Ini adalah fiction milik teman Kimchi. Kimchi merasa fic ini sangat layak untuk dipublish disini, biar dia makin terkenal juga gitu.. So, Kimchi publish, tentunya dengan persetujuan dirinya juga.

a/n : namanya juga fanfic, bukan kenyataan. Jadi, selamat menikmati.

Banyak orang berkata "hidup itu hanya sekali". Namun, benarkah itu? Tidak, itu salah. Dalam fanfic ini, kamu akan mengetahui kenyataan, bahwa kita hidup di dunia ini lebih dari sekali, tepatnya tiga kali. Pada setiap kehidupan, kita akan menjadi orang yang berbeda, dengan keadaan yang juga berbeda dari kehidupan sebelumnya. Namun, ada orang-orang yang memang ditakdirkan untuk memiliki hubungan dengan kita. Pada setiap kehidupan, kita pasti akan bertemu dengan mereka meski kita tidak mengenali mereka lagi. Dan setelah kehidupan yang ketiga, semua tindakan semasa kita hidup tiga kali akan ditimbang, dan nasib kita berikutnya akan diputuskan...

Begitu juga dengan Dong Bang Shin Ki. Kelima member DBSK telah ditakdirkan untuk bertemu dan memiliki relasi yang unik di setiap kehidupannya. Mari kita lihat dari kehidupan pertama mereka.

Our "Three Times" Relationship

--Disclaimer--

Sun Hi


1st LIFE (part one)

One, two, three..

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang pedagang kain bersama kedua istrinya. Pedagang tersebut termasuk orang yang dihormati di desanya, selain karena tokonya yang laris juga karena wibawanya yang besar. Tidak mengherankan kalau ia memiliki dua istri yang cantik. Putra-putrinya pun terkenal tampan dan cantik. Tidak hanya itu, mereka selalu berlaku baik dan sopan pada setiap orang yang mereka jumpai. Keluarga Lee benar-benar membuat iri banyak orang.

Siang itu di kediaman Tuan Lee, sebuah hanok besar yang telah berdiri selama puluhan tahun dari generasi ke generasi, tampak seorang pria duduk dengan dahi berkerut. Ia duduk di depan beberapa gulungan kain dan di tangannya terdapat daftar yang panjang. Ia tidak menyadari, seseorang tengah mendekatinya. Keberadaan orang itu baru disadarinya, setelah pundaknya ditepuk pelan.

"Sayang, makanlah dulu, jangan bekerja terlalu keras. Nanti kau sakit lagi," kata wanita itu sambil membawa baki makanan.

"Kau yang seharusnya memperhatikan kesehatanmu, tubuhmu kan lemah. Apalagi, kau kan baru saja melahirkan. Ngomong-ngomong, mana bayi kecil kita? Aku benar-benar gemas melihatnya," kata Pak Lee sambil mengambil baki makanan dari tangan Sooyun.

"Changmin? Hyunjae sedang menjaganya, sambil menemani anak-anak bermain. Dia benar-benar sayang pada Changmin," kata Sooyun dengan tetap tersenyum.

"Kalau begitu aku pergi dulu, mau menyiapkan bubur untuk Changmin," kata Sooyun seraya bangkit berdiri dan menuju ke pintu. Pak Lee mengikuti setiap langkah dengan matanya, sampai pintu tertutup dan Sooyun tidak kelihatan lagi. Ia kembali bekerja, namun, kini senyum menghiasi wajahnya.

Dalam hati, ia bersyukur memiliki istri-istri yang baik, yang mau memperhatikan dirinya dan menyayangi anak-anak tiri mereka seperti anak-anak kandung mereka sendiri. Sebetulnya, ia sedih juga karena mereka harus 'berbagi' dirinya. Namun, apa daya. Ia mencintai mereka berdua. Lagipula, seorang laki-laki memilki dua istri bukanlah hal yang salah, kan?

Pikirannya lalu beralih pada anak-anaknya yang manis, sementara ia memeriksa kualitas kain dihadapannya dengan meraba kain-kain tersebut. Ia tersenyum, membayangkan istrinya Sooyun yang manis dengan kedua putra mereka, Jaejoong yang berumur 5 tahun dan merupakan anak paling tua di antara semua adik-adiknya dan Changmin yang baru lahir kira-kira tiga bulan lalu.

Ia tidak melupakan istrinya Hyunjae yang cantik dan tegas, juga putra mereka Yunho yang usianya hanya beda sedikit dari Jaejoong. Begitu juga putri kembar mereka, Yoochun dan Junsu. Yoochun yang lembut dan Junsu yang aktif, begitu manis dan penuh rasa ingin tahu terhadap banyak hal. Selalu perhatian, dan membuat setiap orang tertawa melihat tingkah mereka.

"Sayang, ayo makan malam. Kalau tidak cepat, nanti habis!" teriak seorang perempuan. Dasar Hyunjae, katanya dalam hati sambil tersenyum. "Ya, sayang. Aku datang!" seru Pak Lee.

------------------------------------------------------------------------ empat belas tahun kemudian ------------------------------------------------------------------------

"Jaejoong!" seru seorang pemuda. Jaejoong menoleh dari buku yang di bacanya dan bertanya, "Ada apa, Yunho?"
Yunho nyegir dan menepuk pundak Jaejoong. "Baca apa lagi? Gak bosen-bosennya baca buku tebal gitu," kata Yunho sambil mengambil buku yang dibaca Jaejoong. "Lagi-lagi tentang kain. Apa serunya sih?"

"Kamu tuh ya. Sini balikin," kata Jaejoong sambil merebut kembali buku dari tangan Yunho. "Aku kan disuruh appa buat bantu-bantu di toko, jadi aku baca buku ini supaya aku mengerti apa yang harus kulakukan di toko nanti," jelas Jaejoong.

Yunho tampak sewot. Sejak Sooyun-umma meninggal, Jaejoong selalu menyibukkan diri di toko. Tidak pernah lagi bermain-main seperti dulu, kata Yunho dalam hati. Sejujurnya, ia merindukan Jaejoong yang dulu. Jaejoong yang selalu tertawa ceria dan mau menemaninya bermain. Bagaimana ya, supaya Jaejoong kembali seperti dulu lagi, pikir Yunho.

"Yunho, jangan melamun! Nanti kesambet lagi. Ngomong-ngomong, mana yang lainnya? Yoochun, Junsu, dan Changmin nggak kelihatan dari tadi?" tanya Jaejoong membuyarkan lamunan Yunho.

"Mereka? Mana kutahu! Mereka kan sudah besar, tidak perlu dijaga terus-terusan. Lagian, siapa sih yang bisa ngasuh Junsu?" tanya Yunho.
Mendengar apa yang dikatakan Yunho, Jaejoong tertegun sejenak lalu tertawa. Yunho pun ikut tertawa. Ini dia yang kuinginkan, melihat Jaejoong tertawa lepas seperti ini, pikir Yunho dalam hati. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Di kejauhan, Yoochun datang dengan gaun yang melambai-lambai.

"Oppa, sudah waktunya makan siang. Appa dan umma sudah menuggu di ruang makan. Changmin dan Junsu juga sudah menuggu di sana." kata Yoochun dengan agak terengah-engah. "Baiklah, kami segera ke sana," kata Yunho dan Jaejoong serempak. Mereka bertiga pun segera menuju ke ruang makan.

Saat mereka tiba di ruang makan, Junsu sedang mengulurkan tangan untuk mengambil makanan dengan sembunyi-sembunyi. Tetap saja, Hyunjae-umma melihatnya dan menepak tangan Junsu sehingga Junsu terpaksa menarik tangannya.

"Kalian sudah datang rupanya. Cepat duduk, kami sudah menunggu kalian dari tadi," kata Hyunjae-umma. "Dan kamu, Junsu, jangan mengambil makanan sebelum yang lain tiba. Itu tidak sopan!" tegur umma sambil menatap Junsu tajam. Junsu hanya bisa terdiam dan menunduk malu.

"Sudah, sudah. Ayo kita segera makan, perutku sudah kelaparan dari tadi," appa menengahi.
Semua menurut. Mereka mengambil sumpit masing-masing dan makan dalam diam, sampai Junsu mulai bercerita dengan gayanya yang selalu heboh. Junsu bahkan lebih heboh daripada anak cowok seumurannya.

"Oppa, kau tau tidak, tadi aku pergi bermain dengan Hyukjae. Dia benar-benar tau tempat-tempat yang seru!" kat Junsu bersemangat dengan mulut penuh makanan.

"Jangan bicara sambil makan!" kata umma. Namun, Junsu bukannya berhenti bicara, justru mengeraskan suaranya. Sekarang, ia bahkan sudah setengah berdiri dari duduknya dan menggerak-gerakkan tangannya.

"JUNSU!" umma memperkeras suaranya. Junsu pun terdiam, menyadari bahwa umma menjadi marah. Ia pun melanjutkan makan dalam diam.

Suasananya menjadi tidak nyaman . Appa pun berusaha mencairkan suasana, namun tidak ada seorang pun yang menanggapinya. Dalam hati, Pak Lee berpikir, seandainya saja Sooyun masih hidup.

Aku tau, batin Pak Lee dalam hati, bahwa kau sangat merindukan Sooyun. Tapi, jangan melampiaskan kesedihanmu seperti ini, Hyunjae. Hatiku sakit melihatmu seperti ini. Ia pun mengalihkan pandangannya dari Hyunjae ke arah anak-anaknya yang sedang makan.

Jaejoong, kau tampak makin kurus saja. Aku tau, tubuhmu lemah, sama seperti Sooyun. Kau benar-benar membuatku khawatir. Pandangannya beralih ke Yunho, dan ia tersenyum pahit. Yunho, katanya dalam hati, appa tau kalau kau sangat menyayangi Jaejoong, karena hanya ia satu-satunya anak yang sebaya denganmu di desa ini. Aku juga tau kalau kau mengkhawatirkannya seperti juga appamu ini. Kuharap kau bisa bermain dengan Jaejoong seperti dulu lagi.
Yoochun, putriku yang manis, begitu lembut dan pendiam. Aku tau kau merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Kau yang menangis paling keras saat Sooyun-umma meninggal. Maaf, appa tidak bisa berbuat banyak untukmu. Lalu... Junsu. Putriku yang ceria dan selalu berusaha membuat kami tertawa. Aku bersyukur kau ada di sini dengan segala ceritamu. Appa benar-benar iri, karena tidak bisa berpetualang bersamamu. Ya, appa benar-benar iri pada Hyukjae yang selalu bermain denganmu sepanjang waktu.
Yang terakhir, malaikat kecilku Changmin. Aku BENAR-BENAR mengkhawatirkanmu. Kau tidak pernah bermain dengan anak-anak seusiamu, selalu bergelut dengan buku-buku di ruang baca. Sejak Sooyun-umma meninggal, kau hampir tidak pernah keluar rumah. Aku tidak pernah melihatmu bermain dengan teman-temanmu. Tidakkah kau lihat, betapa cemasnya appa akan dirimu?

Tiba-tiba Pak Lee menyadari, air mata menggenang di pelupuk matanya. Cepat-cepat dihabiskannya makanan yang tersisa dalam mangkuk, lalu ia segera pergi ke dapur sambil membawa mangkuknya yang telah kosong. Ia segera menyeka air matanya, tepat sebelum Jaejoong, Yunho, dan Changmin masuk ke dapur.

Ia baru akan menyapa mereka, ketika terdengar suara ketukan di pintu.

"Annyeong haseyo"


a/n : maaf kalau bahasanya terlalu kaku. Kurang ngerti bahas gaul sih ^^

Fic ini murni ide Sun Hi. Kimchi hanya memperbaiki typo dan beberapa kata. Masih ada typo kah?

So, gimana, chingu? Fic temen Kimchi ini? Bagus? Keren?

Tumpahkan semua kesannya di review ya! ^^