Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU. OOC. Flash.

Aku mencintai Sakura, dan aku tahu Naruto juga begitu. Dia sangat tidak senang-bahkan lebih tepatnya murka, saat aku memberitahunya bahwa aku telah jatuh cinta pada Sakura, dan aku berniat memperistrinya.

Sambil memaki dengan kata-kata kasar, lelaki yang sudah menjadi sahabatku sejak kami masih anak-anak itu meninju wajahku keras. Dia mengancamku seperti seorang psikopat.

"Jauhi Sakura." Dia melotot galak sambil menarik kerah kemejaku. "Kalau tidak aku akan membuat hidupmu sengsara."

Aku mendengus.

Hei! Aku mencintai Sakura. Sangat. Sangat. Sangat mencintainya. Terlepas dari Naruto yang pertama kali mengenalnya dan sudah lama bersamanya, tapi ... Aku tidak bisa menghapus perasaanku ini. Aku sudah berjanji pada Sakura untuk memperjuangkan hubungan kami.

"Tidak Sobat. Terlepas dari kau menyukainya atau tidak, aku tetap akan memperistri Sakura. Kemarin aku sudah melamarnya. Dan dia menerimaku." Aku menunjukan seringai kemenangan padanya, dan Naruto melotot, tampangnya makin garang. Aku bersumpah aku bisa melihat bola mata biru itu akan melompat keluar dari rongganya. "Sekarang tinggal menunggu persetujuanmu."

"TIDAK!"

"Beri kami restu, Naruto."

"KAU BRENGSEK!" Raungnya.

"Dari dulu aku tahu kalau itu julukanmu untukku," jawabku kalem. Berusaha untuk terlihat tenang di saat leherku tercekik oleh tarikan keras Naruto pada kerah kemejaku. Sabar Bro, sabaaarrr.

"TEGA-TEGANYA KAU MELAKUKAN INI PADAKU!"

"Itulah cinta Naruto. Aku jatuh cinta pada Sakura, dan Sakura juga jatuh cinta padaku, jadi kau harus bisa menerimanya."

"SAKURA ITU ANAKKU, SASUKE!"

Aku tahu. "Kalau begitu dalam waktu dekat kau akan jadi Ayah mertuaku."

"TAK SUDI!"

Dan Naruto kembali melayangkan tinjunya ke arahku. Sakit memang, tapi aku tidak boleh melawan. Dia adalah Ayah kandung Sakura, perempuan yang kucintai, dan sebentar lagi dia akan jadi Ayah mertuaku, tidak baik kalau aku membalas pukulannya.

Sakura itu anak tunggal Naruto dari istri pertamanya, Karin. Aku bertemu Sakura beberapa bulan lalu, di pernikahan kedua Naruto dengan salah satu kolega bisnisku yang cantik. Dia baru berumur tujuh belas tahun, sangat menawan dan manis, beda jauh dengan Bapaknya -aku bersyukur dia tidak mirip Naruto, karena kalau dia mirip Naruto ... Waduh, tidak akan ada nilai plusnya.

Naruto tidak menyetujui hubunganku dengan Sakura, karena menurut dia aku terlalu tua untuk anaknya. Hei, kalau aku ini sudah tua, dia itu APA?! Peot? Aku nggak tua-tua amat kok, umurku baru tiga puluh sembilan tahun. Tahun depan masuk empat puluh. Jadi nggak tua kan?

Ok. Sekian dulu cuap-cuapnya. Aku harus buru-buru kabur kalau tidak mau babak-belur. Soal restu camer? Ah itu urusan gampang, ntar juga Naruto bakal ngerestuin aku sama Sakura kok-walau terpaksa.

Bye.

(Normal POV)

Gadis cantik berambut merah jambu itu meringis ngeri. Wajahnya pucat melihat dua garis merah kecil pada tespack yang ada di tangannya.

Buru-buru dia berlari keluar dari kamar mandi kamarnya, menyambar ponsel yang ada di tempat tidur, lalu menekan tombol speed dial yang sudah dia hafal. Orang yang ditelpon olehnya langsung mengangkat pada deringan pertama.

"Babe?"

"Sasuke, aku hamil!"

"YES!"

"Hah?"

END