Whirl wind
Chapter : 1
"Saengil chukha hamnida. Saengil chukha hamnida. Saranghaneun Oh Sehun. Saengil chukha hamnida." Aku menyanyikan lagu ulang tahun itu untuk diriku sendiri. Lalu menutup mataku perlahan dan mulai mengucapkan sebaris doa, sebelum aku meniup lilin berbentuk angka 21 diatas kue tart dihadapanku.
###
"Ya…Oh Sehun ! apa yang kau lakukan hah?!" Bentak seorang namja tinggi bernama Wu Yifan tapi lebih akrab dipanggil kris.
"Memangnya apa yang telah aku lakukan?" sehun membalikkan pertanyaan itu dengan nada dingin dan ekspresi datar. Ia bahkan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Kau…..!" kris sudah sangat marah melihat reaksi dingin dari Sehun. Ia bahkan sudah mengepalkan tangannya untuk menonjok wajah Sehun yang selalu menampilkan ekspresi tak berdosanya itu.
"Sudahlah Hyung." Cegah namja berwajah angel disebelah kris. Namja itu menahan tangan kris agar kris tak melakukan tindakan kekerasan disekolah. Bagaimanapun kris adalah mantan ketua OSIS.
"Orang satu ini sudah sangat keterlaluan Suho-ya. Aku sudah tidak tahan melihatnya." Kata Kris.
"kemarahanmu tidak akan membuatnya tiba-tiba berubah menjadi orang baik Hyung." Kata namja yang diketahui bernama Suho itu.
Kris menarik napas panjang. Mencoba mengontrol emosinya dan kembali menampilkan sikap coolnya.
"Aku takkan membiarkanmu lolos jika aku mendengar kau membuat Tao menangis lagi." Kata kris mengancam. Sambil memperlihatkan tatapan membunuh pada Sehun.
Sehun hanya tersenyum acuh pertanda ia sedang meremehkan kris. Melihat itu Suho buru-buru menarik lengan kris dan mengajaknya pergi dari hadapan Sehun. Ia tahu jika ia membiarkan kris terlalu lama bersama Sehun pasti emosi kris akan meledak lagi.
Kris bukan tipe orang yang gampang emosi. Ia terkenal sebagai remaja cool, tampan dan tak banyak bicara. Itu yang membuatnya populer dan diidolakan banyak yeoja di sekolahnya. Ia juga mempunyai sifat bijaksana yang membuatnya berhasil menjadi ketua OSIS tahun lalu. Tahun lalu, karena sekarang Kris sudah kelas 3 dan posisi ketua OSIS sudah lengser. Jabatan ketua OSIS kini menjadi milik Sehun. Oh Sehun yang terkenal dengan sikap angkuh dan sombongnya. Bahkan menurut Kris, Sehun adalah orang yang tak memiliki hati. Kris tak habis pikir dengan semua itu. Bagaimana mungkin orang berkepribadian seperti itu bisa menggantikan posisinya. Jika tidak ingat Sehun adalah adik Luhan, pasti Kris sudah menghajar Sehun sejak kemarin-kemarin. Bagaimanapun juga Luhan adalah sahabatnya. Ia tak mungkin tega melukai adik dari sahabatnya sendiri. Apalagi Kris mengetahui bahwa Luhan sangat menyayangi adiknya itu.
###
"Mereka mengambil sudut pandang berdasarkan apa yang mereka lihat. Bukan dari apa yang mereka ketahui." Sehun bergumam dalam hati saat mendengar teman-teman kakaknya sedang menggunjingkannya di kantin yang mulai sepi. Ini sudah jam pulang sekolah, jadi wajar saja jika kantin itu sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang masih terlihat bergosip.
Bergosip. Setidaknya itulah menurut Sehun. Apalagi namanya jika bukan bergosip, jika sekarang segerombolan siswa itu sedang membicarakan Sehun.
"Bagaimana Hyung? Apa tadi kau menendang mukanya? Seperti ini?" Tanya Namja berwajah imut itu sambil mengangkat kakinya tinggi. Memperagakan tendangan setinggi leher.
"Sehun itu tinggi Baekkie. Kau kurang tinggi mengangkat kakimu." Kritik Chanyeol kepada Baekhyun, kekasihnya.
"Yeollie. Bilang saja kalau kau mau mengataiku pendek ." kata Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya. Tanda ia kesal.
"Kau memang pendek Baekkie. Tapi kau sangat imut, kau tahu? Itu membuatku sangat-sangat mencintaimu." Rayu Chanyeol sambil memperlihatkan senyum pepsodentnya.
"Ya…..! kenapa kalian jadi rebut sendiri ?! bentak Namja yang kerap dipanggil Xiumin. Chaenyol langsung menatap Chen dengan tatapan yang seolah berarti "tutup mulutmu".
"Ya! kenapa kalian melihatku seperti itu? Aku kan hanya menebak." Kata Chen sambil memainkan sedotan plastik ditangannya.
Seketika Namja-namja itu terdiam. Semuanya sedang menunggu jawaban dari Kris.
"Si brengsek itu sudah membuat Tao'ku menangis." Kata Kris akhirnya.
"Tao'ku?" Tanya Baek Yeol bersamaan.
Mereka terfokus pada kata "Tao'ku" tanpa mempedulikan barisan kata yang lain. Bahkan mereka tak sadar bahwa Kris sudah menyebut Sehun sebagai "Si brengsek". Xiumin menyenggol rusuk Chanyeol dengan sikunya, menyuruh si mulut besar itu untuk diam. "Lanjutkan". Katanya kemudian. Maksudnya menyuruh Kris untuk melanjutkan ceritanya.
Kris mengatakan bahwa sebenarnya Tao menyukai Sehun. Tao memendam perasaan pada Sehun sejak saat pertama mereka MOS, satu tahun yang lalu. Pada saat bersamaan, Kris yang saat itu sudah kelas XI juga menaruh perasaan pada Tao. Jadi, Kris menyukai Tao dan Tao justru menyukai Sehun.
Saat itu Kris membiarkan Tao menaruh perhatian pada Sehun karena Sehun adalah adik Luhan. Kris pikir Sehun pasti memiliki sifat yang tak jauh beda dengan Luhan. Luhan itu tipe penyayang dan setia. Tapi pada kenyataannya Sehun justru memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Luhan. Itu membuat Kris kecewa.
Selama setahun ini Kris hanya membiarkan semua itu terjadi begitu saja. Tao berusaha memberikan perhatian pada Sehun dengan kepolosannya. Sebuah perhatian yang tulus dan tak terkesan mengharap balasan. Kris hanya mengawasi dari jauh. Jika terkadang sikap Sehun hampir menyakiti perasaan Tao, Kris langsung tanggap dan tak membiarkan Sehun melakukan itu. Kris mempunyai cara sendiri untuk menghibur Tao dan mendekatinya perlahan-lahan.
Tetapi pagi ini Sehun sudah sangat keterlaluan. Tao hanya berniat memberikan kue ulang tahun dan mengucapkan selamat pada Sehun. Karena hari ini adalah ulang tahunSehun yang ke-18. Tapi tanggapan Sehun sangat kasar. Ia melempar kue pemberian Tao ketempat sampah tanpa mengucapkan apapun. Ia melakukan itu tepat didepan Tao dan teman-teman yang lain. Lalu ia melenggang pergi begitu saja tanpa mempedulikan Tao sedikitpun.
"Apa benar Sehun melakukan itu Hyung?" Tanya Chen antusias.
"Aku melihatnya sendiri." Jawab Kris.
"lalu apa yang kau lakukan?" Baekhyun bertanya sambil berusaha meraih es teh milik Chen, berniat meminumnya.
"Aku langsung mengejar Sehun dan hampir menghajarnya. Tapi Suho mengikutiku dan mencegahku." Jawab Kris.
"Tapi bagaimanapun juga Sehun adalah adik Luhan, sahabat kita. Kau tak bisa melakukan kekerasan padanya. Benar tindakan Suho Hyung kalau ia mencegahmu." Kata Chanyeol.
"Tumben kau waras Yeollie." Saut Baekhyun.
"Chagi. Sebenarnya aku itu pintar."
Baekhyun memperagakan sikap muntah untuk menanggapi kalimat Chaenyol barusan.
"Luhan? Sehun? Kenapa sifat mereka begitu berbeda?" gumam Baekhyun sambil meminum es teh yang kini sudah ditangannya.
"Mungkin karena…..ya! Byun Baekhyun! Bukankah teh itu milikku?!" Chen memotong kalimatnya sendiri dan justru bertanya pada Baekhyun.
"Oh? Iya Chenie. Gomawa." Kata Baekhyun sambil nyengir tak berdosa. Ia buru-buru mengembalikan gelas yang sudah kosong itu pada Chen.
"Jjinja." Chen hampir menggetok kepala Baekhyun saat Suho datang membawa 6 kaleng soft drink. Suho memeluk kaleng-kaleng itu agar bisa membawanya sekaligus.
Chanyeol segera menyambar 1 kaleng dari tangan Suho.
"Kau membelikan ini untuk kami kan Hyung?" tanyanya.
"Tentu saja. Memangnya aku sanggup meminum semua ini sendirian?"
"Hyung kita ini memang sangat baik." Baekhyun menepuk-nepuk pundak Suho dan mengambil 2 kaleng.
"Ini Chennie. Sebagai ganti teh yang kuminum tadi."
"Berhenti memanggilnya seperti itu Baekkie." Chanyeol mulai cemburu.
Suho memberikan 1 kaleng untuk Xiumin dna 1 kaleng untuk Kris dan membuka kaleng miliknya sendiri. Lalu Xiumin yang sedari tadi hanya diam mulai membanding-bandingkan antara Luhan dan Sehun. Yang lainnya ikut menambah-nambahi dan terlihat sangat antusias. Kris hanya mengamati mereka dengan sikat coolnya sambil meminum soft drink pemberian Suho.
"Kecilkan suara kalian. Nanti kalau Luhan Hyung mendengarnya pasti ia akan marah." Tegur Suho pada Baekyeol yang bersuara keras itu.
Sehun mendengarkan dari balik dinding kantin sedari tadi tanpa mereka sadari. Ia menghela nafas panjang. Ia merapikan jas seragamnya lalu keluar dari persembunyiannya. Sehun dengan wajah dinginnya masuk kedalam kantin dan membeli minuman kaleng tanpa mempedulikan mahluk-mahluk yang tadi menggunjingkannya. Sehun hanya melirik sekilas saat namja-namja itu saling senggol karena mereka ketahuan sedang bergosip.
Kris membalas lirikan singkat dari Sehun dengan tatapan mata elangnya. Sehun tetap dingin dan tak peduli. Ia segera pergi dari kantin itu setelah membayar minumannya. Sehun sudah terbiasa dengan gunjingan seperti itu. Itu bukan hal baru untuknya. Hatinya sudah beku untuk sekedar sakit hati. Telinganya sudah tuli untuk mendengar kalimat-kalimat menyakitkan semacam itu. Jika ia terkadang sedikit menguping, itu hanya karena ia penasaran dengan info yang terselip dibalik gunjingan itu.
Kali ini Sehun tahu bahwa ternyata Kris menyukai Tao. Namja bermata panda yang selalu memberikan perhatian khusus padanya. Dan tadi pagi membuatnya marah karena memberikan kue ulang tahun. Sehun marah bukan karena kue ulang tahunnya, tapi karena Tao adalah orang yang pertama kali mengucapkan selamat padanya. Padahal orang tuanya sendiri saja lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Sehun meraba saku celananya, saat ia merasa bahwa ponselnya bergetar. Ada 1 pesan.
From : Rival
Hyung pulang duluan. Kunci mobilnya ada pada lokermu. Tadi Hyung pulang bersama namja chinguku. Maaf membiarkanmu pulang sendirian.
'Namja Chingu? Kenapa aku harus perduli?" respon Sehun sinis. Ia segera memasukkan ponselnya kedalam saku celananya tanpa mempedulikan pesan dari Luhan. Ia segera mengambil kunci mobil itu dilokernya. Dan memutuskan untuk pergi kesuatu tempat. Ia yakin takkan ada yang mencarinya walau ia pulang larut malam. Tak ada yang peduli dengannya selama ini. Setidaknya, itulah menurut Sehun.
###
Malam ini begitu dingin hingga membuat orang malas untuk beraktivitas diluar rumah. Sebagian orang mungkin akan lebih memilih untuk bersembunyi dibalik selimut dan bermimpi indah. Tapi tidak dengan namja panda itu. Ia lebih memilih membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan membiarkan angin malam masuk kedalam kamarnya dengan semena-mena.
Kamar bernuansa panda itu kini dipenuhi dengan hawa dingin. Membuat seorang namja yang lain menggigil kedinginan.
"Tao-ya. Tidakkah sebaiknya kau tutup saja jendela itu? Memangnya kau tidak kedinginan, dari tadi duduk dijendela yang terbuka itu? Aku saja sudah kedinginan dari tadi." Kata D.O sambil meringkuk di kasur panda milik Tao.
Tao tetap tak bergembing , seolah tak mendengar teguran sahabatnya. "Ayolah. Aku bisa mati beku didalam kamarmu ini." Kata D.O lagi. Berharap Tao akan mendengarnya, tapi Tao tetap tak beranjak dari posisinya.
Lama-lama D.O merasa gemas melihat tingkah Tao yang seperti itu. Ia turun dari kasur dan menghampiri Tao. Ia meraih tangan Tao dan menariknya secara tak sabar. Membuat Tao tersentak dan hampir terjatuh karena tarikan dari D.O yang tiba-tiba. D.O segera menutup jendela itu rapat-rapat setelah berhasil menjauhkan Tao dari sana.
D.O menghujam Tao dengan tatapan mautnya. "Dengarkan aku! Tak ada gunanya kau bersikap seperti itu untuk seseorang yang bahkan tak melihatmu. Si cadel sombong itu tetap tak akan melihatmu walau kau mati dihadapannya sekalipun. Lupakan semua rasamu pada Sehun. Lupakan semuanya. Kau itu terlalu berharga untuk orang seperti dia. Kau …" kalimat panjang D.O berhenti karena ia melihat Tao yang hampir menangis.
"Hyung…." Tao merengek, maksudnya meminta agar D.O tak melanjutkan omelannya. Tao sudah terlalu lelah untuk sekedar mendengar omelan dari D.O. ia benar-benar ingin menangis sekarang.
D.O segera memeluk Tao sebelum tangisan Tao meledak. Ia takkan tega melihat Tao menangis seperti itu. D.O tahu bahwa Tao memang sering menangis, tapi ia tak pernah melihat Tao menangis hanya untuk seorang namja. Ini pertama kalinya Tao jatuh cinta dan menagis karenanya.
D.O menepuk-nepuk punggung Tao pelan untuk menenangkannya. Ia tak mau banyak bicara lagi karena itu hanya akan tambah membuat Tao menangis lebih kencang.
"Aku benci jatuh cinta Hyung." Kata Tao pelan.
'Kau tak perlu membencinya jika kau mencintai orang yang tepat."
###
Malam itu begitu dingin hingga rasanya bisa meremukkan tulang. Tapi Sehun masih bertahan disana sambil memandang air danau yang tenang. Ia menyandarkan punggungnya pada Ferrari merahnya sambil sekali-sekali merapatkan jaket yang ia kenakan.
"Kenapa dunia kejam sekali padaku?" Sehun menenggak lagi soju ditangannya. Ia menenggaknya langsung dari botolnya.
Lalu ponselnya bordering. Terpampang kata "Eomma" dilayar yang berkedip-kedip itu.
"Yeobosaeyo eomma."
"Sehun-a. eodiseo? Kenapa kau belum pulang? Hyungmu mengirim pesan berkali-kali kenapa tak kau balas? Pulanglah. Palli." Kata eommanya diseberang sana.
"Appa. Apakah appa dirumah?" Tanya Sehun dengan suara serak.
"Ani. Pulanglah. Dirumah hanya ada Eomma dan Hyungmu.
"Halmoni dan haraboji juga tidak?"
"Tidak. Mereka sedang berkunjung kerumah sepupumu. Jadi tenanglah, kau bisa pulang dengan tenang. Eomma sudah memasak untukmu. Pulanglah."
"Ye. Aku akan sampai rumah 20 menit lagi."
Sehun memarkir Ferrari merahnya disebelah mobil milik eommanya. Ia masuk kedalam rumah megah yang tampak dingin. Rumah yang selama 19 tahun ini ia tinggali. Tak ada kehangatan keluarga dirumah ini. Atau mungkin itu hanya berlaku untuk Sehun. Karena buktinya anggota keluarga yang lain selalu mendapat sambutan hangat dirumah ini. Hanya dia yang diperlakukan berbeda.
Saat Sehun memasuki kamarnya, ia merasa ada yang tak beres. Tak biasanya kamarnya dibiarkan gelap. Eommanya selalu menyalakan lampu kamar Sehun walau sang pemilik belum pulang. Sehun meraba dinding disebelah pintu kamarnya, mencari tombol lampu. Dan klik, kamar yang sangat luas itu kini terang benderang. Sehun terpukau ditempatnya berdiri.
"Saengil chukhu hamnida. Saengil chukha hamnida. Saranghaneun uri Sehun. Saengil chukha hamnida." Eommanya dan Luhan menyanyikan lagu ulang tahun itu ditengah ruang kamar Sehun. Eommanya membawa kue tart yang ia yakini itu buatan eommanya sendiri.
Ruang kamar Sehun sudah disulap jadi sangat meriah dengan segala atribut khas ulang tahun. Ada meja rendah ditengah ruangan dengan berbagai makanan diatasnya. Semua makanan itu kesukaan Sehun. Ada bubble tea juga disudut meja.
Eommanya menghampiri sambil mencium pipi Sehun.
"Selamat…." Kalimat eommanya terpotong. Lalu ia mulai menelisik penampilan putra keduanya itu.
"Ya! Apa tadi kau minum…? Aigoo Sehun-a. Bahkan usiamu baru 18. Kau baru boleh minum saat usiamu 20 tahun."
Sehun cemberut mendengar omelan eommanya.
"Sudahlah eomma. Ini kan ulang tahunnya. Kenapa kita tidak makan saja. Aku yakin dongsaengku ini sudah lapar." Kata Luhan sambil menghampiri Sehun dan menepuk pundaknya pelan.
"Lihatlah eomma. Bahkan Sehunnie lebih tinggi dariku. Padahal aku lebih tua darinya." Goda Luhan.
Sehun tersenyum singkat. "Mungkin karena ayah kita berbeda." Lalu ia berjalan melewati Luhan dan menghampiri meja yang penuh makanan itu. Sementara Luhan mengatur nafasnya untuk menenangkan dirinya sendiri. Eommanya hanya melihat dua putranya itu dengan hati yang hancur. Ia sudah sering melihat ini, tapi rasanya tetap saja menyakitkan.
"Eomma ayo kesini. Ayo nyalakan lilinnya agar aku bisa segera make a wish dan meniupnya. Sebentar lagi tengah malam dan hari ulang tahunku akan terlewat. Aku tidak mau merayakan ulang tahun pada tanggal 13 April sementara hari lahirku adalah 12 April."
Eommanya tertawa mendengar celotehan Sehun. Luhan hanya tersenyum melihat itu. Walau bagaimanapun Sehun memperlakukan Luhan. Luhan akan tetap menyayangi adiknya itu. Luhan akan terus berusaha hingga Sehun mau menganggapnya "kakak". Seperti Luhan selalu menganggapnya "adik".
###
