Koro-sensei itu berbeda. Dan dia adalah guru yang menarik.
Ya, Karma tahu itu. Hanya Koro-sensei yang mau menerima candaannya (meski bikin sebal banyak siswa kelas 3-E) dan menanggapnya sebagai pencarian jati diri. Hanya Koro-sensei yang menyelamatkannya ketika ia iseng – iseng terjun bebas di jurang—yang sering membuat Nagisa jantungan. Dan juga, Koro-sensei rela mengantarkan ke Hollywood hanya untuk menonton bioskop tanpa mengeluarkan kocek sedikitpun (serius, Karma sangat beruntung punya guru yang satu itu).
Rasanya sulit sekali membunuh Koro-sensei. Bukan karena kecepatannya yang bikin keder para siswa, tapi kebaikannya dan betapa sayangnya hingga rela mengorbankan nyawa demi para siswanya.
Karena itu—diam – diam—Karma mencoba mencari cara agar mencegah Koro-sensei terbunuh sekaligus menyelamatkan bumi. Bahkan, Karma mencoba mencari tahu kenapa Koro-sensei ingin menghancurkan bumi tanggal 13 Maret yang akan datang.
Sederhana saja, Karma tidak ingin kehilangan guru yang enak dikerjain seperti Koro-sensei.
.
.
.
Fanfiction
Assasination Classroom own by Yūsei Matsui
Believe presented by aiharacchi
.
Karma — Korosensei — Nagisa
Rated T
.
Chapter 01: Akabane Karma
.
.
.
Ini adalah malam yang tenang, yang seharusnya bulan purnama menerangi malam ini. Bulan sabit menunjukan jati dirinya pada malam yang tenang ini, seolah mengejek para ilmuwan yang telah melakukan kesalahan terbesar mereka. Bulan tidak akan pernah kembali lagi seperti semula, akan selamanya bulan sabit.
Kalau saja percobaan itu sejak awal tidak dilakukan.
"Kalau kita menggunakan anak itu, mungkin keberhasilan pembunuhannya jauh lebih sempurna ketimbang Itona-kun."
Shiro, pria berbalut baju putih material anti-sensei mengumumkannya saat pertemuan khusus organisasi mereka—organisasi yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada bulan. Para sisa – sisa ilmuwan, dan tambahan ilmuwan dari pemerintah saling berdiskusi satu sama lain melihat data – data yang Shiro tampilkan lewat layar proyektor.
"Apa kau yakin dengan percobaan ini?" tanya salah satu ilmuwan disana. "Jika kita melakukan kesalahan, bisa – bisa anak itu malah berubah menjadi gurita itu!"
"Memang dilihat dari segi kemampuannya, anak itu mirip dengan Koro-sensei semasa muda," ucap Shiro sembari menganti layar proyektornya—menampilkan data salah satu siswa kelas 3-E. "Tapi karena dia masih berusia 14 tahun, justru keberhasilannya sangat sempurna. Kami tidak akan terburu – buru untuk menyelesaikan percobaannya, dan juga kami akan berhati – hati. Tenang saja, anak itu mampu membunuh Koro-sensei dengan sentuhan kami."
—
"Kelihatannya kau senang sekali, Itona-kun."
"... Karma-kun." Ada jeda sejenak, lalu Itona mendongak ke arah Karma. "Ada perlu apa? Tidak biasa kau menghampiriku saat istarahat."
"Ini barang jarahanku saat mampir ke kelas C, tolong benerin ya," jawab Karma enteng sambil menyerahkan kantung plastik berisi tiga robot konsol. "Cari paling bagus untukku, dan duanya kau otak – atik."
Itona mendengus. Robot – robot ini masih apik, hanya ada goresan – goresan perkelahian. Tapi tidak begitu parah. Pasti anak – anak yang jadi korban Karma akan rela menyerahkannya daripada berurusan keahlian fisik Karma. Ya, itulah Karma. Tiada hari tanpa barang jarahan dari kelas – kelas lain. Meski namanya 'Karma' sekalipun, Karma belum pernah mendapat hukum karma.
Well, kalau diingat – ingat juga, kelas 3-E punya banyak siswa absrud. Justru kalau malah aneh jika siswa disini tidak absrud. Contoh sederhananya, Nagisa—yang kadang – kadang diragukan gendernya—memiliki hawa pembunuh yang jauh lebih menakutkan daripada Karma dibalik tubuhnya yang mungil, Isogai; ikemen kelas tapi jiwa kepemimpinannya sangat sempurna (dan juga mampu masak ikan koi menjadi makanan super lezat), Terasaka yang mengerikan, ternyata sangat mudah untuk menjadikannya seorang babu, dan masih banyak lagi.
Siapa lagi yang membuat kondisi seperti itu kalau bukan Koro-sensei, gurita aneh yang sukarela menjadi guru untuk kelas 3-E
"Karma-kun!" Baru saja dipikirkan, gurita berwarna kuning itu sudah menghampiri meja Itona. "Sudah kukatakan berkali – kali untuk tidak memalak siswa lebih lemah."
"Aku tidak memalaknya, sensei," jawab Karma nyantai, seolah itu pertanyaan cuaca hari ini. "Aku hanya meminta dari mereka kok. Oiya, es gelatonya enak sekali."
"Hyaaaa! Lagi – lagi kau memakan eskrim itu!" seru Koro-sensei tak terima. "Sudah kukatakan untuk tidak mengambil barang sensei!"
"Hahaha, salah sendiri menaruh sembarangan di ruang staff," cibir Karma sambil terus menikmati es gelatonya, yang Koro-sensei berusaha coba ambil dari tangan Karma tapi tidak berhasil. Gurita kuning itu malah kepeleset lantaran menghindar jebakan Karma.
"Haahh... seharusnya sensei bawa banyak es gelato, kami kan juga mau," ucap Nakamura ikut nimbrung.
"Cuma Koro-sensei yang belum traktir kami!" suara Ritsu menggelegar ruang kelas membuat seisi kelas makin ribut, seolah itu sesuatu yang sangat penting. "Sensei, traktir kami!"
"Hyaaa~! Ini semua salah Karma-kun!"
Bukannya peduli, yang bersangkutan malah ikut menambah bensin kedalam api. Dengan santainya, Karma mengambil brosur makanan mahal dan mendiskusikannya ke Nagisa. Semantara itu, anak - anak ikut mendiskusikan makanan yang bakal dibayar Koro-sensei.
Oh, tidaakk...
Dengan entengnya, Karma memainkan dompet coklat tebal, "Pesan aja semua, aku sudah dapat dompet Koro-sensei."
"Karma-kuuunnn!"
Sepertinya Koro-sensei harus menunda membeli cake mahal di Inggris.
Itona melirik Karma terlihat puas setelah mengerjain gurunya, Koro-sensei yang tampak pundung di pojokan kelas. Sesungguhnya ini cuma gertakan kecil Karma. Dompet itu sebenarnya hasil malak siswa kelas B.
Oke, Karma memang benar - benar preman kelas 3-E. Berkat Karma, tidak ada yang berani mengertak siswa kelas 3-E secara langsung, kalau mereka sayang nyawa.
"Hoi, Itona-kun." Lagi - lagi Karma memanggilnya seperti manggil kuli bangunan. Daripada cari masalah, Itona memilih mendongak. "Apa kau tahu sesuatu tentang pria aneh baju putih gak jelas itu?"
Apakah yang Karma maksud adalah Shiro?
Itona menerka pertanyaan Karma barusan. Shiro, pria yang ditemuinya untuk menjadikan kelinci percobaan dengan iming - iming kekuatan yang besar tak terkalahkan. Pria misterius yang mengurungnya di labotarium dan melatihnya untuk membunuh Koro-sensei.
Gerak - gerik Shiro terlalu rahasia. Malah sangat berhati - hati seolah Itona bukanlah kawan yang harus dipercaya. Kadang - kadang juga Shiro berjaga jarak dengan Itona, atau meninggalkan Itona sendirian di labotarium.
Itona juga belum pernah melihat wajah asli Shiro, sedikitpun.
"Kalau boleh jujur―" Itona menutup matanya, membayangkan wujud Shiro. "―aku sama sekali tidak menyukainya."
"Ho?" Alis Karma terangkat sebelah seolah - olah curiga dengan jawaban Itona. "Apa karena dia membuangmu begitu?"
"Tidak, sejak awal aku memang tidak suka. Cara dia mengajariku, gerak - geriknya terlalu mencurigakan, dan juga kebenciannya terhadap Koro-sensei. Malah aku tidak tahu kenapa dia begitu membenci Koro-sensei."
"Hmmph, menarik."
Jika Karma mengatakan sesuatu yang menarik―pasti akan ada hal yang tidak menyenangkan!
"Karma-kun! Jangan mikirin rencana yang tidak - tidak." Oh, sepertinya mereka lupa kalau guru yang satu ini punya hobi nguping dan nimbrung sekenanya. "Apalagi berhubungan dengan Shiro."
"Hahaha, cuman bercanda sensei." Koro-sensei memandang Karma lekat - lekat. Masalahnya, kalau Karma bercanda pasti akan menjadi kenyataan. "Tenang sensei, kan si Shiro paling susah ditemui."
"Hoo, benarkah aku begitu?"
Seluruh kelas 3-E langsung membeku begitu mendengarkan asal suara itu. Alih - alih tanpa mereka sadari, pria berbalut putih dengan bahan material anti-sensei muncul di pintu kelas, mengeluarkan aura tidak bersahabat. Dibalik topengnya, Shiro menyunggingkan senyuman mengejek.
"Itona-kun, sepertinya kau senang dengan temanmu." Shiro lagi - lagi mengeluarkan tawa―terdengar menakutkan dan mengejek. "Kelihatannya Koro-sensei mengubahkan kepribadianmu, huh?"
Wajah Koro-sensei tampak tidak suka. Tanpa pikir panjang, tentakel Koro-sensei menarik Itona menuju belakangnya, dan juga beberapa tentakel menghalau Shiro melihat siswa kesayangannya. Bahkan tentakelnya siap menyerang Shiro kapan waktu.
"Jika kau menyentuh muridku... aku tak segan - segan membunuhmu."
Tentu saja, Shiro tidak akan terpengaruh dengan kalimat ancaman murahan itu. Tentakel Koro-sensei tidak akan menyakitinya selama baju putih itu masih menyentel di tubuhnya. Dan tidak mungkin Koro-sensei melakukan tindakan pembunuhan dihadapan siswa didikannya.
"Aku tidak tertarik dengan Itona-kun lagi," ucap Shiro dengan suara berat, omongan mulai serius, yang hanya dimengerti oleh orang dewasa. "Aku ingin menjemput salah satu murid yang kudidik secara langsung untuk membunuhmu."
"Maaf saja, tapi para murid kesayanganku tidak butuh didikanmu." Koro-sensei makin menunjukan wajah tidak suka. Entah kenapa dia merasa kalau suatu hal buruk dapat terjadi dengan muridnya.
Gerak - gerik Shiro makin membuat perasaan itu makin menguat. Shiro tertawa, "Sayangnya, kau tidak bisa menolak, Koro-sensei..."
Bruukk!
"Karma-kun!"
Tanpa Karma sadari, dua orang kelompotan Shiro sudah berada di belakanganya, dan memukulnya dari belakang. Belum sempat tubuhnya terhempas di lantai, mereka langsung menangkapnya dan menahan tangannya agar tidak melakukan tindakan perlawanan.
Bahkan ketika Nagisa mencoba untuk menyelamatkannya, dia malah dilempar jauh oleh kelompotan Shiro.
"Lepaskan aku!" hardik Karma, tapi mereka malah memasangkan borgol kedua tangan Karma. "Ughh..."
"Apa yang kau lakukan!" Warna kuning Koro-sensei seketika berubah menjadi kehitaman. Dia tidak terima, apalagi salah satu murid kesayangannya diperlakukan seperti. "Lepaskan Karma-kun!"
"Kurasa aku tidak akan melakukannya. Karena Itona-kun gagal, kami membutuhkan seseorang untuk membunuhmu―dan kami memilih Karma-kun." Shiro menyeringai sembari memberi kode ke temannya melalui tangannya. Mereka langsung menyuntikan suatu cairan ke lengan Karma, lalu Karma tak sadarkan diri.
"Apa yang akan kau lakukan dengan Karma-kun!" seru Itona kalap. Tentakel dikepalanya memberontak, ingin terbebas dari syal kepalanya. "Kau ingin menanamkan tentakel ke Karma?!"
"Mungkin iya?"
"Kau...!" Tentakel Koro-sensei langsung menghantam Shiro dan kelompotannya (murid - murid harus menunduk kalau tidak ingin kena). Tapi percuma, sel tentakel itu langsung rusak. Bahkan meski Koro-sensei juga berusaha, hasilnya tetap sama saja.
"Sudah dulu, kelas 3-E. Kami punya urusan dengan teman mereka."
Saat bersamaan juga, asap putih keabu-abuan itu memenuhi ruangan kelas 3-.E
―
Bagi Nagisa, Karma adalah sahabatnya.
Hanya Karma yang tidak menggubrisnya masalah rambut panjang. Mereka memiliki hobi yang sama, dan makanan favorit yang sama. Bahkan Nagisa berencana memotong rambutnya dengan model Karma ketika dewasa nanti.
Ketika Nagisa membuka matanya pertama kalinya, dia tidak bisa menemukan Karma dimanapun. Hanya para siswa kelas 3-E tergeletak tak sadarkan diri dan Koro-sensei menatap meja Karma kosong.
Karma sudah dibawa oleh Shiro.
"Ini gawat..." Itona yang baru tersadar mulai merancau. Tubuhnya gemetar hebat dan juga bola matanya memancarkan ketakutan. "Karma-kun, Karma-kun..."
"Itona-kun..." Nagisa mencoba untuk menenangkan Itona, tapi Itona malah makin gelisah. "Tenang, Karma-kun kuat. Percayalah..."
Itona menggeleng. Mengingat pengalamannya bersama Shiro, Itona yakin kalau Karma tidak akan baik - baik. Kalau beruntung, Karma mungkin hanya dilatih fisik tanpa obat - obatan. Tapi sepertinya mustahil. Shiro pasti akan menyuntikan obat - obatan untuk meningkatkan kemampuan fisik Karma. Dan mungkin saja Shiro akan menginjeksi tentakel ke tubuh Karma.
Tidak. Itu tidak boleh terjadi, apalagi Karma adalah teman pertama Itona. Nagisa juga tidak terima hal itu.
"Tidak akan kubiarkan." Koro-sensei menunjukan aura membunuh. Bukan aura membunuh yang sehat, malah seperti membalaskan dendam dan melampiaskan kemarahan. "Berani - beraninya mereka..."
Dan Koro-sensei melesat meninggalkan kelasnya, seolah ingin menuju ke sarang Shiro
―
.
Chapter 1 ― selesai
.
~to be continued~
.
―
Hihihi, namaku aihara~ author baru di fandom ini, xixixi.
Cerita ini berlangsung ketika Itona bergabung di kelas 3-E, entah napa ai kepikiran buat nulis beginian. Karma kasihan dirimu~ /dilempar sepatu/
Karma disini pengen dijadiin kelinci percobaan, (cuman nanti ada KarmaNagi) trus kelas 3-E pengen nyelamatin mereka. Apa yang akan terjadi, baca aja trus~
So, please review XD
