Haikyu © Furudate Haruichi

Warning : BL, AU, OOC, Typo dan lain-lain.

.

.

.

Tsukishima Kei, si pirang keriting berkacamata. Menyusuri jalanan menuju ke suatu tempat dengan pasti. Di mengambil sebatang rokok yang ia simpan dalam mantelnya dengan hati-hati. Lalu menyalakannya, menghirup dalam-dalam sebelum menyeberang melalui lorong yang membawanya pada dunia yang berbeda. Jantungnya derdetak lebih kencang, rokok yang dihisapnya hanya sebagai pengalih. Darahnya berdesir menyaksikan banyaknya para laki-laki di sana. Bukan tidak menutup kemungkinan untuk perempuan berlalu lalang, tapi ini adalah kawasan klub para gay.

"Hei, apa kau sibuk?" seseorang menghampirinya, pertanyaan basa-basi tapi Tsukishima berusaha menolak karena ia tidak tertarik.

"Permisi." Ia tersenyum canggung, menghindar dengan melewati beberapa laki-laki berkostum wanita. Sedikit menjijikkan, karena bukan itu yang Tsukishima harapkan untuk datang ke tempat itu.

.

"Dimana Kuroo?" pemuda mungil berdiri di depan salah satu gedung yang di indikasi sebagai bar.

"Yaku." Sebuah lengan yang lebih besar dari miliknya mengalung dengan tiba-tiba. "Lama menungguku?"

Ia yang di panggil Yaku sedikit menjauh mencium aroma alkohol yang sangat kuat menguar dari Kuroo, kemudian bersedekap memasang wajah jengah dengan kawan masa kecilnya ini. Pemuda berambut hitam, tinggi, tampan dan juga sexy. Bahkan tidak hanya para wanita yang terpikat pada pesona dan mata nakalnya, tapi seluruh klub pun tahu siapa Kuroo Tetsurou.

"Kita pulang sekarang." Katanya kemudian.

"Umm, mungkin."

"Kuroo…" Yaku mencoba menaikkan intonasinya, tapi kemudan ia sadar kalau perhatian sahabatnya sedang teralihkan pada sosok pemuda pirang berkacamata di seberang jalan.

"Hoi, Oikawa!" seru Kuroo pada salah seorang pemuda tampan lainnya yang tidak jauh darinya,"bawa Yaku bersamamu."

Yaku berseru-seru menolak untuk pergi tanpanya, tapi ia kemudian di tarik oleh Oikawa yang langsung mengiyakan permintaan Kuroo. Sementara si tampan ini menghampiri sosok yang menarik baginya.

.

Tsukishima bisa melihat dengan jelas ada yang datang menghampiri dengan sengaja dari seberang jalan. Rokok di tangan ia hisap dalam-dalam lalu di buang puntungnya yang tinggal beberapa centi. Tsukishima merapat ke tiang di belakangnya kemudian bersandar.

"Hei manis, kemana kau akan pergi?" Kuroo berhasil menghampiri Tsukishima, menatap dengan sorot matanya yang sarat akan rayuan.

"Tidak ada tempat khusus." Jawab Tsukishima seolah tidak menunjukkan ketertarikan.

Kuroo merah dagu Tsukishima mengarahkan mata mereka untuk bertatapan. Kuroo bisa melihat keinginan di balik kilatan cahaya kacamata yang dikenakan Tsukishima meski ia berwajah datar terkesan ketus.

"Kau mau ikut denganku?"

"Tidak masalah, aku sedang luang."

Kuroo merangkul Tsukishima yang memiliki tinggi badan setara dengannya. Membawa pemuda pirang itu menuju ke mobil jipnya melewati Yaku yang asik berdebat dengan Oikawa. Sedari tadi mereka belum juga beranjak.

"Kuroo…" Yaku berseru menghampiri jalannya Kuroo, mengabaikan Oikawa yang mengendik kemudian berlalu tanpa peduli panjang.

"Hei-hei Yaku, kubilang ikutlah bersama Oikawa." Kuroo memprotes Yaku yang ikut masuk ke dalam mobil.

"Siapa dia?" Yaku menunjuk ke arah Tsukishima yang sudah duduk manis di samping Kuroo.

"Siapa namamu?" Tanya Kuroo.

"Tsukishima." Jawab Tsukishima.

"Tsukishima" kata Kuroo ke arah Yaku."Baiklah jika kau mau ikut, aku akan mengantarmu pulang."

Yaku turun dari tempat duduknya, membuka pintu kursi pengemudi mengeluarkan Kuroo dengan paksa.

"Aku yang akan mengemudi, kau mabuk. Payah."

Kuroo tidak ambil pusing, ia menurut begitu saja. Membiarkan Yaku mengemudi sementara ia bergelayut manja pada Tsukishima yang sebelumnya ia paksa untuk pindah di tempat duduk penumpang.

.

"Yaku, kembalilah besok pagi. Ayo Tsukishima-chan."

Kuroo membawa Tsukishima ke rumahnya, di sebuah ruangan besar yang bersekat untuk dapur, tempat tidur, dan kamar mandi dalam gedung apartement.

"Nice place." Komentar Tsukishima setelah beberapa saat mengamati.

"Terima kasih."

Kuroo mengambil air mineral dalam botol dari lemari pendingin. Ia meminumnya beberapa teguk kemudian mengguyurkan sisanya ke kepala. Air itu membasahi rambut dan juga sebagian besar bajunya. Alasan yang teta untuk melepas kaos dan melemparkanya ke sembarang tempat. Kuroo lalu menghampiri Tsukishima, memojokkannya di dinding dekat ranjang.

"Jadi Tsukki, dimana posisimu? Top? Or Bottom?"

Sepertinya pertanyaan Kuroo hanya pertanyaan retoris, ia bahkan tidak memberi Tsukishima untuk menjawab dengan langsung melemparkannya atas ranjang. Mengecupnya di banyak tempat, lalu mencumbuinya sepanjang malam.

.

Sinar matahari menerobos celah-celah jendela mengarah tepat ke wajah Tsukishima. Ia tertidur, setelah Kuroo puas memainkannya Tsukishima tidak kuasa menahan lelah dan jatuh tertidur begitu saja.

Untuk beberapa saat Tsukishima memandangi sosok tampan di sampingnya masih terlelap. Bahkan tanpa kacamata pun Tsukishima tahu kalau dirinya tertarik pada Kuroo, atau sesuatu yang lebih dari itu.

Alarm berbunyi, menggugah perlahan kesadaran Kuroo. Tubuhnya menggeliat, tangannya meraba-raba keberadaan sumber bunyi kemudian mematikannya setelah bertemu.

"Siapa kau?" Tanya Kuroo yang melihat Tsukishima di sampingnya saat terbangun.

"Tsukishima, kau yang membawaku kemari."

"Oh benar." Kuroo mencoba untuk bangkit, ia berhasil melihat seluruh ruangan di rumahnya yang berantakan."Apa yang terjadi semalam?"

Tsukishima tersenyum tipis,"kau terlalu banyak bermain."

"Ok, ok aku ingat sekarang."

Kuroo bangkit dari ranjangnya, setelah memakai celana dalamnya berlalu ke dapur.

"Pulanglah, aku harus pergi kerja."

"Apa aku boleh menngunakan kamar mandi?"

Kuroo hanya menjawab dengan gumaman.

Dengan susah payah Tsukishima melangkahkan dirinya yang tanpa busana ke kamar mandi. ia kesakitan, dan ingin sekali bertahan lebih lama di ranjang. Tapi tidak mungkin Kuroo mengijinkan orang asing tinggal dalam rumahnya.

.

Tsukishima keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap. Sebelum pergi ia menghampiri Kuroo.

"Apa kita bisa bertemu lagi?" tanyanya.

"Mungkin." Jawab Kuroo sekenanya.

"Aku ingin kita bertemu lagi."

Kuroo memandang Tsukishima dengan cara jalannya yang sedikit janggal. Semalam ia tidak begitu ingat bagaimana pemuda ini terlihat tidak terbiasa.

"Hei!," serunya." Berapa umurmu?"

"20."

"Bohong."

"Aku seorang mahasiswa." Tsukishima berusaha myakinkan. Tapi Kuroo hanya menatap.

"19." Kata Tsukishima lagi. Tapi tatapn Kuroo masih tidak yakin.

"18." Kata Tsukishima lagi.

"Apa kau berniat untuk membuatnya terasa seumur hidup?" desah Kuroo.

"Baiklah, aku 16 tahun."

Kuroo menepuk dahinya, sadar bahwa ia benar-benar mabuk semalam. Ia menghela nafas kemudian berkata,"baiklah, entah siapa namamu."

"Tsukishima."

"Ok Tsukishima, aku minta maaf. Jangan berharap untuk bertemu denganku lagi. Apa yang kupikirkan tidur dengan anak sekolah?"

"Tapi aku ingin bertemu denganmu lagi."

"Kau gila, bocah."

Kuroo kehilangan kesabarannya, ia mendorong Tsukishima keluar dari rumahnya."aku harap kau tidak datang lagi. Belajarlah dengan baik, dan jadilah kebanggan orang tuamu. Selamat pagi."

Tsukishima ingin memprotes, tapi Kuroo sudah menutup lebih dulu pintu rumahnya. Tidak ada pilihan lain bagi Tsukishima selain pulang. Kakaknya pasti akan marah karena ia tidak pulang semalam, dan pagi ini ia berniat untuk membolos sekolah.

.

"Yaku aku membuat kesalahan." Kuroo mengeluh pada Yaku yang baru sampai untuk menjemput Kuroo.

"Jadi, dia masih sekolah? Memang buruk, kau yang terburuk Kuroo."

"Aku tahu. Semoga saja dia tidak berniat untuk menemuiku lagi."

. . . . .

A/N : Apapun bisa terjadi dengan fic ini. Hanya kilasan ide, ke depannya mungkin di lanjut, mungkin juga dihapus. Terima kasih sudah membaca.