Which one?
Cast: jongin, sehun, chanyeol yang mungkin akan bertambah sesuai kebutuhan cerita
Pairing: Chankai/Kaihun
Disclaimer: All cast belong to God, all ploting belong to me
Warning: YAOI, yang tidak suka pairingnya silahkan scroll judul ff yang lain
Enjoy!
.
.
.
oOo
9:15 am
"Sial, aku bisa terlambat" keluh seorang pria cukup tinggi dengan warna kulit cenderung tan untuk ukuran orang korea itu, setelah usai mengenakan sepatu ketsnya dengan asal ia bergegas berdiri sambil membawa tas ranselnya sedikit berlari menuju pintu keluar namun berhenti sejenak mengingat sosok pria lain yang masih tidur nyenyak di ruang sebelah.
"Aku berangkat dulu, carilah sarapan sendiri aku tidak sempat menyiapkanya" ucapnya terburu dan segera menutup pintu tapi tak ada sedetik dibukanya kembali hanya untuk menyembulkan kepalanya dan berteriak "maaf!" yang hanya ditanggapi gumaman oleh sang lawan bicara.
Kim jongin, lelaki berumur 18 tahun yang seharusnya saat ini telah duduk manis di ruang kuliah. Ya, hari pertamanya menjadi seorang mahasiswa jurusan broadcastingdi salah satu perguruan tinggi di seoul. Sialnya saat ini ia masih berlari menaiki tangga menuju lantai 4 gedung tempatnya kuliah. "sial, kenapa harus ada tangga di dunia ini" rutuknya dengan nafas ngos-ngosan saat sudah mencapi lantai 3, ia sudah kehabisan tenaga ibarat smartphone sudah ada tanda peringatan batterai low.
9:28 am
"2 menit lagi, pasti bisa" mantapnya setelah melirik jam tangan miliknya. Namun, baru saja ia mengambil ancang-ancang di anak tangga kedua tiba-tiba saja kerumunan mahasiswa dari lantai atas menuruni tangga, sepertinya mereka juga sedang mengejar waktu. Sial, jongin tak sekuat mereka ditambah lagi tenaganya sudah habis digunakan untuk berlari tadi. Tubuhnya yang sudah susah payah maju menaiki tangga tetap saja stuck di anak tangga pertama, terpontang panting kekanan kekiri. Saat dia tengah menarik nafas dan mengumpulkan sisa-sisa tenaganya tiba-tiba dirasakan dua lengan kekar tengah merangkulnya dari belakang, membuat punggung jongin bersentuhan dengan dada seseorang yang kini dengan sigap melawan arus, membantu jongin menaiki tangga dengan posisi seperti dipeluk dari belakang. Jongin tidak bisa melawan, ini satu-satunya cara ia bisa sampai dikelas, persetan dengan siapa yang ada dibelakangnya yang penting sekarang ia telah sampai di lantai 4.
Jongin memberontak dan segera melepaskan diri, berbalik badan hanya untuk membungkuk mengucapkan terima kasih pada pria yang lebih tinggi darinya itu.
"terima kasih, terima kasih, terima kasih banyak" ucapnya terus-terusan sambil berjalan mundur hingga akhirnya membalik badan dan berlari menuju kelasnya. Chanyeol, si pria tinggi itu hanya terkekeh dan mengangkat satu alisnya. "Menarik".
oOo
"Haahh~"
Jongin menghela nafas panjas setelah dosen kelas pertamanya itu menyudahi kuliah hari ini, sungguh ia lega mengingat perjuangannya tadi memasuki kelas ini dengan susah payah. Deletakkan kepalanya diatas tas yang tadinya mau digunakan untuk memasukkan buku yang sekarang justru menjadi bantal jongin, ia butuh jeda sebentar.
"Ayo ke kantin"
Sebuah tangan kini sudah menarik kerah bajunya untuk berdiri, sungguh dia bukan kucing yang bisa ditarik seenaknya seperti ini. Pelakunya tidak lain adalah temannya sendiri, sehun. Jongin menoleh malas dan hanya dibalas cengiran. "Aku sangat lapar~" rengeknya sambil menarik-narik lengan jongin. Mengerti jongin masih malas, segera dimasukkan semua buku kedalan tas dan membawanya dipundak yang sama dimana tas miliknya sendiri berada. "Nah, ayo" dengan begini jongin tidak bisa lagi menolak.
"Biar aku saja" kata jongin sambil menarik tas miliknya saat mereka tengah berjalan di koridor. Sehun adalah satu-satunya teman satu SMA yang satu jurusan dengannya tidak heran kebiasaan di sekolah dulu masih terbawa sampai sekarang.
"Jongin?"
"Hm"
"Jonginaa"
"Hm"
Sungguh jongin sangat malah jika sehun sudah mulai memanggil namanya tidak jelas begini pasti menanyakan tentang orang itu.
"Saat kau berangkat tadi, dia sedang apa?"
Tepat
"Tidur" jawabnya singkat, sesampai di kantin ia langsung mengambil makanan dan menempati sebuh meja kosong di dekat jendela keluar. Sedikit menarik nafas dan menggelengkan kepalanya, jujur ia masih ngantuk. Ia kira kuliah akan menyenangkan seperti yang dilihatnya di televisi, ternyata sangat membosankan dan bikin capek.
Sehun duduk didepannya dengan menunjukkan raut muka sedikit masam. 'kenapa lagi anak ini?' fikir jongin saat melihatnya namun lebih memilih menikmati makan siang sekaligus sarapan miliknya itu ketimbang bertanya.
"Dia belum menghubungiku hari ini" keluh sehun sebelum memakan soupnya.
"Palingan juga masih tidur"
"Tapi kan ini sudah jam makan siang, apa dia tidak lapar"
"Dia bisa makan sambil tidur kok, tenang saja"
Pletak
Jawaban asal jongin tadi justru membuatnya menerima pukulan sendok dari sehun, jongin kelewatan menurut sehun masa tidak ada perhatiannya sama sekali kepada saudaranya sendiri. Ya begitulah kira-kira alasan sehun terlebih dia memang sedang mengkhawatirkan objek pembicaraan mereka.
oOo
05:00 pm
Akhirnya jam terakhir kelasnya telah usai, berbeda dengan yang tadi ia malas untuk bernajak dari tempatnya kini jongin sudah sampai diambang pintu kelas, bersiap untuk pulang. Tentu sebelum sebuah suara menginterupsinya, siapa lagi kalau bukan sehun.
"Jongin, aku antar ya"
"Tidak usah, arah rumah kita kan berbeda"
"Ayolah tak apa, sekarang aku sudah bawa kendarang sendiri, tadaa" cengir sehun seraya memamerkan sebuh kunci mobil kepada jongin.
"Bilang saja kau mau mampir dan menemuinya kan?"
Yang ditanyai hanya memamerkan senyum lebar dan merajuk.
"Percuma, dia pasti sudah bernagkat" jawab jongin enteng dan pergi meninggalkan sehun.
"Berangkat? Kemana?" sehun mengikuti langkah jongin dari belakang, persis seperti anak bebek yang setia mengikuti induknya
"Kerja, kemana lagi? Kau lupa?"
Sehun hanya menepok jidatnya dan segera berlari meninggalkan jongin. "Aku duluan, bye" begitu ucapan terakhir yang masih sempat jongin dengar. Jongin hanya berdecak malas melihat tingkah temannya itu.
Baru saja ia berbelok hendak menuruni tangga, dia sudah dibuat kaget seorang pria berperawakan tinggi yang berdiri di dekat tangga. Sepertinya tidak asing bagi jongin. Pria tinggi, berlengan cukup kekar, dengan warna rambut brunett, pria tadi, yang menolong jongin. Pupil jongin membesarsetlah menyadarinya, sedikit kaget ia mundur satu langkah, entah kenapa dia jadi pada posisi waspada seperti ini.
"Lama sekali" keluh pria itu diikuti dengan membenarkan posisi berdirinya yang tadi bersandar pada tembok.
"Anda menunggu sesuatu?" tanya jongin dengan sopan, sepertinya pria ini seniornya bisa bermasalah kalu dia sembarangan berbicara santai.
"Bukan, tapi seseorang"
"Huh?" jongin bingung, lalu untuk apa dia seperti sedang menghadangnya seperti ini. Berdiri ditengah jalan menuju tangga yang hendak ia lewati, apa urusannya jika dia menungu sesorang?
"Kau"
Jongin makin tak percaya dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
"Kau tidak ingin mengucapkan terima kasih dengan benar kepada sunbaemu eh?"
'Cih, pamrih' batin jongin sebelum dia berdehem, tenggorokannya terasa gatal. "Baiklah, dengan apa aku bisa berterima kasih padamu, sunbae?" sungguh demi neptunus, jika dia bukan mahasiswa baru dan yang di depannya ini bukan seniornya ia sudah lebih memilih pulang dari pada meladeni hal kecil yang menurutnya tidak penting, toh tadi dia sudah berterima kasih.
"Gampang, beri aku 2 jam dari waktumu" jawab chanyeol cengengesan sambil berbalik dan berjalan lebih dulu menuruni tangga yang tentu diikuti oleh jongin. Jongin mengambil smartphonenya dan mensetting stopwatch untuk menghitung mundur tepat 2 jam dari sekarang.
oOo
Kini jongin dan orang disampingnya yang tengah mengemudikan mobil yang baru ia ketahui bernama chanyeol itu sedang melaju kesuatu tempat, entahlah jongin tidak tau. Menurutnya chanyeol sunbae ini terbilang nekat, lihat saja sekarang mereka sudah ada di parkiran sebuah apartmen. Apartmen milik chanyeol tentunya, siapa lagi? Jongin? Dia kan hanya tinggal di sebuah flat kecil di lantai paling atas.
Sedari tadi yang mendominasi bicara adalah chanyeol, dia bercerita kesana kemari yang hanya ditanggapin gumaman dan senyum oleh jongin.
"Jongin-ah, kau tau tempat makan disitu sangatlah enak nanti hyung traktir"
"Jongin-ah, kau tinggal dimana? Nanti hyung antar kau pulang"
"Jongin-ah, bagaimana kuliahmu tadi?"
"Jongin-ah"
"Jongin-ah"
"Jongin-ah"
Ya Tuhan, baru kali ini ia bertemu seseorang yang jauh lebih cerewet dari sehun, menghadapi sehun saja jongin sudah malas apalagi ini, jika kalau bukan untuk 'berterima kasih' jongin memilih pulang dan tidur. Sungguh, dari luarnya saja chanyeol terlihat cool, tunggu apa tadi jonginberfikir kalau chanyeol itu cool? Dari luar saja, oke.
Sekarang dia sudah duduk didalam ruang tamu sebuah apartmen cukup mewah, diamati sekelilingnya yang tidak terlalu dipenuhi barang. Tipikal apartmen yang ditinggali sendiri.
"Jadi, untuk apa sunbae membawaku kemari?" tanya jongin saat chanyeol menghampirinya dengan membawa kaleng colla dan diberikan padanya. Chanyeol duduk disampingnya dan menyesap kalengnya sebelum mengerutkan dahinya seperti sedang berfikir keras mencari jawaban dari pertanyaan jongin.
"Entahlah" chanyeol mengangkat bahunya dan sedikit terkekeh mendapati ekrpresi jongin yang menurutnya lucu.
Aneh, begitulah fikir jongin. Mana ada orang yang membawa orang baru ke apartmennya tanpa tahu apa alasannya. jongin melihat smartphonenya untuk mengecek kapan dia terbebas dari beban 'berterima kasih' ini
"Tinggal 1 jam lagi sunbae"
Chanyeol mengangkat satu alisnya dan tersenyum simpul. "Panggil hyung saja jongin, jangan terlalu formal padaku"
"H-hyung?"
"Nah begitu lebih bagus" chanyeol menepuk-nepuk ringan kepala jongin, entahlah dia suka apalagi rambut hitam jongin yang dibiarkan tanpa gell sedikitpun yang justru terkesan fluffy untuknya. Tapi sayang, sang empunya sepertinga tidak nyaman dan menghindar dari tangan chanyeol.
"Apakah hyung menakutkan?"
"Tidak"
"Lalu? Kenapa kau menghindar?"
"A-aku hanya tidak terbiasa hyung" jongin menggaruk tengkuk lehernya yang terasa gatal. Suasana ini sangat canggung. Sungguh jongin tidak terbiasa didominasi seperti tapi entah mengapa dia juga hanya terdiam seperti hanya menerima saja. "Sekali lagi, aku sangat berterima kasih untuk tadi pagi hyung jika tidak ada chanyeol hyung mungkin aku akan terlambat di hari pertama" jongin menunjukkan senyum tulusnya, berniat mencairkan suasana dan segera mengakhiri 2 jam canggung ini.
"Iya iya, sudah jangan berterima kasih lagi kan sudah kau bayar dengan 2 jamwaktumu ini"
"Tapi, permintaan hyung itu aneh"
"Aneh?"
"Iya aneh, orang kan biasanya minta ditraktir sebagai ucapan terima kasih tapi ini justru hyung membawaku kesini dan meminta waktuku"
"Hahahaha, hal seperti itu sih sudah membosankan untuk hyung"
"Jadi, hyung tadi memang sengaja menungguku keluar untuk ini?"
"Iya"
Tsk.
Jongin berdecak tidak percaya, kurang kerjaan menurutnya.
Beeep beeep
Terdengar bunyi sebuah smartphone, yang tentu saja milik jongin, akhirnya 2 jam ini selesai. Chanyeol melirik jongin yang segera membuka smartphonenya untuk menghentikan bunyinya. Sedikit tidak rela jongin harus pulang sekarang.
"Sudah 2 jam ya?"
"i-iya hyung" jawab jongin takut-takut. Bukan apa sih dia Cuma takut kalau chanyeol meminta 2 jam berikutnya, itu merepotkan.
"Yasudah ayo hyung antar pulang"
"Tidak usah hyung, aku bisa pulang sendiri naik bus" jongin segera berdiri dan membawa tasnya bersiap untuk pulang sebelum chanyeol mendahului langkahnya.
"Hyung antar sampai depan apartmen"
"Aku bukan anak kecil hyung"
"Hyung antar sampai lift"
"Hyung" jongin menatap intens pada chanyeol yang kini tengah berdiri di depan pintu, bersiap mengikuti langkah jongin keluar tapi dihadang olehnya. Jongin melarang, jelas tersirat dari sorot matanya. "Aku pergi dulu, sampai jumpa hyung" jongin sedikit mengangguk sebagai salam perpisahan dan segera melangkah pergi menuju lift.
Chanyeol memperhatikan kepergian jongin dengan seksama sampai sosok itu hilang memasuki lift dan menepuk jidatnya saat ia ingat sesuatu.
"Bodoh, kenapa aku belum minta nomor hpnya"
-To Be Continue-
Oke, ini castnya masih belum jelas. Alur mau kaya gimana sebenarnya juga belum jelas. Hehe. Debut lagi dengan pen name baru dan cerita baru, semoga bisa diterima. Yosh!
