Yuri memandangi cincin yang melingkar pada jari manisnya dengan mata yang sayu. Alisnya naik ke atas, dengan kilat mata yang perlahan makin jelas terlihat karena kesedihan. Dia bingung harus bagaimana mengatakan ini pada Victor, terhalang oleh ketakutan dan kegalauan yang akan timbul jika tersebar ke publik, terutama keluarga mereka.
Bagaimana dia akan menghadapi Ayahnya, Ibunya, dan kakaknya, jika mereka tahu kalau seorang Katsuki Yuri yang adalah seorang pria, anak laki-laki satu-satunya tengah...
--
Yuri
--
Aku mencermati tiap sisi tubuhku dengan teliti. Kerapiannya, tiap lipatannya, dan posisinya aku cermati. Hari ini adalah hari yang penting. Malam kemenangan perdanaku setelah lama tidak produktif lagi.
Dan,
Ah, aku selalu tersipu kalau mengingat itu. Dengan senang aku memutar ibu jariku di atas cincin emas yang setahun sudah setia melingkar di jari manisku, dan segera satu namapun muncul.
Victor.
Pintu yang terbuka menyadarkanku dari lamunan. Orang yang tadi disebut kini berdiri di depan pintu, bersandar padanya sambil melipat tangan di depan dada dan tersenyum lebar dengan mata tajamnya. Tatapan yang selalu membuatku berdebar. Senyum yang selalu membuatku terbayang. Malaikat dunia memang ada.
"Suiiiitttt..." dia bersiul. Kakinya melangkah mendekatiku. "Pilihanku memang tak pernah salah."
Aku terkekeh. Kami lalu membenarkan lipat kerah masing-masing sambil berbagi cermin. Senyumnya masih bertengger, namun tatapan tajam tadi berganti dengan tatapan lembut yang sehari-hari kulihat. Aku meliriknya agak lama tanpa bisa menahan senyumku, hingga aku menunduk malu seraya mundur.
"Hei! Yuri?" panggilnya setelah tertawa. Aku hanya menjauh dari sana sambil membekap rahang bawahku agar senyum maluku tak nampak. Victor menggodaku lagi sambil merangkulku, mengucapkan kata-kata dengan bibir indahnya. Aku tersenyum, membalas omongannya dan kamu tertawa. Bahagia...
Begitulah, seharusnya.
"Hadirin sekalian," Victor menjauh dariku. Aku memandang punggungnya dalam kebingungan, lalu menoleh ke arah tangan Victor terulur. Senyum manisnya berubah menjadi senyuman penuh kharisma, tatapan lembutnya menjelma menjadi pandangan penuh gairah. Mendadak hatiku ngilu. Dan napasku terhenti saat aku tahu maksudnya.
Semua itu ditujukannya pada wanita asing yang kini tengah dia jamu.
Victor dan dia menunduk sopan kala hadirin bertepuk tangan untuk mereka. Wanita itu menggenggam tangan Victor dengan mesranya, berbisik malu-malu dengan bibir lembutnya. Dadaku menjadi kaku. Punggungku menjadi kelu. Aku belum mengerti dengan semua sambutan yang Victor tengah katakan sekarang.
Hingga aku menemukan jawabanku.
Tidak ada cincin emas di jari manis tangan kanannya.
.
.
.
--
Karakter di atas adalah milik Kubo-Sensei dan TvAsahi
--
.
.
.
Hai. Saya dangjco. Ini adalah karya debut saya setelah empat tahun hiatus. Sementara ini saya akan mengetik melalui ponsel, jadi setiap unggahannya akan pendek. Mohon kritik dan saran.
