[FanFic] between us
Title : between us
Chapter : 1
Author : Ai Natha
Fandom : Kuroko no Basuke
Pairings : AkashixKise | KisexAkashi
Rating : PG-15
Genre : School Life | Romance | [Maybe] Angst
Length : 1165 words [for this chapter]
Warning : boyxboy's love, lilbit OOC X3
Disclaimer : The all character belongs to Fujimaki Tadatoshi Sensei .. But, the storyline is mine :D
Summary : "Mou daijoubu dakara, shinpai shinai~"
"Ne, yakusoku shiyou."
"Suki."
Comments : Yosh, it's my 2nd FanFic on this Fandom. Still, critics n comments are really loved. Yoroshiku~ :D
Saa, happy reading~
.
"I'm going to ask you to going out with me. All you need to do is answer 'yes'."
Pemuda pirang itu membalasnya dengan sebuah senyuman lebar di wajah tampannya.
.
.
Chapter one
"Ne, Akashicchi. Kau baik-baik saja?" Kise menelengkan kepalanya memandang tepat ke manik merah-emas milik pemuda mungil berambut merah yang berdiri didepannya.
Merasa aneh diperhatikan, Akashi memutar bola mata heterochromenya sebelum mengangguk pelan. "Ehm~ ya. Memangnya kenapa, Ryouta?" Tanyanya canggung.
Pemuda pirang itu masih memandang Akashi, memastikan pemuda yang lebih kecil darinya itu benar-benar baik-baik saja sebelum akhirnya mengangsurkan bola yang didekapnya pada si surai merah. "Saa~ one on one. Dou?(1)" Kise memamerkan senyum lebarnya.
Akashi memandang pemuda yang lebih tinggi itu sejenak sebelum mengambil alih bola yang disodorkan di depan dadanya. "Oke!" Jawabnya sembari menyunggingkan senyumnya –seringaiannya.
Permainan dimulai dengan Akashi yang mendribble bola. Kise begitu intens menghadangnya. Akashi membuat gerakan melayangkan bolanya dengan tangan kiri sebelum memindahnya cepat ke tangan kanan dan langsung menerobos sisi kiri pertahanan Kise yang lengah akibat tipuannya yang dimakan mentah-mentah oleh si pirang kemudian segera melesakkannya ke dalam ring.
Mendapati Kise yang mengerucutkan bibirnya dengan kedua manik kuning yang memandangnya tajam saat menerima operan bola darinya itu, Akashi hanya tersenyum dengan mengangkat sebelah alisnya. Bangga akan point pertama yang disabetnya dari sang copycat.
Kini mereka bertukar posisi, dengan Akashi yang membuat pertahanan, sementara Kise mendribble bola pelan. Akashi membaca pergerakan Kise selanjutnya dengan emperor's eyesnya.
Kise mengangkat bola di depannya, hendak melempar bola ala three point shoot saat reflek bagus Akashi membuat pemuda berambut merah itu melompat, berusaha menghadangnya sebelum bola itu melesat lebih tinggi dari tinggi badannya. Yak, menyadari kesempatan yang dibuat, Kise mengurungkan niatnya melempar bola saat tangan Akashi yang terjulur hampir menyentuh bola itu. Dan Kise malah mantulkannya ke lantai sebelum menyahutnya lagi dari belakang Akashi dan segera melakukan lay up di dekat ring. Kini ganti pemuda riang itu yang mengerling pada Akashi yang berdecak. "Makenaissuyo, Akashicchi.(2)"
Score sama 2-2 untuk permulaan yang membawa permainan mereka menjadi pertarungan yang seru sore itu.
Melupakan seragam dan kulit mereka yang lengket akan keringat, dua pemuda itu tetap tertawa sampai warna jingga menyelimuti sekitar mereka.
"Saa Akashicchi! Saigossuyo~(3)" Ucap Kise menyadari perolehan score mereka seimbang. Harus Kise akui, mengopy pergerakan Akashi tidak pernah mudah, tambahkan itu dengan kegesitan dan emperor's eyes yang pemuda mungil itu miliki. Senyum masih terpampang jelas diwajah tampan si pirang.
Akashi mengangkat sebelah tangannya meminta waktu disela nafasnya yang memburu. Ia membungkukkan tubuhnya dan menopangnya dengan menumpukan kedua tangan pada lututnya.
Kise juga tengah menyisir helaian pirang madunya, mencoba mengembalikan staminanya. Ya, sekalipun dirinya adalah anggota klub basket. Permainan lawannya ini tidak bisa di anggap enteng. Perlu usaha yang –cukup– keras untuk menyamai score seperti yang diraih seorang Akashi.
Tak lama, mereka kembali berdiri berhadapan. Akashi menjaga, masih dengan nafasnya yang terengah. Sementara Kise mempersiapkan serangan terakhirnya untuk menerobos pertahanan sang emperor's eyes. Ia kemudian mengulaskan senyum, yakin ia akan menang untuk one on one kali ini.
Akashi memandang senyuman itu dengan mata setengah terpejam menahan rasa sakit yang menyerang dadanya. Nafasnya terasa berat, sementara paru-parunya membutuhkan pasokan oksigen sebanyak-banyakya. Dan setiap tarikan nafas membuat rasa nyeri itu semakin menambah sesak di dadanya. Akashi hanya mengepalkan sebelah tangan untuk menetralisir sakit yang dirasakannya.
Kise masih mendribble bola sebelum ia melesat dengan meniru gerakan Akashi sebelumnya, melewati pemuda berambut merah itu kemudian melesakkan bola ke dalam ring dengan mudah. Dan saat itu, mendadak perasaan tidak enak menyerbunya.
Akashi merasa kakinya tiba-tiba terasa lemas. Ia pun jatuh dengan lutut dan sebelah tangan yang menumpu berat tubuhnya, sementara tangannya yang lain mencengkeram erat kemeja biru muda –seragamnya– tepat di dadanya. "Uggh~" Desisnya diantara nafasnya yang putus-putus.
Kise yang pada akhirnya berhasil membuat kemenangan yang mengakhiri permainan mereka sore itu pun tersenyum puas. Bagaimana tidak? Lawannya ini bersahabat amat baik dengan Dewi Fortuna. Ya, kemenangan selalu menaungi si surai merah itu.
Kise hendak melompat senang saat membalikkan badannya, memamerkan kemenangan pertamanya pada Akashi. Namun, pemuda pirang itu membelalakkan matanya saat mendapati Akashi yang tersungkur. Terjawab sudah apa maksud dari perasaannya yang tiba-tiba menjadi tidak enak ditembakan terakhirnya barusan. "Akashicchi!" Teriaknya seraya melangkahkan kaki panjangnya mendekat. "Akashicchi!" Ia merengkuh pundak mungil pemuda itu.
Kise kemudian tersadar akan sesuatu dan kembali melangkah ke pinggir lapangan. Mengobrak-abrik ransel milik Akashi, ia kemudian menemukan apa yang dicarinya dan segara membawanya ke tengah lapangan kemudian menyuruh Akashi segera menghirupnya. Kise menarik bahu Akashi, memposisikan pemuda bersurai merah itu duduk memunggunginya dan bersandar padanya sembari mengusap-usap lengan pemuda itu.
Tubuh Akashi berkeringat dingin, perlahan cengkeraman di dadanya melonggar. Tangan kanan Kise meraih dahi Akashi dari belakang, menyibak poni merah itu, "Bagaimana perasaanmu, Akashicchi? Kau tidak apa-apa?" Pemuda berambut pirang itu melongokkan kepalanya dari sisi bahu Akashi.
Akashi yang lemas hanya menganggukkan kepalanya dan bergumam pelan.
Kise merengkuh Akashi dari belakang, masih mengelus lengan pemuda itu, menenangkannya. Ia menyandarkan dagunya di lekukan bahu mungil milik Akashi. "Maafkan aku~" Bisiknya.
Akashi memejamkan matanya, tangan kiri yang tadi ia gunakan untuk meremat seragamnya kini meraih tangan Kise yang merengkuhnya dari belakang. "Mou daijoubu dakara, shinpai shinai~(4)" Ia tersenyum sebelum sesaat kemudian memindah kepalanya ke pangkuan Kise.
Pemuda tinggi itu kemudian menyangga berat tubuhnya dengan kedua tangannya. Ia mendongakkan kepalanya memandang hamparan langit sore dengan semilir angin yang menyapa lembut kulit putihnya yang berkeringat.
"Aku senang~" Akashi bergumam, masih dengan matanya yang terpejam.
Kise melihat senyum manis itu terukir di wajah Akashi. Ia kemudian teringat wajah pemuda itu beberapa menit yang lalu saat menahan sakit di dadanya. Kise memandang sayu ke arah Akashi yang masih terpejam di pangkuannya. "Ne Akashicchi, yakusoku shiyou.(5)"
Akashi membuka mata, memperlihatkan mata heterochromenya. Pemandangan yang didapatinya begitu membuka matanya adalah langit yang sudah beranjak gelap. Ia kemudian melirik ke arah Kise yang ternyata tengah menunduk, menatapnya.
Pemuda pirang itu mengalihkan pandangannya sejenak sebelum kembali menatap manik berbeda warna itu. "Akashicchi, janji padaku~" Kise mengatupkan mulutnya rapat-rapat, menghela nafas berat. Butiran bening itu sudah menggenangi matanya. "Maafkan aku~ Aku sudah membuatmu seperti ini. Mungkin memang tidak ada yang bisa kulakukan tapi– tapi tolong katakan padaku kalau kau merasakan rasa sakit itu lagi, Akashicchi. Sedikit apapun sakit yang kau rasakan, tolong beritahu aku~"
Butiran bening itu pada akhirnya menetes dan jatuh di pipi pucat Akashi yang terbaring. Akashi pun mengulaskan senyum, mengulurkan tangannya mengusap air mata di pipi Kise. "Suki.(6)"
"A smile is the shortest distance between two people."
[Kai – the GazettE]
Akashi berjalan ke kamar Kise sore itu. Ia mengulaskan senyum membayangkan binar mata Kise begitu tahu ia membawakannya cake favorit Kise buatan ibunya saat mengunjungi asrama tadi siang. "Hey, Ryou–" Memegang handle pintu, Akashi menggantungkan kalimatnya.
Ia melihat pemuda yang hendak ditemuinya itu tengah berciuman dengan seorang pria yang ia tidak tahu siapa. Sesosok pemuda berambut gelap.
.
#つ*づ*く#
.
(1) Kalau begitu, bagaimana dengan one on one?
(2) Aku tidak akan kalah, Akashicchi.
(3) Baiklah Akashicchi! ini yang terakhir~
(4) Aku sudah tidak apa-apa, jangan khawatir~
(5) Akashicchi, let's make a promise.
(6) Aku menyukaimu.
A/N : Haaaiii~ sampai disini dulu .. hhe dou omou? How? Kurasa karakternya 'kurang' " ah saya bingung ngegambarinnya. Maafkan sayaaaa~ *bows*
Saa, thanks for everyone who found and read this FanFic :D Mind to review?
