Biar Greget"

"... eh?"

"Maaf, tadi author asal nulis. Alasan sebenarnya adalah, melatih daya tahan tubuh kita, dll. Bila di sekolah, kita akan dimarahi oleh satpam. Dan kalau di lapangan sekitar, kita pasti akan dikenakan denda (?)."

"... Oke, deh. Tapi Gunung apa?"

"Gunung Kunugigaoka."

Lalu tiba-tiba sudah di skip oleh author gaje kita ke hari tur. Di depan gunung tersebut hanya terdapat anggota Kiseki no Sedai + Kuroko. Sepertinya anggota klub basket yang lainnya sakit.

Koaaak koooaaaaak

Dilihatnya Gunung itu, terlihat seperti gunung angker yang tak terpakai. Suara burung gagak itu malah membuat suasana makin seram. Aneh, kenapa Akashi memilih gunung ini untuk latihan? Apa tak ada Gunung lain yang lebih bagus? Dilontarkanlah pertanyaan dari Aomine itu ke Akashi. Dan orang yang dituju menjawab dengan muka datar khasnya, "Disini kita bisa latihan dengan tenang tanpa diganggu dengan hal lain."

MASA' SIH?

Batin Aomine, Kise, Murasakibara, Midorima, dan Kuroko. Sepertinya mereka berlima tidak setuju dengan pendapat Akashi. Namun, mau tak mau mereka harus mematuhi apapun yang Akashi katakan kalau mereka masih ingin hidup. Tanpa AIUEO lagi, kelompok kecil itu mendaki gunung tersebut dengan dipimpin oleh Akashi.

"Apa benar tak apa-apa, nih?" bisik Aomine

"Entahlah... tapi setidaknya kita masih hidup hingga detik ini."

"Berisik nanodayo"

"..."

"ummm... kok suasananya berat gini, ya?"

"Kuroko, ngomong apa gitu"

"... etto... tidak apa-apa nih?" semuanya berhenti berjlan, dan menengok ke arah Kuroko.

"Ada apa, Kuroko?"

"Menurut ramalan cuaca hari ini, hari ini..."

"Ya?"

"Bakal hujan."

Dan sedetik kemudian, terjadilah hujan deras. Panik, anggota kelompok itu berlarian hingga ke atas gunung. "Eh! Disana ada bangunan tuh! Ngadem- eh, berteduh disana yuk!" Aomine dengan kecepatannya yang secepat bebek berlari (?) menarik teman-temnnya itu sampai di dalam suatu bangunan kumuh yang terbuat dari kayu. Yah, seenggaknya mereka berhasil menghindari hujan deras diluar sana. Kuroko, menghampiri tempat sepatu di sampingnya. Sepertinya bagunan itu adalah sebuah sekolah. "Apa kita telah memasuki sekolah seseorang, ya?" semuanya melihat ke arah Kuroko yang tengah melihat-lihat bangunan itu.

"Lho?" suara itu membuat mereka menoleh kebelakang, dan mereka mendapati 3 orang dengan seragam sekolah Kunugigaoka. Yang satu adalah laki-laki berambut biru dikuncir 2, yang satu lagi perempuan berambut hijau pendek sebahu, dan yang terakhir berambut merah cerah. Sepertinya mereka adalah murid di sekolah itu. "Kalian... siapa?" ucap laki-laki bersurai biru itu. Taka da seorangpun yang dapat menjawab pertanyaan kali ini, termasuk akashi. Murasakibara mendorong Midorima untuk menjawabnya. Terpaksa, Midorimapun menjawab laki-laki itu dengan bingung.

"U-ummm... sebenarnya... kita lagi...a no... mmm... kita... kita... kita Cuma numpang lewat nanodayo!" jawaban gak masuk akal keluar dari mulut Midorima. "Shintaro, pulang-pulang kau harus shit up 100x," ucap Akashi dengan kejamnya. "Eh? Kenapa?!"

3-E POV

Hari hujan. Tak banyak siswa yang masuk dikarenakan sakit, dan hambatan lainnya. Dan sekarang hujan menjadi hambatan siswa yang masuk untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Karasuma-sensei berkata bahwa tanah di sekitar gunung menjadi licin dan sangat membahayakan, oleh karena itu murid-murid terpaksa menginap di sekolah. Karena khawatir, Koro-sensei juga akan menginap bersama dengan murid-murid di sekolah. Untung saja yang masuk hanya sekiar 10 orang, jadi mereka bisa tidur di mana saja. Kalau saja semua murid masuk tak akan ada ruang yang cukup, karena kebanyakan atap bangunan itu bocor hampir di setiap ruangan.

"Oh, iya, Nagisa, bisakah kau kunci pintu masuk? Nanti air hujannya masuk kedalam," ujar Kataoka yang tengah membereskan meja-meja agar dapat di tempatkan oleh beberapa orang untuk tidur.

"Ah, baiklah. Kayano, Karma-kun, maukah kalian menemaniku mengunci pintu masuk sebentar?"

"hum? Oke."

"Lho?" Setibanya di pintu masuk, mereka bertiga mendapati sekelompok orang yang tak mereka kenal. Dilihat dari penampilannya, mereka mungkin mau kemping atau semacamnya. Tapi orang asing tetaplah orang asing. Mereka tak tahu kalau sekelompok orang di depan mereka orng baik-baik atau bukan. Untuk memastikannya, Nagisa bertanya, "Kalian... siapa?"

Padahal Nagisa hanya bertanya hal yang masuk akal, namun kenapa mereka malah panik, ya? Apa pertanyaan Nagisa telah membuat mereka bingung?

Seorang dari mereka akhirnya menjawab pertanyaan Nagisa, "U-ummm... sebenarnya... kita lagi...a no... mmm... kita... kita... kita Cuma numpang lewat nanodayo!"

Dan mereka kembali ribut. "Karma-kun... apa yang sebaiknya kita lakukan?" tanya Kayano yang berdiri di samping Karma.

"hum? Kaalu soal mengurus orang, kenapa tidak kau saja, Nagisa-kun?"

"Eh? Kenapa aku?"

"Soalnya kalau aku yang mengurus mereka, nanti mereka cedera."

"... Baiklah... ano... kalian sepertinya kehujanan, ya? Bagaimana kalau masuk dulu?" Nagisa mempersilahkan sekelompok orang didepannya ke dalam. "Nagisa! Tapi koro-sensei, kan-"

"Tak apa, kita hanya mempersilahkan mereka duduk, dan mempersilahkan mereka pergi setelah hujan reda. Bagaimana, Karma-kun?"

"Nagisa-kun, kamu ketularan bego-nya dari mana?"

"...eh?"

"Seharusnya kau tahu kalau Koro-sensei itu rahasia negara, dan keberadaannya tercium di bangunan ini. Cepat lambat pasti akan ketahuan kalau koro-sensei ada disini."

"Benar juga..."

"... etto... apa benar kita boleh masuk ssu?"

"um? Ah, soal itu akan kami tanyakan pada guru kami dulu. Tapi kalau tak diperbolehkan, silahkan mandi hujan diluar~" ucapnya tersenyum seraya memegang hp-nya, dan menelepon seseorang.

"eh...?"

"Karma-kun..."

"Halo, Koro-sensei?" ucapnya didalam telepon.

~ TBC ~