Disclaimer : Bleach (c) Tite Kubo. This FF is mine.
Oh, aku pernah kirim ini sebagai event IchigoRukia. FF ini terinspirasi dari kisah Romeo and Juliet, Fast and Furious, dan Initial D.
Hostility.
Panas menyerbu urat-urat nadi pemuda berdarah bangsawan yang kini saling memamerkan keangkuhannya, kebencian dalam diri mereka mencekik telak-telak kedalam setiap napas dan refleksnya, permusuhan ini luar biasa mengikat bahkan jikapun tak ada alasan untuk membenci, kau harus memiliki perasaan itu, sebab terlahir dengan darah Kurosaki dan Kuchiki berarti menyimpan bibit kebencian dan mulai menjaganya untuk dapat tumbuh subur hingga beranak-pinak.
"Hmm ... Lihat wajah-wajah memuakkan ini." Pemuda berambut perak, Ichimaru Gin. Mendapatkan buruan di dalam kandangnya sendiri. Senyum di wajahnya tak pernah memberikan ketenangan, karena aroma yang dibawa seorang Ichimaru tak pernah lepas dari intimidasi.
Ichimaru Gin memang memiliki hubungan darah dengan bangsawan Kuchiki, ia adalah adik tiri dari Byakuya Kuchiki. Namun, untuk menggunakan marga Kuchiki pun ia tak di perkenankan. Siapapun bisa melihat dengan jelas ia hanyalah seorang anak haram dari ayahnya yang tak bisa menahan nafsu untuk bercinta dengan budak cantiknya yang malang. Ia yang harus menggunakan marga sang Ibu membuatnya selalu menjadi olok-olokan di kalangan musuhnya. Ichimaru terbentuk dengan mental yang penuh kebencian terhadap dirinya sendiri dan ambisi mendapatkan pengakuan yang sudah seharusnya menjadi haknya.
"Kenapa?" Renji memandang rendah lawan bicaranya, "Kau takut?"
Pandangan Renji mengeliling, berpura-pura mencari sesuatu.
Ichigo Kurosaki dan Uryuu Ishida hanya berdiri dengan tenang di sebelah mobil mereka yang mencuri perhatian di kalangan pecinta tuner.
"Aku khawatir, melihat wajah sialmu itu. Aku seperti melihat manusia biasa yang ingin mendapatkan keberutungan para dewa. Kau akan kalah di kandangmu sendiri dan di saksikan oleh curut-curut setiamu itu." Renji masih belum puas untuk memanasi si rambut perak.
Ichimaru menggeram tertahan, tangannya mengepal di balik saku celana mahalnya. Setelan bermerk yang kini dipakainya tak pernah membawa derajat Ichimaru Gin pada kemurnian darah seorang bangsawan, sekeras apapun seseorang ingin mengubah nasib pada kenyataannya, takdir yang selalu lebih banyak bicara. Nasibnya memang bisa berubah sebab ia terlahir memiliki darah bangsawan. Namun, takdir yang tak akan pernah bisa di ubahnya adalah; ia hanyalah anak yang terbentuk dalam rahim seorang budak perempuan yang telah tersia-sia lalu mati dalam penderitaannya.
"Brengsek!" Seorang remaja tersulut amarah. Pemuda tanggung yang sudah menjadi pengikut setia Gin memberi pembelaan. Remaja itu merangsek untuk memulai perkelahian.
Ishida Uryuu yang juga menemani Ichigo bereaksi sigap, ia mengeluarkan revolver caliber 26 lalu mengacungkannya tepat di kepala si remaja yang lepas kendali. Kawanan Ichimaru tak mau kalah mereka serentak memamerkan pegangan mereka dan memamerkan moncong berbau mesiu itu ke arah Ichigo dan kawan-kawan.
"Cukup!" pria berambut perak itu menahan amarahnya, ia mempunyai siasat licik untuk menghancurkan musuhnya. "Pria bermulut besar ini," Gin menahan kalimatnya lalu menatap para pria yang kini ada dihadapannya itu penuh kebencian, mereka yang menjadi sasaran hanya menampilkan senyuman yang memuakan bagi Ichimaru "Aku sendiri yang akan mengantarkan mereka bertemu dewa neraka!" amarah seseorang selalu terasa mengerikan untuk di sembunyikan.
"Huuu ... Terdengar sangat mengerikan." Renji memainkan nada suaranya yang sengaja dibuat-buat, terdengar ketakutan namun mengejek.
Gin menghampiri mobil balapnya, ia melangkah dengan gerakan tenang seekor ular, ia tahu kapan waktunya ia akan membelit lalu mencekik hingga lawannya remuk dalam kematian.
Bukan tanpa alasan Ichigo Kurosaki dan kedua temannya memasuki daerah kekuasaan Kuchiki, mereka di tantang oleh Gin dalam adu kecepatan, sebuah permainan yang mempertaruhkan harga diri dan juga nyawa. Seorang Ichimaru yang terkenal keji dan kejam tentu mempunyai rencana licik dan juga berbahaya bagi para musuhnya.
Deru suara mobil terdengar bising, nissan veilside rx-7 mobil milik Ichimaru dengan dandanan agak minimalis yang sudah di modifikasi itu melawan nissan skyline GT-R R34 1999, mobil yang mencuri perhatian karna modifikasinya yang modis dengan neon biru di kolong mobil dan cat kombinasi merah-silver benar-benar menunjukan keperkasaan pemilik kuda besi itu, Ichigo Kurosaki. Belum lagi tabung nitro ukuran besar, yang menjanjikan tambahan daya pacu superdahsyat membuat Ichigo semakin percaya diri dapat mengalahkan seorang Ichimaru. Sayangnya Ichigo membuat kesalahan strategi perang, sebab arena balap liar yang akan di adakan tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Renji dan Ishida mengikuti Ichigo di belakang. Keduanya hampir tak bisa mengendalikan emosinya saat tahu tempat yang di jadikan arena balap kali ini, sebuah departemen store terbesar tampak menjulang tinggi. Disana tersedia sirkuit yang tak lazim, sebuah jalur antara basement parkir lantai bawah dan lantai atas dapat digunakan untuk memacu adrenalin liar seorang Ichimaru.
Gin memandang remeh pada lawannya, ia memacu gas tepat setelah selembar kain berwarna merah yang di lemparkan seorang gadis berbaju seksi melayang di udara. Mobil minimalis yang di kendarainya melesat diantara lorong sempit menuju parkiran yang terletak di lantai atas, jalannya yang berkelok dan memutar membantunya memamerkan kemampuan driftingnya yang handal. Ichigo yang tak pernah menduga akan mengadu kecepatan di lorong sempit ini membuatnya kewalahan, namun seorang Ichigo Kurosaki tentu takkan mau mengalah begitu saja.
Keduanya mengeluarkan teknik Drifting yang mengesankan, sayangnya mobil modis Ichigo dengan kecepatan turbo tidak berguna sama sekali di arena yang memutar sampai 360 derajat ini, body badan yang terlalu lebar juga membuatnya kewalahan saat ia harus mengepot dan memutar mobilnya dengan kemiringan 180 derajat, bemper lebarnya selalu menyengat pagar beton yang menjadi pembatas, percikan api tercipta dari setiap gesekan yang dibuatnya pada setiap tikungan, hal ini membuat kecepatannya menurun drastis.
Ichimaru Gin melesat tepat di depan Ichigo, pada tikungan terakhir mereka harus memutari area parkir lantai atas lalu mencapai garis finishnya. Disananlah kesempatan terakhir Ichigo untuk membalik posisi, pada lintasan lurus dan luas itulah ia harus mengeluarkan tenaga turbonya secara maksimal. Ichigo melihat tikungan terakhir itu dan mulai mengoperasikan tenaga turbonya secara bertahap, Ichimaru yang dapat menebak taktik Ichigo tak tinggal diam, detik-detik mobil Ichigo yang mulai menyamakan kecepatan, bahkan mulai melewatinya membuat ia bertidak di luar akal sehatnya sendiri, ia yang tak mau kalah membanting stir mobilnya kearah Ichigo, keadaan keduannya seperti gangsing yang sedang berputar cepat lalu di timpa oleh gangsing lain, tepat di atas kepala gangsing tersebut. Jika tak kuat menahan serangan tersebut, mobil itu bisa terpental jauh dan mendapati kehancurannya. Beruntung, mobil Ichigo jauh lebih besar dengan mobil yang di benturkan kearahnya, walaupun mobilnya harus terdorong dan terseret jauh bahkan harus membentur beberapa mobil yang terparkir disana, namun keadaannya tak separah mobil Ichimaru yang justru harus terpental hingga terguling beberapa kali dan berakhir dengan membentur beton pembatas. Kekalahan telak harus di terima oleh seorang Ichimaru Gin, luka parah yang ia derita melebihi rasa malu yang di alaminya lalu menjelma menjadi dendam untuk seorang Keturunan Kurosaki yang terhina darahnya.
Mask for The Love.
Ichigo Kurosaki telah kehilangan pijakannya, hati pemuda tampan itu telah tercuri oleh seorang wanita berparas cantik bernama Orihime Inoue, seseorang dari darah bangsawan yang masih memiliki hubungan kerabat dengan bangsawan Kuchiki, darah bangsawan yang tak seharusnya ia cintai. Namun, apa yang mampu menghalangi perasaan indah itu, bila racunnya ia rasakan telah menyebarkan sebentuk kata bernama kerinduan.
Ichigo tak pernah merasa takut dalam hidupnya, dan ia nyaris tak pernah terkalahkan oleh kelemahannya sendiri. Mencintai Inoue tampaknya menjadi keinginannya yang terbesar, ia tak pernah tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Sampai pada kerinduan yang kini menaklukan pikiran pemuda itu, ia harus membuat rencana.
Sebuah pesta yang akan di adakan keluarga bangsawan Kuchiki adalah batu pijakannya, Ichigo berharap bisa menemui Inoue pada pesta itu. Masalahnya, seorang berdarah Kurosaki tak memiliki jaminan nyawa untuk bisa berbaur diantara para pemangsa darah Kurosaki.
"Aku harus menemuinya." Tubuh tegapnya menggambarkan kebimbangan seakan tumpukan ragu mengirimkan denyutnya sampai ketulang belakang. Ia membungkuk dalam pada posisi duduknya, berusaha menyembunyikan wajahnya dari kebimbangan yang jelas terbaca. "Atau, jangan pernah sebut aku sebagai Kurosaki," lanjutnya. Ichigo menengadahkan wajahnya pada cahaya rembulan yang semakin larut rambatan cahayanya akan semakin menunjukan jalur kekuasaannya. Keberanian seorang Kurosaki mulai terbangun layaknya pencuri putus asa yang tak takut mati.
"Kau tau pada siapa kau bisa mengandalkan." Pria berkaca mata yang menjadi lawan bicaranya itu merangkul pundak Ichigo, menularkan sedikit ketenangannya. Uryuu Ishida adalah pemuda yang kerap berpikir panjang sebelum bertindak, membiarkan temannya mengantarkan nyawa, ia tentu tak akan tinggal diam.
"Kau benar-benar gila Ichigo!" pemuda lain menimpali, Renji Abarai. Pemuda berambut merah itu benar-benar mencerminkan sebatang korek api yang sedang terbakar. Bagi Renji apa yang akan dilakukan Ichigo terlalu beresiko, apalagi hanya demi seorang wanita. Renji tak pernah bisa memahami cinta yang dibuat rumit, baginya cinta itu simple dan harus bisa menyenangkan. Jika perasaan itu memberatkannya ia akan mulai dengan meninggalkan perasaannya. itulah sebabnya ia tak pernah merasakan akhir dari segala pencariannya tentang cinta, karna ia selalu memulai dengan mengakhiri. Dan saat melihat seorang Ichigo Kurosaki memilih jalan rumit itu, ia merasa iri dengan perasaan yang di miliki Ichigo. Namun, menjadi lelaki baik-baik bukanlah gaya seorang Abarai. Renji adalah pemuda dengan jiwa yang paling bebas.
"Kau tidak akan mengerti apa yang aku rasakan," Ichigo berkeras hati.
Renji beranjak dari tempatnya, menghembuskan napasnya dengan hentakan tipis yang mendesis, seolah ia sedang mengusir rasa jengahnya.
"Kau mau kemana?" Uryuu menanggapi reaksi si rambut merah yang tampak acuh.
"Mencari informasi. Jika kita menghadapi peperangan, kita harus memiliki senjata dan perbekalan yang lengkap," jawab pemuda itu. Renji melangkahkan kakinya, meninggalkan teman-temannya.
Meskipun Renji terlihat menjadi yang paling tak setuju di antara mereka, namun ia akan tetap menjadi teman yang selalu bisa di andalkan.
Ichigo, Uryuu, dan Renji, kini berada di sekitar daerah kekuasaan keluarga Kuchiki. Malam ini pesta yang dirayakan bangsawan Kuchiki sedang berlangsung. Banyak para undangan yang berasal dari kalangan atas menghadiri pesta tersebut, terkecuali bangsawan Kurosaki dan kerabatnya, mereka tak akan pernah menjadi tamu kehormatan Kuchiki. Semua bangsawan yang datang memiliki undangan yang terbuat dari kertas berlapiskan emas. Tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam pesta tersebut. Jika kau tidak memiliki undangan, maka dapat di pastikan kau akan di tendang sebelum bisa menyentuh gerbang depan. Hidungmu bahkan tak akan di biarkan untuk sekedar mencium aroma kue-kue manis yang di hidangkan dalam pesta kelas atas itu.
Setiap undangan yang tersebar memiliki ciri tersendiri yang dapat menunjukan tingkat kehormatan yang di sandang, dan jumlah undangan yang tersebarpun terbatas. Dengan kata lain tidak akan ada yang bisa memalsukan undangan itu,hingga sangat sulit untuk bisa memasuki pesta itu, bahkan nyaris mustahil.
Namun dalam kamus Ichigo tak pernah mengenal kata mustahil sebelum ia mengusahakan dengan optimal, karena dalam setiap daya upaya akan selalu menemukan keajaibannya. Lalu keajaiban itu terulur dari tangan sang cassanova, Renji Abarai. Ia berhasil mendapatkan sebuah tiket emas yang mampu membawa sahabatnya pada sebuah takdir yang sudah jauh tertulis sebelum sahabatnya itu tercipta. Jalan menuju lingkaran nasibnya dalam mengejar cinta.
Nuansa perak berkombinasi dengan emas menghiasi Ballroom -tirai raksasa terpasang anggun dan mewah di setiap sudutnya. Rangkain bunga berwarna pelangi melengkapi keindahan ruangan yang membawa keharuman bunga alami bercampur parfum mahal para bangsawan. Pernak pernik hiasan mewah menjuntai apik. Semua yang ada di dalam ruangan ini begitu mewah, menarik dan menakjubkan. Pelayan-pelayan terdidik berkeliling membawa minuman mahal. Pada meja-meja bulat yang berjejer, hidangan yang tersaji hanyalah makanan pilihan. Semua terlihat menggiurkan dengan keharuman yang menggoda, manis dan sedap.
Ichigo, Renji, dan Uryuu menyusup diantara para bangsawan. Di tengah pesta mereka pun berpisah untuk menjemput kesenangannya masing-masing.
Ichigo menggunakan topeng yang menawan untuk menyembunyikan wajah rupawannya. Tak ada yang mengenalinya sebagai Kurosaki karna para bangsawan itu sibuk membicarakan bisnis dan beberapa sibuk mencari muka dengan bangsawan yang derajatnya jauh di atas mereka.
Grimmjow Jaegerjaques, pria bangsawan kerabat pangeran itu terlihat paling bersinar diantara para bangsawan lainnya. Ia di kelilingi para gadis bangsawan yang cantik namun hatinya telah terpaut oleh gadis mungil yang hingga saat ini belum terlihat di Ballroom pesta yang di buat oleh orang tuanya sendiri. Kemewahan dan kemeriahan pesta sungguh tak sempurna di hati pemuda tampan itu. Putri Kuchiki yang telah menghalangi kebahagiaannya belum juga muncul untuk memeriahkan pesta, dan yang terpenting memeriah hati seorang pemuda yang sedang jatuh cinta. Grimmjow nyaris frustasi menanti, jika bukan karna kehormatannya dapat di pastikan ia akan memaksa masuk ke kamar seorang gadis.
Disisi lain, Rukia Kuchiki bersembunyi diantara para pelayan pribadinya yang sedang sibuk melayani para tamu kehormatan. Bukannya di ruang utama pesta, Rukia Kuchiki justru di dalam ruangan para pelayan. Ia dengan gaun putihnya yang anggun dan cantik terlihat seperti putri yang tersesat.
"Rukia-Sama, kenapa kau disini? Ayo, kita keruang utama." Seorang pelayan wanita bertubuh gempal dan pendek menarik paksa majikannya yang sudah ia rawat sedari lahir, "Kau tahu? calon tunanganmu terus menerus menanyakanmu," Pelayan itu memperhatikan mimik wajah majikannya yang terlihat imut.
"Kenapa kau cemberut cantik? Ah, Lihatlah penampilanmu! kau sangat anggun dan menawan. Aku yakin Tuan Grimmjou akan semakin terjerat pesonamu." Wanita tua itu tak pernah kehabisan kata-kata.
"Aku tidak suka keramaian," Rukia mengguman kesal, namun ia tetap mengikuti langkah pelayan yang paling di sayanginya seperti ibunya sendiri.
"Kau harus membiasakan dirimu sayang, lagi pula ku jamin kau takkan bosan berada di sisi Sang Jargejarques yang tampan dan menarik," goda sang pelayan.
Ichigo berkeliling mencari targetnya. Saat ia menemukan gadisnya yang sedang berdansa dengan seorang pria hatinya terasa panas. Orihime Inoue dan pria muda itu menghakhiri dansanya lalu terlihat menjauhi keramaian pesta. Ichigo yang melihatnya dari kejauhan mengikuti kedua orang itu, hampir saja ia kehilangan jejak keduannya.
Rukia terus berjalan dibelakang sambil mendengarkan ocehan pelayannya. Sebuah ide jahil hinggap di kepala gadis cantik itu. Tanpa sepengetahuan si pelayan yang lebih asik bicara sendiri Rukia meninggalkan wanita itu. Ia berbelok menuju taman yang terlihat sepi dan hanya ada beberapa tamu yang sedang bercengkramah lebih intim. Pencahayaan yang redup membuat Suasana taman lebih terasa romantis.
Rukia sedang asik tertawa sebab sudah bisa membuat pelayannya menjadi tampak bodoh karna tak menyadari pelariannya. Tanpa disadarinya ada sesorang yang terusik oleh tawa lembutnya.
Seketika seseorang membekap mulutnya.
"Hmmm!" Tubuh Rukia tersentak tersembunyi diantara tanaman hias. Ia bergetar dalam kungkungan sebuah lengan yang kokoh merangkul pinggulnya, sedang sebagian wajah mungilnya tertutup oleh kelembutan jemari seorang lelaki. Ichigo si pelaku menangkap gadis yang salah, namun takkan membuatnya menyesal.
"Sssssttt." Ichigo menatap mata gadis yang menjadi tawanannya, begitu indah dan kelam. Ichigo merasa ia akan tenggelam dalam tatapan gadis mungil yang kini berada dalam dekapannya.
"Tenanglah, aku tidak bermaksud jahat," Ichigo mencoba menjelaskan. Rukia hanya bisa memandang sosok gelap yang membelakangi cahaya. Rasa takut memaksanya memejamkan mata dalam kepasrahan, untuk sesaat Ichigo terlepas dari jerat mata yang misterius itu.
"Maukah kau menikah denganku?"
Rukia yang masih memejamkan matanya mendengar suara lelaki, apa pencuri ini melamarnya?
"Aku mencintaimu, maukah kau menjadi istriku?"
Suara lelaki itu terdengar lebih jelas dan yakin, namun terdengar agak jauh.
"Ya, aku bersedia."
tunggu! Rukia tentu tak akan menerima lamaran seorang pencuri kasar dan tak romantis ini. Jadi, suara siapa itu? Pikir Rukia. Ia pun akhirnya kembali membuka matanya. Saat ia membuka mata ia melihat wajah seorang pria yang tersiram cahaya keemasan rembulan.
Pencuri itu memiliki garis wajah yang tak asing dalam ingatan Rukia, lelaki yang telah melepaskan topengnya itu, tentu dapat di kenali dengan mudah oleh seorang Kuchiki.
Dia …Ichigo Kurosaki. Seorang Kurosaki berada di sarang Kuchiki, apa pria ini sudah gila.
Rukia memperhatikan arah pandangan si pria, disana terlihat sepupunya Orihime Inuoe sedang berpelukan dengan seorang pria tampan yang sudah sangat di kenalnya. Rukia senang melihat kebahagiaan sepupunya, ia tahu pria itu adalah orang yang sangat di cintai Inuoe. Ia dapat merasakan kebahagiaan sepupunya. Rukia bergerak risih dan Ichigo merasakan pergerakan wanita yang menjadi tawanannya itu.
"Gomen, kau baik-baik saja?" Ichigo kembali menatap gadis di hadapannya, "Aku akan melepaskanmu dengan syarat kau jangan menjerit, oke?" Ichigo merasakan anggukan si gadis lalu perlahan melepaskan tangannya dari bibir sang gadis dan melepaskan dekapan tangan satunya pada pinggang kecil Rukia. Seiring terlepasnya tubuh Rukia, Ichigo merasa ia telah kehilangan sentuhan yang mengusiknya. Ia merasa nyaman berada dekat dengan wanita mungil itu.
"Kau?" Rukia menatap Ichigo kurosaki tak percaya. Apa benar di hadapannya kini adalah seorang Kurosaki yang selama ini ada dalam benaknya. Pemuda yang telah mencuri hatinya walaupun ia tahu keluarganya sangat membenci keluarga Kurosaki. Tapi Rukia yakin dengan perasaan murninya, bahwa sudah sejak lama ia terjerat cinta terlarang dengan pemuda ini, pemuda yang seharusnya ia jauhi dan ia benci.
"Apa kau mengenalku?" Ichigo menatap wajah Rukia dengan senyum yang tak seharusnya hadir di saat yang bersamaan, dimana cinta pertamanya kandas begitu cepat. Rukia terlihat ingin menjauhi tubuh Ichigo, ia menggeleng kuat mendengar pertanyaan lelaki di hadapannya.
Saat tubuh mungil itu akan berbalik, Ichigo mencegahnya lalu menariknya lebih menjauh lagi dari keramaian pesta. Ichigo menggenggam tangan halus sang gadis menuntunnya ke tempat yang tak tentu arah. Ichigo merasa dirinya sudah gila, untuk apa dia membawa wanita ini? Saat ia kembali melihat wajah sang gadis, Ichigo takluk dengan pikiran tak warasnya. Ia eratkan genggamannya pada tangan si gadis.
"Kau bilang kau akan melepaskanku! Sekarang kau akan membawaku kemana?" Rukia begitu kuat menekan kegelisahan hatinya, ia takut pria ini akan mengetahui apa yang di sembunyikannya.
Sebenarnya sudah sejak lama Rukia memendam perasaan pada pemuda ini, walaupun seluruh keluarganya membenci semua keturunan Kurosaki, Rukia tak bisa menolak perasaan yang kerap muncul di hatinya. setiap kali keluarganya menyebut nama Ichigo, hatinya bergemuruh tak karuan. perasaan itu dimulai saat ia bertemu dengan Ichigo untuk pertama kalinya di sebuah toko buku. Sebuah tempat yang sempit dan di penuhi dengan benda-benda persegi yang meminta untuk segera di jamah. Untuk jatuh cinta dengan pemuda Kurosaki itu, Rukia hanya butuh tiga detik melihatnya lalu membiarkan imajinasinya bergerak liar hingga ia terjebak pada perangkap cinta yang di buatnya sendiri. Bahkan ketika ia mengetahui marga dari sang pemuda yang sudah jelas telah masuk dalam Blacklist keluarganya. Rukia sudah terlanjur menikmati masa-masa manis dimana ia bisa mencintai seorang laki-laki dengan diam-diam.
Ichigo berhenti sejenak mencari arah jalan yang tak pernah ia kenali, seperti sebuah perasaan tersesat yang tiba-tiba hadir tanpa bisa dia mengerti. Apakah hatinya dengan mudah berubah haluan? Hanya karna seorang gadis mungil yang menggunakan gaun putih yang pesonanya berasal dari para dewi. Hembusan angin menyentuh gaunnya dengan sangat lembut, dan selendang tipis gadis itu menjuntai seperti sayap peri yang transparan. Ichigo tak pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama, jadi ia bermaksud membawa gadis ini sebagai hiburan semata. Hey! Sejak kapan pemuda Kurosaki ini berubah menjadi penjahat, gadis ini pasti penyihir. Ichigo begitu bingung dengan apa yang dia mau dari gadis ini. Tak pernah sekalipun Ichigo berpikiran untuk merusak seorang gadis, tapi gadis ini membuatnya kehilangan kendali. Ichigo ingin menjadikan gadis yang bahkan namanya pun belum di ketahui itu menjadi miliknya utuh.
"Kurosaki-san, jangan kesana! Di sana banyak para penjaga." Rukia yang tahu betul setiap sudut kediamannya memperingatkan pemuda berambut jeruk itu, karna begitu khawatir dengan keadaannya jika sampai tertangkap. Rukia bahkan melupakan sandiwaranya.
"Kau mengenalku?" Rukia tampak gelisah mendengar pertanyaan itu.
"A ... ano, aku." Rukia menjadi gugup, ia begitu ketakutan seperti seekor tikus yang menghadapi kucing kelaparan.
"Siapa namamu?" Ichigo tak perduli kenapa gadis ini berbohong tidak mengenalnya. Hal pertama yang ingin dia pastikan adalah nama keluarganya.
"Sebaiknya kau pergi Kurosaki-san, sebelum kau ketahuan lalu mati konyol di tempat ini." Rukia mencoba mengalihkan topik, ia takut jika Ichigo tahu siapa dirinya, lelaki ini akan membencinya. Rukia senang bisa bertemu dengan Ichigo, apalagi ia bisa begitu dekat dengannya, karena itu ia lebih suka mengakhiri pertemuan ini tanpa harus melibatkan nama keluarga.
"Bagaimana kau tahu disana banyak penjaga?" Ichigo semakin penasaran dengan gadis ini. Gadis ini terlihat begitu manis di mata Ichigo, pipinya yang merona saat bicara dengannya lalu bahasa tubuhnya yang misterius mengundangnya untuk lebih mengenal si gadis.
"Ruki-Chan! Kaukah itu?" Hisana Kuchiki memastikan sosok mungil yang terhalangi oleh sosok berpunggung lebar itu benar anak kesayangannya. Ia sudah mengelilingi hampir seluruh ruangan rumahnya hanya untuk menemukan anaknya yang nakal itu, bahkan ia telah mengerahkan para pelayan untuk mencarinya. Hisana yang anggun berubah panik saat ia mendengar suara yang begitu ia kenali sedang berbicara begitu serius dengan seorang pria asing. Jika pria itu seorang Jaegeurjaques, Hisana takkan mempersoalkannya.
"Okaa-san!" cemas tiba-tiba bergelenyar liar dalam darah Rukia. Melebihi keliaran cemasnya, Rukia pun berani menggandeng tangan seorang pria dan membawanya kabur. Seolah segala sopan santun dan tata krama yang sudah di ajarkan pada darah setiap wanita Kuchiki yang terhormat menguap tak berbekas.
Mereka berlari menyusuri koridor sepi seperti sepasang kekasih yang hendak melarikan diri, keduanya merasakan debaran yang menyenangkan. Sayangnya kisah ini bukanlah kisah yang sesederhana seperti: berlari, lalu hidup bahagia selamanya. Kisah ini bahkan belum di mulai.
"Kau ikuti saja jalan lurus ini, setelah melewati taman ini kau akan menemukan pintu keluarnya, juga menemukan keselamatanmu Kurosaki-san." Tentunya keselamatan hati Rukia juga, ia meyakini diri. Ini akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.
"Kau sangat baik Nona," Ichigo menatap lekat wajah cantik di hadapannya. Ia tak ingin lekas mengakhiri pertemuan yang membuatnya harus mengakui kelemahannya. Betapa mudahnya ia jatuh cinta atau betapa hebatnya jerat wanita mungil ini, yang manapun kebenarannya, Ichigo tetaplah menjadi pihak yang kalah dan takluk.
"Izinkan aku berterimakasih dengan ini." Ia meraih jemari mungil sang gadis dan membawa punggung tangan Rukia pada kehangatan bibirnya. Sebuah kecupan sekaligus pemujaannya ia persembahkan untuk wanita terhormat dihadapannya.
Rukia yang telah kembali dan berbaur dengan keramaian pesta di sambut oleh alunan romantis. lagu dansa itu membawanya pada uluran tangan seorang pemuda tampan yang akan menjadi tunangannya, seorang Grimmjou tak bisa menolong dirinya sendiri dari perasaan jatuh cinta kepada gadis mungil dihadapannya.
Alunan musik mengalir dalam tiap gerakananggun para bangsawan. Kebahagiaan mereka bergerak dalam denyutan nada yang mengalir lembut. Langkah-langkah terdidik membawa Rukia dalam kuasa tunangannya yang memimpin pergerakan dansa di antara keduanya.
Wise men say only fools rush in
But I can't help falling in love with you
Shall I stay would it be a sin
If I can't help falling in love with you
Keduanya berdansa mengikuti setiap irama yang mengalir, berdansa dengan gerakan anggun dan apik.
Take my hand
Take my whole life too
For I can't help falling in love with you.
Lirik lagu dan wanita yang berdansa anggun di sana adalah perpaduan yang nyata yang membuat Ichigo membuang keselamatannya. Ichigo kembali pada pesta untuk meyakini dirinya sendiri, bahwa ia telah bertemu dengan pemilik segala kecantikan yang murni, semurni cinta yang mulai tumbuh di hatinya.
Di lantai dua ballroom pesta, kedua darah Kuchiki sedang memperhatikan gerak-gerik kehadiran seorang kurosaki yang sedang berbaur dengan para bangsawan di lantai bawah.
"Bagaimana bisa Kurosaki di pesta Kuchiki? Aku akan membuat perhitungan dengannya!" Ichimaru tak bisa menahan amarahnya, baginya kehadiran seorang Kurosaki di pesta Kuchiki adalah penghinaan. Byakuya Kuchiki mencoba tetap tenang, ia tak mau pestanya terganggu karena ulah cecurut kecil berdarah Kurosaki.
"Biarkan saja." Byakuya tak menghiraukan adik tirinya.
"Tapi kita tak bisa membiarkannya!" Ichimaru bertambah geram dengan sikap kakaknya. Ia merasa sebaiknya ia sendiri yang akan turun tangan.
"Pemuda itu cari mati!" Ichimaru mulai mengeluarkan pistol kecil yang biasa ia sembunyikan di balik Jasnya.
"Apa yang akan kau lakuakan?" Byakuya meninggikan suaranya.
"Si brengsek itu akan tahu dia sedang berhadapan dengan siapa!? Aku akan membunuhnya!" Ichimaru yang mulai tak terkendali mulai menarik pelatuk senjatanya.
"Hentikan!" Byakuya menarik tubuh adiknya, namun Ichimaru berontak. Byakuya yang tak terbantahkan mengambil tindakan yang tak pernah di ajarkan dalam kalangan terhormat. Ia menampar wajah adik tirinya di tengah keramaian pesta lalu mengusirnya dengan tegas.
Ichigo berdiri diantara sayap-sayap peri penabur serbuk cinta. Seketika, ia berubah menjadi pangeran dari negri dongeng yang telah menemukan putri impiannya. Ia menemukan putri itu terlalu mudah dan cepat, tanpa melalui penjagaan monster raksasa, bahkan tanpa melawan penyihir tua yang jahat. Hanya saja, ia harus melewati kutukan kebencian dari dua keluarga.
"Ichigo, kau tak menggunakan topengmu?" Kepala Uryuu bergerak kekiri dan kanan, melihat situasi di sekitarnya, "Kau sudh menemukan wanitamu?" Uryuu berbisik pada pemuda yang terpesona pada wanita yang sedang asik berdansa dengan calon tunangannya.
"Ichigo ..." Uryuu terus mengguncang tubuh Ichigo yang jiwanya tercuri sepenuhnya oleh gadis Kuchiki muda itu.
"Aku telah mnemukannya," Ichigo bekata tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari gerakan anggun si gadis. Uryuu yang dapat menemukan titik pusat pandangan temannya itu mengernyit tak percaya.
"Oh, tidak Ichigo!" Uryuu menekankan nada bicaranya, seolah ia adalah monster pertama bagi sang pangeran yang akan menjemput sang putri.
"Kenapa tidak?" Ichigo menatap karibnya penuh tanda Tanya, ini pertama kalinya seorang Uryuu menentang keinginannya.
"Kau boleh jatuh cinta dengan gadis manapun, tapi tidak untuk yang satu ini," Uryuu menjelaskan.
"Memang ada apa dengan gadis itu, apa dia sudah menikah?" mendadak perasaan sesak memenuhi dada sang pangeran, tak pernah ada pangeran baik hati yang akan merusak kebahagiaan orang lain.
"Lebih buruk, dia seorang Kuchiki tulen. Anak satu-satunya dari keluarga Kuchiki, Rukia Kuchiki." Ichigo harus menelan kenyataan pahit ini.
Saat ia menjatuhkan pilihan pada Inoue ia tak pernah memikirkan darah Kuchiki yang terhubung padanya, sebab Inoue hanyalah cinta pertamanya yang akan ia lepaskan. Namun saat ia menemukan seorang Rukia Kuchiki, ia merasa darah yang terhubung pada gadis itu adalah kutukan penyihir jahat, mantra sihir yang terlalu kuat untuk bisa di patahkan. Rukia Kuchiki memang bukan cinta pertamanya, tapi Ichigo meyakinkan pada hatinya bahwa hanya wanita berdarah terkutuk itulah yang berhak menjadi wanita terakhirnya.
"Hey!"
Renji yang telah mendengar bisik-bisik tamu lainnya yang mengetahui keberadaan seorang Kurosaki di pesta segera menghampiri kedua karibnya, "Sebaiknya kita segera pergi," katanya sambil menarik paksa tubuh Ichigo yang lemas mengetahui siapa sebenarnya gadis yang telah mencuri hatinya.
TBC.
